Saat saya dan istri sedang berjalan ke dalam Baywalk Mall, tiba-tiba handphone saya bergetar. Ternyata, saya mendapat panggilan dari kak Lisa, anak dari ibu Lany (saya memanggilnya mami Lany). Kak Lisa menanyakan posisi saya di mana, dan saya memberitahunya bahwa saya ada di Baywalk Mall Pluit.
Dia meminta saya dan istri mampir di rumah untuk makan bersama. Tentu saja, saya senang diajak makan bersama, tapi tidak demikian dengan istri saya. Dia mengeluh kalau dia sudah sangat capek dan ingin pulang istirahat.
Saya membujuknya agar mau mampir sebentar makan, demi menghormati undangan mereka. Istri saya setuju, namun berpesan ke saya, agar tidak berlama-lama. Artikel ini hendak menceritakan pengalaman kami makan di rumah jemaat dalam momen Tahun Baru Imlek, Sabtu 10 Februari 2024.
Kami meninggalkan Baywalk Mall sekitar pukul 16:50 WIB, lalu melanjutkan perjalanan ke Jembatan Lima, Jakarta Barat. Jalanan sore itu tampak sepi. Pintu-pintu pertokoan di Pasar Pagi tertutup rapat. Itu karena, para pemilik toko sedang merayakan Tahun Baru Imlek.
Ketika melintasi Pasar Jembatan Lima, kami kaget karena ternyata pasarnya ramai banget. Kami sering berbelanja kebutuhan makanan di sini, karena lebih murah dan lebih banyak takarannya. Di hari biasa, pasar ini sering bikin macet, khususnya menjelang sore hari.
Kami lurus terus ke wilayah Tambora, lalu berbelok kanan ke Gang Panca Krida I. Kami akhirnya tiba di rumah mami Lany sekitar pukul 18:00 WIB. Beliau dan kak Lisa menyambut kami di depan pintu. Istri saya turun duluan, sementara saya mamarkir sepeda motor. Untunglah, masih ada tempat parkir yang masih kosong.
Gang Panca Krida I ini cukup kecil, hanya bisa dilewati oleh 2 sepeda motor. Jadi, parkir motornya harus menyisakan sisa badan jalan bagi sepeda motor yang lewat. Duh, pokoknya agak rumitlah parkir motor di gang kecil seperti ini.
Setelah parkir motor dengan posisi aman, saya masuk ke dalam rumah. Kami duduk di sofa di ruang tamu bersama mami Lany dan kak Lisa. Mami Lany kemudian bercerita bahwa, handphonenya tadi siang hilang dicuri orang di atas kulkas.
Karena itu, sempat los kontak dengan anggota grup pengerja gereja. Bersyukur, mami Lany sudah dibelikan handphone baru oleh anaknya, kak Lisa dan sudah bisa digunakan.
Kak Lisa sempat bilang ke kami, sudah waktunya mami ganti handphone baru, karena handphone lamanya sudah digunakan selama 7 tahun. Jadi, menurut kak Lisa, ada hikmah juga dari peristiwa pencurian ini.
Kemudian, mami Lany mengajak kami ke ruang makan untuk makan makanan yang telah disediakan. Saya dan istri yang sudah lapar sedari tadi, langsung gaskeun. Kami duduk melingkari meja makan yang berbentuk bulat.
Di atas meja makan, telah tersaji berbagai jenis makanan, ada nasi putih, bakso, gado-gado, mie hun goreng, dan ayam goreng lengkap dengan sambal dan emping.
"Ayo dimakan yang banyak, anggap saja rumah sendiri. Mami ke depan ya, supaya enak makannya," ujar mami Lany sambil melangkah ke ruang tamu.
Kak Lisa, juga menyusul ke ruang tamu. Jadi, di meja makan hanya ada saya dan istri berhadapan dengan banyak makanan.
Keluarga ibu Lany, memang, sudah kami anggap orangtua sendiri. Ketika kami menikah, beliau yang sibuk tangani acara. Ketika saya berulang tahun, kak Lisa sering beliin kue. Pokoknya, sudah saya anggap seperti kakak sendiri.
Karena lapar berat, kami makan buanyak. Ha-ha. Tapi, masih saja tersisa makanan di atas meja makan. Setelah selesai makan dan kenyang, kami ke ruang tamu. Kami mengobrol banyak hal, mulai dari kehidupan hingga pelayanan.
Sekitar 1 jam kemudian, Yonathan (biasa dipanggil Otan) datang dari rumah sebelah. Otan adalah pemuda di gereja di mana saya melayani saat ini. Dia mengajak kami makan di rumahnya. Saya dan istri spontan saling tatap-tatapan dan senyum-senyum.
Saya bilang kalau kami sudah makan, tetapi kami tetap didesak untuk mampir di rumahnya, karena makanan sudah disiapkan ibunya. Apa boleh buat, kami dengan berat perut mengiyakannya.
Mampirlah kami di rumah Otan yang lokasinya bersebelahan dengan rumah ibu Lany. Kami disambut ibunya, yang sedang sibuk mengeluarkan masakan di ruang tamu. Duduklah kami berlima di situ, saya dan istri, Otan, adik perempuannya, dan ibunya.
Saya dan istri mengambil makanan sedikit saja, soalnya perut kami sudah tidak sanggup menampung makanan. Setelah makan nasi dan lauk, kami masih ditawarkan berbagai macam kue buatan ibu Otan. Kami mencicipi sedikit-sedikit, karena nggak kuat telan lagi.
Malam itu, kami berdua benar-benar kekenyangan, sampai tak kuat berdiri lagi. Momen Tahun Baru Imlek kali ini, benar-benar luar biasa bagi saya dan istri, karena dijamu makan di dua rumah yang berbeda, dengan makanan yang berbeda pula. Sebuah pengalaman yang sulit dilupakan.
Akhirnya, kami berdua izin pamit pulang, karena hari sudah semakin malam. Terima kasih banyak untuk jamuan makannya mami Lany, kak Lisa, dan mama Otan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H