"Bagi saya, cara hidup minimalis memberi saya kesempatan untuk merenungi arti kebahagiaan"Â - Fumio Sasaki
Semua orang mengawali hidup di dunia sebagai minimalis. Pandangan ini pernah diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam surat 1 Timotius 6:7, demikian bunyinya: "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa keluar." Jadi, memang, tak seorang pun yang lahir ke dunia dengan membawa suatu benda, demikian ketika ia tiada.
Fumio Sasaki, dalam bukunya Hidup Minimalis Ala Orang Jepang mengatakan, nilai diri kita tidak ditentukan oleh seberapa banyak barang yang kita punya. Barang bisa membuat kita senang, tapi kesenangan itu tidak bertahan lama. Sementara itu, semua benda yang tidak kita perlukan, sebenarnya hanya menghabiskan waktu, energi, dan kebebasan.
Beberapa Manfaat dari Gaya Hidup Minimalis
Sebagian besar dari kita pasti pernah merasakan kelegaan, setelah beres-beres rumah. Contoh, beberapa waktu lalu saya dan istri bekerja sama untuk membereskan kontrakan kami yang mulai terlihat acak-acakan. Kami membuang beberapa barang yang tak lagi penting. Setelah selesai ditata, ruangan terlihat lebih rapi dan nyaman. Situasi tersebut adalah situasi minimalis, dan kami betul-betul menikmatinya.
Perubahan besar dalam kehidupan kami sehari-hari terjadi semenjak kami mulai mengurangi barang-barang yang tidak penting. Awalnya, kami merasa berat berpisah dengan barang-barang kesayangan kami. Seperti saya yang merasa berat menyumbang sebagian besar buku-buku saya kepada Sekolah Tinggi Teologi (STT) di beberapa daerah.
Bagaimana tidak, buku-buku itu saya beli dengan uang jajan saya selama masih studi. Tapi, demi hidup minimalis saya melakukannya. Ternyata, ada manfaat besar dari hidup minimalis yang kami jalani hari ini. Seperti apa manfaatnya, yuk ikuti terus pembahasannya.
1. Lebih merasa bahagia.
Sadarkah kita bahwa setiap barang yang kita miliki memerlukan tanggung jawab yang baru? Jika barang tersebut, kita beli dengan sistem kredit, maka setiap bulan kita harus menyisihkan sebagian gaji kita untuk melunasinya, sementara biaya kebutuhan hidup sehari-hari semakin mahal. Situasi ini bisa memicu stres.
Memiliki barang juga berarti kita harus menyimpannya. Jika kita hobi shopping, maka kita harus memiliki ruang penyimpanan yang besar, agar barang-barang yang kita miliki bisa tersimpan. Mungkin, kita akan merasa senang, tapi kesenangan itu akan segera sirna, ketika kita melihat barang-barang yang kita beli dan simpan sudah tak menarik lagi.
Barang-barang yang mulai terlihat penuh di dalam rumah membuat kita kewalahan. Situasi ini bisa membuat kita stres. Belum lagi masalah perawatan yang membutuhkan waktu dan biaya yang tak sedikit.
Karena itu, kami menerapkan gaya hidup minimalis saat ini. Kami membuang barang-barang yang tidak lagi bermanfaat. Kami juga mengurangi membeli pakaian, buku, hingga peralatan elektronik. Barang-barang elektronik yang kami beli adalah barang-barang yang memang perlu seperti kulkas, AC, dan mesin cuci. Kami juga memiliki 1 sepeda motor, itupun kami beli yang bekas. Tidak apa-apa, asal masih bisa digunakan untuk berpergian.
Dengan memiliki sedikit barang-barang di rumah, kami merasa bahagia. Jadi, kebahagiaan menurut kami bukan karena memiliki banyak barang, tapi justru memiliki sedikit barang.