Selain mempertimbangkan potensi dampak dari masing-masing program yang dijanjikan, satu aspek yang penting untuk dikaji adalah keberlanjutan dari janji-janji ini.
Dalam konteks Pilkada, janji politik sering kali menjadi retorika yang manis, namun kenyataannya tidak selalu mudah untuk diimplementasikan.
Anggaran pemerintah daerah terbatas, dan program-program yang ditawarkan harus didukung dengan perencanaan anggaran yang jelas.
Ridwan Kamil dan Suswono perlu memastikan bahwa janji insentif bagi Gen Z yang terkena PHK, penyediaan coworking space, dan dukungan modal usaha bisa direalisasikan dalam kerangka anggaran yang ada.
Jika janji-janji ini tidak didukung oleh sumber daya yang memadai, ada risiko besar bahwa program-program ini hanya akan menjadi "janji manis" tanpa realisasi yang jelas.
Salah satu cara untuk memastikan bahwa janji-janji ini dapat berjalan efektif adalah dengan melibatkan Gen Z dalam proses pengambilan keputusan.
Keterlibatan langsung generasi muda dalam merumuskan kebijakan yang akan berdampak pada mereka akan memastikan bahwa program-program tersebut relevan dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.
Selain itu, pemerintah perlu lebih aktif mendengarkan aspirasi Gen Z melalui forum-forum diskusi publik atau platform daring, mengingat Gen Z adalah kelompok yang sangat adaptif terhadap teknologi.
Dengan mendengarkan masukan mereka, pemerintah dapat merancang kebijakan yang lebih responsif dan inklusif.
Penutup
Janji yang disampaikan oleh pasangan calon gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono, untuk membantu Gen Z yang terkena PHK dan mendorong kewirausahaan di kalangan anak muda tentu memiliki potensi untuk memberikan dampak positif. Namun, implementasi yang tepat dan berkelanjutan menjadi kunci.
Program-program ini harus didukung oleh anggaran yang jelas, mekanisme pelaksanaan yang transparan, serta keterlibatan aktif dari Gen Z dalam proses pengambilan keputusan.