Setelah itu, kami langsung menuju alun-alun Kota Batu. Malam itu, perjalanan ke alun-alun sangat lancar, mungkin karena sudah cukup malam.
Ibu Amelia menyebutkan bahwa pada akhir pekan, lalu lintas ke arah Batu biasanya sangat padat, mirip dengan kawasan Puncak Bogor yang dipenuhi wisatawan.
Kami tiba di alun-alun Kota Batu sekitar pukul 21.00 WIB. Saat keluar dari mobil, udara dingin Kota Batu langsung menyapa kami dengan suhu 21 derajat Celsius.
Saya yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos lengan pendek, merasakan dingin yang luar biasa.
Ibu Amelia sempat menawarkan jaket suaminya, namun saya menolak, ingin sepenuhnya menikmati udara sejuk Kota Batu yang sudah lama tidak saya rasakan.
Meskipun sudah cukup malam, alun-alun masih ramai dengan pengunjung. Beberapa wahana memang sudah tutup, namun suasana tetap hidup dengan pasangan muda-mudi yang duduk santai sambil menikmati kuliner Kota Batu.
Ibu Amelia, yang tampaknya sangat bersemangat, segera mencari spot terbaik untuk berfoto, dan kami pun tidak ketinggalan mengambil foto dengan latar belakang ikon buah apel.
Setelah puas berfoto, kami menuju salah satu kuliner legendaris Kota Batu, Pos Ketan, yang sudah berdiri sejak tahun 1967.
Kami harus antre untuk memesan ketan dan minuman khas Batu, yaitu STMJ (Susu, Telur, Madu, Jahe)---minuman yang sempurna untuk menghangatkan diri di udara dingin malam itu.
Sambil menikmati hidangan, kami berbincang tentang berbagai hal, mulai dari pelayanan, pernikahan, hingga studi. Setelah sesi sharing tersebut, kami memutuskan untuk kembali ke kampus.