Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Putus-Nyambung dalam Berpacaran, Sebaiknya Bagaimana?

22 Februari 2024   17:12 Diperbarui: 4 Maret 2024   01:30 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan muda yang sedang berpacaran. (Sumber gambar: freepik.com)

Hidup di Indonesia dengan segala keanekaragaman suku, budaya, dan agama menjadikan kita saling bertemu dan menyatu. Perjumpaan dengan beragam individu dari berbagai latar belakang agama, kadangkala dapat menimbulkan benih cinta.

Rasa sayang dan suka terhadap seseorang dapat muncul begitu saja tanpa direncanakan. Namun, bagaimana bila ternyata kita mencintai orang yang berbeda keyakinan dengan kita? Apakah kita akan tetap melanjutkan hubungan ataukah berhenti?

Seringkali, yang menjadi sulit justru, karena tidak mendapat restu dari orangtua, karena pasangan kita nggak sekayakinan dengan kita. Contoh, si A (Kristen) pacaran dengan si B (Muslim). Bisa saja keduanya saling mencintai tanpa memandang agama.

Tapi, karena tidak dapat restu dari orangtua karena isu perbedaan keyakinan, mereka memilih untuk putus. Tetapi nanti, mereka kangen dan balikan lagi. Nanti ditegur oleh orangtua, mereka putus lagi, begitu seterusnya.

  • Perbedaan Budaya

Bukan hanya karena perbedaan keyakinan sih, tapi juga karena perbedaan budaya. Setiap daerah dari Sabang sampai Merauke memiliki corak budaya yang berbeda-beda satu sama lain, termasuk juga dalam budaya pernikahan.

Dalam melaksanakan upacara pernikahan, setiap daerah memiliki cara yang unik. Misalnya, di Nusa Tenggara Timur (NTT), kita mengenal tradisi dalam adat pernikahan yang dikenal dengan istilah "belis".

Dikutip dari laman Kompas.com, belis (berupa barang apa pun) adalah simbol penting dalam pernikahan laki-laki dan perempuan di NTT, kalau tidak terpenuhi, maka belis bisa menjadi penyebab batalnya pernikahan.

Karena perbedaan-perbedaan budaya dalam upacara pernikahan inilah, seringkali, yang terjadi adalah pasangan muda menjadi tidak bersemangat untuk meneruskan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, yakni pernikahan. Kadang-kadang mereka putus, kadang-kadang nyambung lagi, begitu seterusnya. Sehingga, mereka menjadi sangat lelah dengan hubungan.

2. Faktor Internal

Sekarang, kita akan melihat faktor internal. Setidaknya, ada 3 faktor internal yang umumnya menjadi sebab mengapa terjadi putus nyambung dalam relasi pacaran. Ketiganya, diuraikan sebagai berikut.

  • Berkonflik karena Perbedaan Sifat

Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga, menyatukannya dalam sebuah hubungan pacaran memang gampang-gampang susah. Berikut ini adalah beberapa contoh perbedaan sifat dalam sebuah hubungan.

Contoh, si C mungkin tipenya cepat dan gegabah dalam mengambil keputusan, sedangkan si D tipenya detail dalam mempertimbangkan keputusan. Si D bisa minta putus karena sikap gegabah si C. Saat putus, mereka bisa kembali lagi, karena masih saling suka dan sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun