Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Pengaruh Hidup Minimalis terhadap Kesejahteraan Diri dan Lingkungan

19 Januari 2024   17:02 Diperbarui: 19 Januari 2024   17:51 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagi saya, cara hidup minimalis memberi saya kesempatan untuk merenungi arti kebahagiaan" - Fumio Sasaki

Semua orang mengawali hidup di dunia sebagai minimalis. Pandangan ini pernah diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam surat 1 Timotius 6:7, demikian bunyinya: "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa keluar." Jadi, memang, tak seorang pun yang lahir ke dunia dengan membawa suatu benda, demikian ketika ia tiada.

Fumio Sasaki, dalam bukunya Hidup Minimalis Ala Orang Jepang mengatakan, nilai diri kita tidak ditentukan oleh seberapa banyak barang yang kita punya. Barang bisa membuat kita senang, tapi kesenangan itu tidak bertahan lama. Sementara itu, semua benda yang tidak kita perlukan, sebenarnya hanya menghabiskan waktu, energi, dan kebebasan.

Beberapa Manfaat dari Gaya Hidup Minimalis

Sebagian besar dari kita pasti pernah merasakan kelegaan, setelah beres-beres rumah. Contoh, beberapa waktu lalu saya dan istri bekerja sama untuk membereskan kontrakan kami yang mulai terlihat acak-acakan. Kami membuang beberapa barang yang tak lagi penting. Setelah selesai ditata, ruangan terlihat lebih rapi dan nyaman. Situasi tersebut adalah situasi minimalis, dan kami betul-betul menikmatinya.

Perubahan besar dalam kehidupan kami sehari-hari terjadi semenjak kami mulai mengurangi barang-barang yang tidak penting. Awalnya, kami merasa berat berpisah dengan barang-barang kesayangan kami. Seperti saya yang merasa berat menyumbang sebagian besar buku-buku saya kepada Sekolah Tinggi Teologi (STT) di beberapa daerah.

Bagaimana tidak, buku-buku itu saya beli dengan uang jajan saya selama masih studi. Tapi, demi hidup minimalis saya melakukannya. Ternyata, ada manfaat besar dari hidup minimalis yang kami jalani hari ini. Seperti apa manfaatnya, yuk ikuti terus pembahasannya.

1. Lebih merasa bahagia.

Sadarkah kita bahwa setiap barang yang kita miliki memerlukan tanggung jawab yang baru? Jika barang tersebut, kita beli dengan sistem kredit, maka setiap bulan kita harus menyisihkan sebagian gaji kita untuk melunasinya, sementara biaya kebutuhan hidup sehari-hari semakin mahal. Situasi ini bisa memicu stres.

Memiliki barang juga berarti kita harus menyimpannya. Jika kita hobi shopping, maka kita harus memiliki ruang penyimpanan yang besar, agar barang-barang yang kita miliki bisa tersimpan. Mungkin, kita akan merasa senang, tapi kesenangan itu akan segera sirna, ketika kita melihat barang-barang yang kita beli dan simpan sudah tak menarik lagi.

Barang-barang yang mulai terlihat penuh di dalam rumah membuat kita kewalahan. Situasi ini bisa membuat kita stres. Belum lagi masalah perawatan yang membutuhkan waktu dan biaya yang tak sedikit.

Karena itu, kami menerapkan gaya hidup minimalis saat ini. Kami membuang barang-barang yang tidak lagi bermanfaat. Kami juga mengurangi membeli pakaian, buku, hingga peralatan elektronik. Barang-barang elektronik yang kami beli adalah barang-barang yang memang perlu seperti kulkas, AC, dan mesin cuci. Kami juga memiliki 1 sepeda motor, itupun kami beli yang bekas. Tidak apa-apa, asal masih bisa digunakan untuk berpergian.

Dengan memiliki sedikit barang-barang di rumah, kami merasa bahagia. Jadi, kebahagiaan menurut kami bukan karena memiliki banyak barang, tapi justru memiliki sedikit barang.

2. Lebih hemat waktu.

Seperti yang diketahui bahwa gaya hidup minimalis adalah gaya hidup yang mengusung kesederhanaan. Sederhana dalam bertempat tinggal, dalam berpakaian, dan berpola pikir. Dengan hidup minimalis, kita tidak perlu memikirkan pakaian yang hendak dipakai, selagi itu nyaman di badan kita.

Saya dan istri jarang membeli pakaian baru. Kami baru beli kalau pakaian yang kami pakai sudah robek. Jadi, di dalam lemari pakaian kami tidak banyak pakaian. Karena tidak banyak pakaian, maka kami tidak perlu membuang banyak energi dan waktu untuk mencucinya.

Perabotan dapur seperti piring, gelas, sendok, dan peralatan masak juga tidak banyak, sehingga kami tidak perlu membuang energi dan waktu untuk mencucinya. Kami terbiasa mencuci perabotan dapur sebelum berangkat bekerja. Tujuannya adalah ketika pulang bekerja kami langsung bisa beristirahat.

Dengan tidak memiliki banyak barang, kami dapat menghemat banyak energi dan waktu untuk bersantai dan menikmati hidup. Belakangan, setelah pulang bekerja kami masih sempat membuat kopi sambil membaca artikel dari teman-teman Kompasianer.

3. Lebih peduli lingkungan.

Terakhir, manfaat dari hidup minimalis adalah kita memberi dampak positif bagi lingkungan. Bagaimana gaya hidup minimalis berpengaruh positif bagi lingkungan? Simak terus penjelasannya.

Di tengah pertumbuhan umat manusia yang sangat meningkat saat ini, pertumbuhan konsumsi pun tak terkendali, sehingga bumi kita menangis karena limbah dan sampah yang dihasilkan manusia. Ini ditandai oleh suhu panas yang semakin meningkat di beberapa negara, tak terkecuali Indonesia.

Tren gaya hidup minimalis yang dipopulerkan oleh tokoh-tokoh Jepang seperti Fumio Sasaki dan Marie Kondo menawarkan pandangan bijak, agar kita dapat hidup secara berkelanjutan. Beberapa langkah praktis menjaga lingkungan dengan gaya hidup minimalis antara lain sebagai berikut.

Menghindari membeli pakaian dan makanan yang berlebihan sehingga tidak mubazir; mengurangi penggunaan plastik, misalnya penggunaan plastik belanja diganti dengan goodie bag; beralih dari menggunakan transportasi pribadi ke transportasi umum demi mengurangi polusi udara; gunakan energi secukupnya. Contoh, di rumah, kami terbiasa mematikan lampu dan kran air sebelum berangkat kerja.

Dengan menerapkan gaya hidup minimalis, maka kita dapat berkontribusi lebih bagi kelestarian bumi kita di masa depan. Bagaimana, anda tertarik untuk menerapkan gaya hidup minimalis? Jika anda tertarik menerapkan gaya hidup minimalis, berikut ini adalah beberapa petunjuk yang bisa dipertimbangkan.

Beberapa Petunjuk untuk Memulai Gaya Hidup Minimalis

Untuk berpindah dari gaya hidup "maksimalis" ke gaya hidup "minimalis" itu tidak mudah. Apalagi, kalau kita adalah orang yang terbiasa berbelanja. Kita akan merasa sulit untuk melepaskan barang-barang kesayangan kita, meskipun sebenarnya barang-barang tersebut sudah tak bermanfaat lagi. Maka di sini kita perlu tekad yang kuat untuk mewujudkan gaya hidup minimalis.

1. Buang jauh-jauh pemikiran bahwa kita tidak mampu membuang barang.

Masalahnya bukan karena kita tidak mampu membuang barang, tapi masalahnya adalah kita tidak terbiasa membuang barang. Kita belum punya "pengalaman membuang," ujar Fumio Sasaki. Awalnya, saya sulit menyumbang ratusan  buku saya kepada STT, jiwa saya menolaknya.

Tapi, kemudian saya berhasil. Ini karena saya mencoba menyumbang 1 demi 1 buku saya, sehingga akhirnya hampir separuh buku saya berhasil dikeluarkan dari kontrakan kami, dan saya tidak pernah menyesal. Malah, sebaliknya beruntung, karena mengurangi beban ketika akan berpindah rumah.

Jadi, kita perlu belajar teknik dan menumbuhkan kebiasaan mengurangi segala hal yang berlebihan di rumah kita.

2. Mulailah dengan membuang barang yang jelas-jelas merupakan sampah.

Langkah mendasar yang baik untuk kita lakukan adalah mulai dengan membuang barang yang jelas-jelas merupakan sampah. Buanglah kaleng bekas, wadah makanan yang tak terpakai, peralatan masak yang sudah mengelupas atau karatan, barang-barang elektronik yang sudah rusak, dan pakaian yang sudah sobek.

Kalau tidak mau dibuang, dijual saja ke tukang rongsokan atau disumbang ke tetangga. Yang sering kami lakukan adalah menjual kardus bekas yang tak terpakai. Lumayan, uangnya bisa untuk beli kopi. Sedangkan, pakaian bekas yang sudah sobek, kami jadikan keset (pembersih kaki) dan kalau masih bagus, kami berikan kepada anggota keluarga kami di kampung.

Jadi, mulailah dengan membersihkan rumah dari barang-barang yang jelas-jelas sudah berubah menjadi sampah. Ini sangat mudah dilakukan.

3. Tak perlu membeli barang sebagai stok.

Membeli barang baru tentu saja boleh, asal barang yang sudah lama dan rusak. Yang tidak boleh adalah membeli barang untuk stok. Stok barang tentunya akan terpakai juga kelak; kita tidak perlu pergi ke toko untuk beli yang baru, karena stok masih ada.

Tapi, stok barang yang dibeli itu akan menumpuk dan mempersempit ruangan. Semakin besar ruang yang kita berikan, semakin bertambah barang-barang hingga kita tidak tahu lagi berapa banyak barang yang dibeli dan simpan sebagai stok di rumah.

Saran dari Fumio Sasaki adalah mulailah menyimpan hanya satu kotak ekstra di rumah dan jangan ditambah atau diisi kembali. Jika habis, pergilah membeli satu pak lagi (cukup 1). Membeli berpak-pak barang hanya untuk diri sendiri sebetulnya egois. Jadi, mari berhenti menyetok barang di rumah anda sekarang juga.

Nah, itu dia, beberapa petunjuk untuk hidup minimalis. Gimana, mudah kan untuk dilakukan? Semoga bermanfaat, ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun