Dalam situasi seperti ini, daripada menyimpan ikan yang sudah busuk atau rusak, nelayan memilih untuk membuangnya kembali ke laut.
Kedua, kurangnya fasilitas penyimpanan. Infrastruktur penyimpanan yang tidak memadai juga menjadi salah satu kendala besar.
Cold storage atau tempat penyimpanan beku sangat terbatas di Sumenep. Dengan kurangnya fasilitas ini, nelayan tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan ikan-ikan mereka lebih lama agar bisa dipasarkan di kemudian hari.
Biaya investasi untuk fasilitas penyimpanan juga dinilai terlalu tinggi bagi sebagian besar nelayan tradisional. Tanpa solusi penyimpanan yang memadai, mereka terpaksa membuang ikan yang tidak segera terjual.
Ketiga, harga jual yang rendah. Ketika pasokan melimpah, harga ikan di pasar juga cenderung turun drastis.
Banyak nelayan merasa tidak mendapat keuntungan yang cukup besar dari menjual ikan dengan harga yang sangat rendah.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan merugi karena biaya operasional, seperti bahan bakar dan tenaga kerja, tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil tangkapan.
Dengan demikian, mereka lebih memilih untuk membuang ikan yang tidak mendatangkan keuntungan ekonomi.
Bahaya yang Timbul dari Pembuangan Ikan di Laut
Membuang ikan ke laut mungkin tampak seperti tindakan yang tidak berdampak besar, tetapi kenyataannya, tindakan ini memiliki sejumlah bahaya bagi lingkungan laut dan ekosistem perikanan. Berikut ini beberapa efek yang timbul dari membuang ikan di laut.
Pertama, kerusakan ekosistem laut. Pembuangan ikan dalam jumlah besar dapat merusak keseimbangan ekosistem laut.
Ikan yang dibuang ke laut akan membusuk dan memicu peningkatan populasi mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik ini.