Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tahun Baru Imlek 2024: Dari Trip hingga Jamuan Makan Besar

13 Februari 2024   12:31 Diperbarui: 13 Februari 2024   12:34 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jamuan makan di rumah ibu Lany. (Sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Saat saya dan istri sedang berjalan ke dalam Baywalk Mall, tiba-tiba handphone saya bergetar. Ternyata, saya mendapat panggilan dari kak Lisa, anak dari ibu Lany (saya memanggilnya mami Lany). Kak Lisa menanyakan posisi saya di mana, dan saya memberitahunya bahwa saya ada di Baywalk Mall Pluit.

Dia meminta saya dan istri mampir di rumah untuk makan bersama. Tentu saja, saya senang diajak makan bersama, tapi tidak demikian dengan istri saya. Dia mengeluh kalau dia sudah sangat capek dan ingin pulang istirahat.

Saya membujuknya agar mau mampir sebentar makan, demi menghormati undangan mereka. Istri saya setuju, namun berpesan ke saya, agar tidak berlama-lama. Artikel ini hendak menceritakan pengalaman kami makan di rumah jemaat dalam momen Tahun Baru Imlek, Sabtu 10 Februari 2024.

Kami meninggalkan Baywalk Mall sekitar pukul 16:50 WIB, lalu melanjutkan perjalanan ke Jembatan Lima, Jakarta Barat. Jalanan sore itu tampak sepi. Pintu-pintu pertokoan di Pasar Pagi tertutup rapat. Itu karena, para pemilik toko sedang merayakan Tahun Baru Imlek.

Ketika melintasi Pasar Jembatan Lima, kami kaget karena ternyata pasarnya ramai banget. Kami sering berbelanja kebutuhan makanan di sini, karena lebih murah dan lebih banyak takarannya. Di hari biasa, pasar ini sering bikin macet, khususnya menjelang sore hari.

Kami lurus terus ke wilayah Tambora, lalu berbelok kanan ke Gang Panca Krida I. Kami akhirnya tiba di rumah mami Lany sekitar pukul 18:00 WIB. Beliau dan kak Lisa menyambut kami di depan pintu. Istri saya turun duluan, sementara saya mamarkir sepeda motor. Untunglah, masih ada tempat parkir yang masih kosong.

Gang Panca Krida I ini cukup kecil, hanya bisa dilewati oleh 2 sepeda motor. Jadi, parkir motornya harus menyisakan sisa badan jalan bagi sepeda motor yang lewat. Duh, pokoknya agak rumitlah parkir motor di gang kecil seperti ini.

Setelah parkir motor dengan posisi aman, saya masuk ke dalam rumah. Kami duduk di sofa di ruang tamu bersama mami Lany dan kak Lisa. Mami Lany kemudian bercerita bahwa, handphonenya tadi siang hilang dicuri orang di atas kulkas.

Karena itu, sempat los kontak dengan anggota grup pengerja gereja. Bersyukur, mami Lany sudah dibelikan handphone baru oleh anaknya, kak Lisa dan sudah bisa digunakan.

Kak Lisa sempat bilang ke kami, sudah waktunya mami ganti handphone baru, karena handphone lamanya sudah digunakan selama 7 tahun. Jadi, menurut kak Lisa, ada hikmah juga dari peristiwa pencurian ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun