Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Pengaruh Hidup Minimalis terhadap Kesejahteraan Diri dan Lingkungan

19 Januari 2024   17:02 Diperbarui: 19 Januari 2024   17:51 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, kemudian saya berhasil. Ini karena saya mencoba menyumbang 1 demi 1 buku saya, sehingga akhirnya hampir separuh buku saya berhasil dikeluarkan dari kontrakan kami, dan saya tidak pernah menyesal. Malah, sebaliknya beruntung, karena mengurangi beban ketika akan berpindah rumah.

Jadi, kita perlu belajar teknik dan menumbuhkan kebiasaan mengurangi segala hal yang berlebihan di rumah kita.

2. Mulailah dengan membuang barang yang jelas-jelas merupakan sampah.

Langkah mendasar yang baik untuk kita lakukan adalah mulai dengan membuang barang yang jelas-jelas merupakan sampah. Buanglah kaleng bekas, wadah makanan yang tak terpakai, peralatan masak yang sudah mengelupas atau karatan, barang-barang elektronik yang sudah rusak, dan pakaian yang sudah sobek.

Kalau tidak mau dibuang, dijual saja ke tukang rongsokan atau disumbang ke tetangga. Yang sering kami lakukan adalah menjual kardus bekas yang tak terpakai. Lumayan, uangnya bisa untuk beli kopi. Sedangkan, pakaian bekas yang sudah sobek, kami jadikan keset (pembersih kaki) dan kalau masih bagus, kami berikan kepada anggota keluarga kami di kampung.

Jadi, mulailah dengan membersihkan rumah dari barang-barang yang jelas-jelas sudah berubah menjadi sampah. Ini sangat mudah dilakukan.

3. Tak perlu membeli barang sebagai stok.

Membeli barang baru tentu saja boleh, asal barang yang sudah lama dan rusak. Yang tidak boleh adalah membeli barang untuk stok. Stok barang tentunya akan terpakai juga kelak; kita tidak perlu pergi ke toko untuk beli yang baru, karena stok masih ada.

Tapi, stok barang yang dibeli itu akan menumpuk dan mempersempit ruangan. Semakin besar ruang yang kita berikan, semakin bertambah barang-barang hingga kita tidak tahu lagi berapa banyak barang yang dibeli dan simpan sebagai stok di rumah.

Saran dari Fumio Sasaki adalah mulailah menyimpan hanya satu kotak ekstra di rumah dan jangan ditambah atau diisi kembali. Jika habis, pergilah membeli satu pak lagi (cukup 1). Membeli berpak-pak barang hanya untuk diri sendiri sebetulnya egois. Jadi, mari berhenti menyetok barang di rumah anda sekarang juga.

Nah, itu dia, beberapa petunjuk untuk hidup minimalis. Gimana, mudah kan untuk dilakukan? Semoga bermanfaat, ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun