Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyambangi Taman Kota Waduk Pluit: Mengenang Warisan Jokowi-Ahok

20 Februari 2024   15:46 Diperbarui: 20 Februari 2024   15:49 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Taman Kota Waduk Pluit. (Sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Hari ini, 20 Februari 2024, setelah mengantarkan istri bekerja, saya memutuskan untuk mengunjungi taman kota Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebagai informasi, taman ini dibangun di atas tanah seluas 35.390 M.

Saya pertama kali mengunjungi taman ini tahun 2017 silam bersama pacar saya (sekarang sudah jadi istri). Saya masih ingat persis, saat itu (27 Oktober 2017), kami duduk di bawah pohon rindang menghadap ke Waduk Pluit sambil membaca buku.

Kami membawa cemilan untuk dimakan berdua. Setelah puas membaca buku dan menikmati pemandangan waduh, kami berfoto ria di atas jembatan kecil dengan latar Waduk Pluit. Yang berfoto di atas jembatan kecil saat itu bukan hanya kami, tapi juga beberapa pasangan lain. Boleh dibilang, jembatan ini, menjadi salah satu spot terbaik untuk berfoto.

Kala itu (tahun 2017), banyak sekali pengunjung yang datang, entah untuk sekadar ngumpul-ngumpul menikmati pemandangan waduk, berfoto atau untuk jogging. Namun, setelah lewat 7 tahun, atau tepatnya, setelah Jokowi-Ahok sudah tak lagi memerintah DKI Jakarta, taman ini jadi sepi pengunjung.

Kondisi Taman yang Kini Memprihatinkan

Ilustrasi gerobak pedagang diparkir di area taman. (Sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)
Ilustrasi gerobak pedagang diparkir di area taman. (Sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Mengapa sekarang sepi? Kesepian ini, dikarenakan kondisi taman yang tidak lagi terurus, mulai dari prasarana dan fasilitas taman. Ketika saya memasuki area parkir siang ini, tampak pos parkir sepi tak ada penjaganya, sehingga saya masuk dan parkir motor tanpa membayar karcis.

Tidak jauh dari area parkir, saya melihat tong sampah hilang dari posisi awalnya. Sampah-sampah plastik seperti dus rokok bertebaran di beberapa titik. Yang lebih miris lagi adalah di area taman, berjejeran gerobak pedagang kaki lima. Padahal, saat Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017, gerobak tidak diperbolehkan masuk ke area taman.

Di masa pak Jokowi-Ahok, taman Waduk Pluit benar-benar terawat, mulai dari prasarana dan fasilitas tamannya dijaga. Kebersihan taman diprioritaskan. Sampah-sampah selalu diangkut setiap hari, tidak dibiarkan penuh, apalagi dibiarkan berminggu-minggu.

Sekarang, kondisi taman tampak memprihatinkan. Semoga pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini, dapat segera membenahi prasarana dan fasilitas taman, mengingat taman kota Waduk Pluit diadakan sebagai ruang publik yang bernilai guna bagi lingkungan dan masyarakat di tengah sesaknya kehidupan perkotaan.

Saya sangat berharap taman kota Waduk Pluit dapat kembali berjaya seperti pada masa pemerintahan Jokowi-Ahok dulu.

Pentingnya Taman Kota bagi Lingkungan dan Kehidupan Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun