Namun, perlu ada pertanyaan kritis: Apakah coworking space dan kopi gratis benar-benar dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan di kalangan Gen Z?
Meskipun coworking space dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk bekerja, tidak semua Gen Z membutuhkan ruang kerja seperti ini, terutama mereka yang bekerja dari rumah atau mengelola bisnis secara daring.
Juga, meskipun kopi gratis mungkin menjadi insentif kecil, dampaknya terhadap kesejahteraan dan keberlanjutan jangka panjang mungkin terbatas.
Alih-alih hanya menawarkan coworking space, pemerintah Jakarta mungkin perlu memikirkan cara untuk memperluas dukungan terhadap wirausahawan muda dengan memberikan akses kepada jaringan bisnis, pelatihan kewirausahaan, atau program mentorship.
Hal ini akan memberikan dampak yang lebih signifikan dibandingkan sekadar menawarkan kopi gratis atau ruang kerja.
Ketiga, dukungan modal usaha. Salah satu janji yang disampaikan oleh calon wakil gubernur nomor urut 1, Suswono, adalah mendorong anak muda untuk berwirausaha dengan memberikan bantuan pembiayaan modal usaha.
Program ini tampak menjadi salah satu komponen penting dalam strategi mereka untuk mengurangi pengangguran di kalangan Gen Z.
Dukungan modal usaha bagi anak muda yang ingin berwirausaha bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengatasi pengangguran.
Banyak anak muda yang memiliki ide bisnis kreatif, namun terbentur masalah modal untuk memulai. Pemerintah daerah yang aktif membantu dalam pembiayaan ini, misalnya melalui program pinjaman bersubsidi atau hibah bagi wirausahawan muda, bisa membuka banyak peluang baru.
Namun, penting untuk menekankan bahwa modal usaha saja tidak cukup. Anak muda yang memulai usaha juga memerlukan pendampingan dalam manajemen bisnis, pemasaran, dan pengembangan produk.
Oleh karena itu, janji memberikan dukungan modal harus diiringi dengan kebijakan lain yang memfasilitasi pertumbuhan bisnis baru, termasuk akses ke pasar dan kemudahan regulasi.