Erosi pantai merupakan ancaman langsung bagi masyarakat pesisir, memicu banjir rob, dan menyebabkan hilangnya lahan produktif.
Kedua, perubahan arus laut dan kualitas air. Pengerukan pasir laut dapat mengubah pola arus laut yang berdampak pada distribusi nutrisi di laut.
Terumbu karang, yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dapat terpengaruh oleh peningkatan kekeruhan air, mengurangi kemampuan fotosintesis alga simbiotik yang hidup di dalam karang.
Dalam jangka panjang, ini dapat memicu kematian massal terumbu karang, yang merupakan rumah bagi 25% kehidupan laut di seluruh dunia.
Ketiga, potensi peningkatan risiko tsunami. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya pasir di daerah pesisir dapat meningkatkan risiko terjangan tsunami.
Pasir di pantai berfungsi sebagai penyangga alami yang mampu menyerap energi dari gelombang besar.
Dengan berkurangnya pasir di pesisir akibat eksploitasi, tentu masyarakat pesisir menjadi lebih rentan terhadap bencana alam.
Selain berdampak ekologis, kebijakan ekspor pasir laut ini juga menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat yang hidup di daerah pesisir.
Mayoritas masyarakat pesisir Indonesia bergantung pada sumber daya laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik melalui perikanan maupun pariwisata.
Kehilangan lahan pantai akibat abrasi, penurunan hasil tangkapan ikan, serta kerusakan terumbu karang yang menjadi daya tarik pariwisata, dapat memicu krisis ekonomi di daerah-daerah ini.
Abrasi pantai yang disebabkan oleh pengerukan pasir dapat menyebabkan hilangnya pemukiman, lahan pertanian, serta infrastruktur-infrastruktur penting.