Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Sepanjang Hayat: Mengembangkan Potensi Manusia Tanpa Batas Usia

12 Juli 2024   07:50 Diperbarui: 12 Juli 2024   07:56 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun pendidikan informal merupakan pendidikan tanpa pengakuan tertulis (sertifikat dan ijazah), namun ia turut berpengaruh terhadap pendidikan formal dan nonformal.

Mengapa dikatakan demikian, karena kesuksesan pendidikan formal dan nonformal ditopang oleh pendidikan informal.

Sebagai ilustrasi saja, saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana (2014) dan magister (2023), dikarenakan tertatanya pendidikan informal dalam keluarga saya.

Karena itu, peran orangtua sebagai guru inti dalam pendidikan informal menjadi penentu keberhasilan pendidikan formal kita.

Retaknya pendidikan informal (kedua orangtua memiliki masalah internal, cerai, pisah tempat tinggal yang terlalu lama, dsb.) bisa memengaruhi pendidikan formal anak di kemudian hari.

Misalnya, anak bolos atau putus sekolah karena pergaulan bebas (perilaku individu atau suatu kelompok yang menyimpang). Nampaknya, pendidikan informal yang baik itu berasal dari keluarga yang baik-baik.

Keluarga yang baik-baik bukan berarti keluarga sejahtera dengan perekonomian keluarga yang mapan, namun lebih kepada keharmonisan dalam manajemen organisasi keluarga berjalan dengan baik.

Misalnya, orangtua menyediakan waktu khusus untuk mendidik anak-anaknya secara intensif baik dalam bentuk pengajaran, pembelajaran perlakuan dan tutur kata, menjadi cerminan yang baik dalam masyarakat. (Sumber: Detik.com).

Didikan seperti inilah yang membuat seseorang berhasil dalam pendidikan formalnya. Paparan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan informal tidak boleh dipandang sebelah mata.

Pendidikan Informal Belum Mendapat Pengakuan

Selama ini pendidikan formal, seperti sekolah dan perguruan tinggi cenderung menjadi fokus utama dalam sisitem pendidikan kita, di mana anggaran yang dikeluarkan pemerintah relatif besar.

Ada semacam keyakinan yang dipegang oleh pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum bahwa pendidikan formal mampu membentuk kepribadian, keterampilan, dan kedewasaan seseorang.

Sehingga tidak heran, ada sekolah yang menerapkan jam pelajaran tambahan atau ekstrakurikuler yang membuat siswa pulang kesorean. Padahal, belum tentu program-program tersebut memenuhi kebutuhan siswa.

Pada prinsipnya, pendidikan informal melibatkan pembelajaran di luar lingkungan formal atau sekolah seperti lewat pengalaman sehari-hari, interaksi sosial, dan pelatihan nonformal.

Pengalaman ini bisa memberikan kontribusi terhadap soft skill (pengetahuan, norma, tata laku, keterampilan, dan kedisiplinan), yang barangkali tidak didapatkan di sekolah.

Pertanyaan pentingnya adalah apakah pembelajaran yang didapat lewat pendidikan informal dapat menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan yang setara dengan mereka yang melewati pendidikan formal?

Memang benar, pendidikan informal tidak dapat menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan yang setara dengan mereka yang melalui pendidikan secara formal, tetapi pendidikan informal mampu mendorong pembelajaran sepanjang hayat.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan sebuah konsep yang menyatakan bahwa proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, tanpa dibatasi usia. Visinya jelas yaitu untuk mengembangkan seutuhnya seluruh kemampuan dan potensi manusia. (Wikipedia.org).

Nah, lewat proses pendidikan sepanjang hayat ini, seseorang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara berkesinambungan, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang.

Karena itu, seharusnya kita tidak boleh menganggap remeh peran pendidikan informal. Kita harus mengakui dan mendukungnya.

Pengakuan dan dukungan ini penting, karena dapat memotivasi individu pembelajar yang memiliki keterbatasan materi atau masyarakat yang dililit kemiskinan untuk mengikuti pendidikan informal dan mencari pembelajaran di luar lingkungan formal.

Apabila pendidikan informal tidak dianggap berharga dan penting, barangkali banyak orang bakal kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri dan keterampilan yang relevan dengan dunia nyata.

Setelah mendapat pengakuan dan dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum, lalu apa? Inilah yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Kolaborasi antara Pendidikan Informal dan Formal Itu Penting

Menyadari akan manfaat dari pendidikan informal dalam menyiapkan individu sebelum memasuki lingkungan pendidikan formal, maka pemerintah dan lembaga pendidikan perlu berkolaborasi dengan pendidikan informal.

Kolaborasi ini sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di kemudian hari.

Lantas, seperti apa bentuknya? Program seperti apa yang perlu dirancangkan sekolah atau universitas?

Sekolah atau universitas dapat merancang program-program pendidikan informal yang ditujukan bagi mereka yang memerlukan pengembangan wawasan.

Misalnya, mengembangkan konsep sekolah vokasi desa yang mempertemukan mahasiswa dengan pemuda desa, di mana mereka bisa saling bertukar pikiran lewat aksi-aksi yang dilakukan di desa. (Sumber: Kompas.id).

Pengalaman interaksi seperti ini tentu membawa keuntungan besar baik bagi mahasiswa itu sendiri maupun bagi pemuda desa.

Para mahasiswa diuntungkan karena mereka mendapat perspektif tentang bagaimana pemuda desa mengatasi kasus-kasus yang dialaminya setiap hari di desa.

Demikian sebaliknya, pemuda desa mendapat perspektif teoritis bagaimana mahasiswa mengatasi kasus-kasus yang mereka alami setiap hari di kota.

Nah, saya kira kolaborasi atau sinergisitas seperti ini dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia di masa depan.

Di era teknologi yang semakin cangih hari ini, seharusnya kita tidak boleh mengesampingkan peran pendidikan informal baik dalam keluarga maupun masyarakat, sebab kenyataannya ia menjadi bagian integral dari sistem pendidikan yang holistik (pendidikan yang utuh/menyeluruh).

Sebagai penutup: dukungan penuh terhadap pendidikan informal dan kolaborasi yang dilakukan antara pendidikan formal dan informal, ujung-ujungnya akan menghasilkan kualitas dan produktivitas SDM Indonesia yang siap bersaing di dunia nyata.

Mari kita bersama-sama wujudkan sekolah yang holistik dengan merangkul pendidikan informal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun