Jumat, 30 Agustus 2024, merupakan hari terakhir dari rangkaian wawancara kami dengan Pastor Joshua Low di komplek STT Satyabhakti (SATI), Malang.
Pada sesi ketiga ini, Pastor Joshua berbagi kisah tentang tantangan dan kesetiaan dalam pelayanannya---mulai dari pengalamannya sebagai dosen, menjadi gembala sidang di dua gereja, hingga melayani di luar negeri.
Keberanian dan dedikasinya sungguh menginspirasi kami.
Setelah sesi wawancara selesai, malam harinya, kami mendapat kejutan menyenangkan. Ibu Amelia dan suaminya, Pak Untung Wiyono, mengajak kami untuk menjelajahi Kota Batu.
Awalnya, saya dan istri berencana untuk jalan-jalan di sana, namun karena jadwal yang padat, rencana itu tampaknya sulit terwujud.
Syukur kepada Tuhan, undangan dari Ibu Amelia dan Pak Untung memberikan kesempatan bagi kami untuk menikmati keindahan Kota Batu.
Perjalanan dimulai dari rumah Ibu Amelia dan Pak Untung pada pukul 20.00 WIB. Kami sempat mampir sebentar di Karanglo, tepatnya di Tugu Malang, untuk membeli kue lapis.
Istri saya memilih beberapa varian rasa, seperti talas keju, pie apel, pie strawberry, dan original brownies.
Bagi Anda yang berkunjung ke Malang, jangan lewatkan Tugu Malang ini---lokasinya sangat dekat dengan kampus kami.
Setelah itu, kami langsung menuju alun-alun Kota Batu. Malam itu, perjalanan ke alun-alun sangat lancar, mungkin karena sudah cukup malam.
Ibu Amelia menyebutkan bahwa pada akhir pekan, lalu lintas ke arah Batu biasanya sangat padat, mirip dengan kawasan Puncak Bogor yang dipenuhi wisatawan.
Kami tiba di alun-alun Kota Batu sekitar pukul 21.00 WIB. Saat keluar dari mobil, udara dingin Kota Batu langsung menyapa kami dengan suhu 21 derajat Celsius.
Saya yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos lengan pendek, merasakan dingin yang luar biasa.
Ibu Amelia sempat menawarkan jaket suaminya, namun saya menolak, ingin sepenuhnya menikmati udara sejuk Kota Batu yang sudah lama tidak saya rasakan.
Meskipun sudah cukup malam, alun-alun masih ramai dengan pengunjung. Beberapa wahana memang sudah tutup, namun suasana tetap hidup dengan pasangan muda-mudi yang duduk santai sambil menikmati kuliner Kota Batu.
Ibu Amelia, yang tampaknya sangat bersemangat, segera mencari spot terbaik untuk berfoto, dan kami pun tidak ketinggalan mengambil foto dengan latar belakang ikon buah apel.
Setelah puas berfoto, kami menuju salah satu kuliner legendaris Kota Batu, Pos Ketan, yang sudah berdiri sejak tahun 1967.
Kami harus antre untuk memesan ketan dan minuman khas Batu, yaitu STMJ (Susu, Telur, Madu, Jahe)---minuman yang sempurna untuk menghangatkan diri di udara dingin malam itu.
Sambil menikmati hidangan, kami berbincang tentang berbagai hal, mulai dari pelayanan, pernikahan, hingga studi. Setelah sesi sharing tersebut, kami memutuskan untuk kembali ke kampus.
Pada perjalanan pulang, kami tidak melewati rute Karangploso seperti saat berangkat. Ibu Amelia mengusulkan agar kami singgah di Kampung Kayutangan, sebuah kawasan wisata heritage di pusat Kota Malang.
Kampung ini, yang sudah ada sejak abad ke-13, menyimpan sisa-sisa kejayaan masa kolonial yang masih terawat dengan baik dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Lokasinya tidak jauh dari Balaikota dan alun-alun Kota Malang.
Kami tiba di Kampung Kayutangan sekitar pukul 23.12 WIB, dan langsung mencari spot terbaik untuk berfoto.
Ibu Amelia mengabadikan momen saya dan istri dengan latar belakang Gereja Hati Kudus Kayutangan, yang bersebelahan dengan restoran cepat saji McDonald's dan KFC Â Berfoto di depan gereja ini rasanya menjadi keharusan bagi setiap pengunjung.
Perjalanan kami malam itu berakhir di sini. Kami kembali ke kampus sudah larut malam, namun sangat puas karena berhasil mengunjungi dua destinasi wisata dalam satu malam.
Terima kasih banyak kepada Ibu Amelia dan Pak Untung yang telah mengajak kami jalan-jalan selama di SATI Malang. Sampai jumpa di lain kesempatan!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI