Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menuju Guru Sejahtera: Penyebab Guru Mengalami Stres dan Upaya Pengendalian

27 November 2023   14:51 Diperbarui: 27 November 2023   14:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru stres karena banyak tuntutan sekolah. (sumber: freepik.com)

Penyebab stres adalah kumpulan sejumlah aspek seperti tuntutan dan keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas, yang terkait dengan pekerjaan dan situasi atau lingkungan kerja yang memengaruhi tingkat emosional, kognitif, dan motivasi guru.

Ada peristiwa menarik pada momen ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional kemarin. Apanya yang menarik?

Seperti yang kita ketahui kalau Presiden Joko Widodo sempat hadir di HUT ke-78 PGRI dan menyampaikan hasil riset mengenai pekerjaan sebagai guru.

Jokowi mengatakan kalau menjadi guru itu bukan pekerjaan yang mudah. Beliau mengutip sebuah lembaga riset internasional, RAND Corporation 2022, kalau tingkat stres guru itu lebih tinggi dari pekerjaan yang lain.

Lantas, apa sebabnya? Jokowi melanjutkan dengan berkata kalau di dalam riset itu disebutkan antara lain karena perilaku siswa, juga karena perubahan kurikulum. Beliau menambahkan satu lagi, yaitu karena perkembangan teknologi.

Nah, di dalam artikel ini, saya ingin memaparkan lebih jauh lagi tentang penyebab guru stres. Kemudian, mencari solusi konkrit pengendalian stres guru di sekolah.

Definisi Stres

Sebelum membahas penyebab guru stres, barangkali kita perlu menyamakan persepsi mengenai stres terlebih dahulu. Apa itu stres?

Secara sederhana stres adalah reaksi seseorang, baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis), apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.

Menurut Harmsen e al., (2018), stres guru terdiri dari dua komponen: (1) penyebab stres (stress causes); (2) respons stres (stress responses).

Penyebab stres adalah kumpulan sejumlah aspek seperti tuntutan dan keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas, yang terkait dengan pekerjaan dan situasi atau lingkungan kerja yang memengaruhi tingkat emosional, kognitif, dan motivasi guru.

Sedangkan, respons stres adalah interpretasi mental guru, tatkala mengalami penyebab stres. Nah, itu dia definisi tentang stres. Pada bagian selanjutnya kita akan mendiskusikan penyebab stres atau stres stimulus pada guru.

Penyebab Guru Stres

Dari pengamatan saya terhadap beberapa sumber literatur dan pengalaman dari ibu dan istri saya, saya mendapati setidaknya ada enam penyebab guru stres.

  • Perilaku buruk siswa

Yang dimaksud dengan perilaku buruk siswa adalah tindakan pelanggaran siswa terhadap peraturan atau norma dan etika yang berlaku di sekolah. Perilaku buruk siswa ini bisa menstimulus terjadinya stres pada guru di sekolah.

Siswa yang tidak sopan, tidak disiplin waktu, bisa membuat emosi guru melonjak atau tidak stabil. Saya masih ingat, ketika masih di SMA dulu, guru kami pernah dibuat kesal oleh seorang teman kami dari jurusan IPS.

Akibatnya, guru itu memukul teman saya hingga babak belur. Peristiwa itu sempat menimbulkan ketegangan, karena orangtua dari teman saya tak terima dan datang ke skolah sambil ngamuk-ngamuk.

Saya juga masih ingat ketika masih di SMP dulu, guru kami menggunting rambut kami, para siswa pria, karena sudah kepanjangan. Rambut saya diguting amburadul kala itu, sehingga waktu pulang kami semua saling menertawakan diri masing-masing.

Tentu saja, masih banyak lagi perilaku siswa di sekolah yang bisa menyebabkan guru naik darah hingga stres.

Pekerjaan guru yang terlalu banyak bisa berpotensi menyebabkan guru mengalami stres. Guru sebagai tenaga pendidik di lingkungan sekolah dituntut harus mampu mengelola kelas dengan baik, membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, persiapan mengajar hingga mengevaluasi hasil belajar siswa.

Dengan tuntutan pekerjaan yang sedemikian kompleks tersebut, guru cenderung termotivasi untuk meninggalkan profesinya sebagai pendidik, karena kekurangan waktu istirahat.

Saya paling sering mendengar keluh-kesah dari ibu dan istri saya. Ibu saya adalah seorang guru Fisika pada salah satu sekolah negeri di Saparua, Maluku Tengah. Sementara, istri saya adalah seorang guru Bimbel di salah satu bimbel yang berlokasi di PIK 1, Jakarta Utara.

Belum lama ini, ibu saya mengeluh soal penambahan 1 mata pelajaran ekstra di sekolahnya. Kebetulan, dia mendapat tugas mengampu mata pelajaran tersebut. Dengan demikian, pekerjaannya semakin bertambah dan waktu istirahatnya terpotong.

Saya tahu ibu saya stres karena dia sering mengalami sakit akhir-akhir ini. Semangat ya, bu!

Istri saya juga belum lama ini mengeluh soal tambahan jam mengajar pada hari Minggu. Padahal, dia mengajar mulai dari Senin-Jumat, dari pukul 11.00 WIB-19.00 WIB. Sekarang ditambahkan lagi hari Minggu, pukul 09.00-12.00 WIB - jelas bikin dia tambah stres. Semangat sayang!

  • Praktik kepemimpinan yang tak sesuai

Kepemimpinan yang tidak sesuai adalah kurangnya kemampuan pemimpin (kepala sekolah/manajer) dalam memengaruhi atau memimpin para guru, sehingga guru mengalami stres.

Sebenarnya, perilaku pemimpin yang menyebabkan bawahan mengalami stres sudah lama diperdebatkan. Secara khusus, dalam konteks sekolah atau bimbel, perilaku kepala sekolah/manajer dapat menjadi faktor utama yang menyebabkan meningkatnya emosi guru - atau menurunnya emosi guru.

Istri saya pernah bercerita kalau manajer/pimpinan bimbel adalah seorang yang egois atau seenaknya. Kalau ngomong itu bikin sakit hati. Dia juga tidak perhatian dengan kondisi fisik dan mental bawahannya.

Tidak heran kalau istri saya tak lagi ingin bekerja di situ, setelah masa kontraknya selesai tahun depan. Saya yakin, masih banyak lagi guru bimbel yang mengalami seperti yang dialami istri saya.

Perubahan kebijakan pendidikan dapat menjadi pemicu utama stres pada guru. Berbagai penelitian telah menunjukkan kalau kebijakan pendidikan yang berubah-ubah setiap kali pergantian menteri menstimulus guru mengalami stres di sekolah.

Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait pendidikan, maka guru mau tak mau harus berupaya untuk menyesuikan dengan perubahan kebijakan tersebut.

Perubahan kebijakan pendidikan itu dapat berupa tuntuntan dalam hal ujian berstandar dan inovasi pendidikan. Dalam kondisi ini, guru cenderung memiliki emosi yang tidak stabil dan gampang marah karena bingung mengimplementasikan berbagai kebijakan pendidikan.

  • Perkembangan IT

Perkembangan IT bagi guru yang masih muda seperti istri saya bukanlah halangan, tetapi bagi guru yang sudah berumur seperti ibu saya, IT menjadi momok yang bisa membuatnya stres.

Saya sering mendengar cerita ibu saya yang selalu minta bantuan kepada staf sekolah yang pandai IT untuk mengerjakan berbagai tugas sekolah, termasuk mengupload berkas-berkas kenaikan golongannya. Dan, sudah tentu dia harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit.

Pandemi kemarin telah memaksa semua guru di Tanah Air untuk menggunakan IT dalam pembelajaran jarak jauh (daring), meskipun hal tersebut pada kenyataannya susah dan tak menyenangkan bagi sebagian guru.

Beban tanggung jawab guru selama pembelajaran secara daring sudah tentu bertambah. Guru harus bersedia bekerja ekstra, yakni melakukan komunikasi dengan siswa dan orang tua tanpa ada batas waktu, belum lagi biaya pengeluaran untuk beli kuota internet.

Pelbagai kesulitan ini bukan tidak mungkin akan memicu tingkat stres pada guru.

  • Kekurangan gaji

Upah/gaji yang tidak mencukupi juga dapat menyebabkan guru merasa frustasi. Istri saya pernah mengeluh soal salarynya. Menurutnya, salary atau gaji yang dia dapatkan setiap bulan dari bimbel tidak sebanding dengan pekerjaan yang dia kerjakan.

Harusnya, dia mendapatkan gaji minimal sesuai UMR Jakarta. Tapi, nyatanya gaji yang diterima selama ini kurang dari UMR Jakarta. Sudah gitu, tuntuntan kerjaanya banyak.

Saya yakin, bukan hanya istri saya yang diperlakukan seperti ini, masih banyak guru lain yang bernasib sama.

Beberapa Upaya Pengendalian Stres Guru

Berdasarkan penyebab stres yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa upaya pengendalian stres guru yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.

  • Menerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi sekolah. Kepemimpinan yang baik adalah kunci utama bagi keberhasilan sekolah ataupun bimbel. Kepala sekolah haruslah seorang yang humble, peduli terhadap kondisi guru atau bawahannya. Pemimpin yang demikian akan cenderung disukai oleh guru atau bawahan.
  • Pengembangan program bimbingan konseling yang komprehensif bagi guru dan siswa. Kepala sekolah perlu memikirkan program konseling kepada para guru maupun siswa yang stres. Hal ini akan menghindarkan mereka dari tindakan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini.
  • Perlu meningkatkan kesejahteraan finansial guru, termasuk guru honor dan bimbel. Sebab bagaimana pun, guru memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya. Sehingga, mereka harus memenuhi keperluan keluarganya. Kalau gaji atau salarynya tidak cukup, bagaimana mungkin keluarganya tercukupi kebutuhan hidupnya?
  • Melengkapi fasilitas sekolah dan perlu adanya fasilitator untuk membimbing guru mengerti teknologi. Sebab, bagaimana pun di sekolah masih ada guru zaman old yang gaptek.
  • Menerjemahkan dan memahami serta mengimplementasikan dengan baik setiap perubahan kebijakan pendidikan di sekolah.
  • Dalam menghadapi pelbagai permasalahan pekerjaan di sekolah, setiap guru perlu memotivasi dirinya sendiri dengan mengingat nasihat Paulus di dalam surat Filipi 4:13: "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia (Tuhan) yang memberi kekuatan kepadaku."

Kesimpulan

Saya sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Jokowi di atas, menjadi guru itu bukan pekerjaan yang mudah. Guru tidak mungkin dapat mengatasi segala permasalahan di sekolah seorang diri, karena dia bakal stres. Karena itu, guru memerlukan bantuan dari kepala sekolah dan rekan guru yang lain. Dengan saling kerjasama, beban kerja guru semakin ringan, dan tingkat stres pun semakin berkurang. Dengan demikian, perjalanan menuju kesejahteraan guru, baik dari segi mental maupun fisik akan terwujud.

Sekian dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun