Saya duduk di depan warung, di bawah pohon, menyaksikan para pemancing satu demi satu berjalan di atas jembatan bambu menuju perahu nelayan.
Perahu itulah yang akan mengantarkan mereka ke bagang. Suasana kembali sepi, hanya tinggal saya dan pemilik warung (suami-istri).
"Menyewa perahu untuk mancing di bagang bayar berapa, ya Bu".
"Kalau untuk antar jemput, Rp500.000, Bang".
"Berapa lama ke bagang, Bu?"
"Ya, sekitar 30 menitan, Bang".
"Kalau umpan udang hidup ini, dijual berapa, Bu?
"Kalau yang kecil, 3 ekor Rp2000".
Dari informasi yang saya peroleh, si pemilik warung mempunyai 3 buah bagang dan 3 buah perahu. Si Ibu dan suaminya, Mang Doyok, tidak hanya melayani pemancing bagang, tapi juga pemancing ngapung (memancing keliling).
Bahkan, mereka membudidayakan kerang hijau di bawah bagang. Jika musim panen tiba, mereka akan menjualnya.