Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menuju Guru Sejahtera: Penyebab Guru Mengalami Stres dan Upaya Pengendalian

27 November 2023   14:51 Diperbarui: 27 November 2023   14:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru stres karena banyak tuntutan sekolah. (sumber: freepik.com)

Dari pengamatan saya terhadap beberapa sumber literatur dan pengalaman dari ibu dan istri saya, saya mendapati setidaknya ada enam penyebab guru stres.

  • Perilaku buruk siswa

Yang dimaksud dengan perilaku buruk siswa adalah tindakan pelanggaran siswa terhadap peraturan atau norma dan etika yang berlaku di sekolah. Perilaku buruk siswa ini bisa menstimulus terjadinya stres pada guru di sekolah.

Siswa yang tidak sopan, tidak disiplin waktu, bisa membuat emosi guru melonjak atau tidak stabil. Saya masih ingat, ketika masih di SMA dulu, guru kami pernah dibuat kesal oleh seorang teman kami dari jurusan IPS.

Akibatnya, guru itu memukul teman saya hingga babak belur. Peristiwa itu sempat menimbulkan ketegangan, karena orangtua dari teman saya tak terima dan datang ke skolah sambil ngamuk-ngamuk.

Saya juga masih ingat ketika masih di SMP dulu, guru kami menggunting rambut kami, para siswa pria, karena sudah kepanjangan. Rambut saya diguting amburadul kala itu, sehingga waktu pulang kami semua saling menertawakan diri masing-masing.

Tentu saja, masih banyak lagi perilaku siswa di sekolah yang bisa menyebabkan guru naik darah hingga stres.

Pekerjaan guru yang terlalu banyak bisa berpotensi menyebabkan guru mengalami stres. Guru sebagai tenaga pendidik di lingkungan sekolah dituntut harus mampu mengelola kelas dengan baik, membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, persiapan mengajar hingga mengevaluasi hasil belajar siswa.

Dengan tuntutan pekerjaan yang sedemikian kompleks tersebut, guru cenderung termotivasi untuk meninggalkan profesinya sebagai pendidik, karena kekurangan waktu istirahat.

Saya paling sering mendengar keluh-kesah dari ibu dan istri saya. Ibu saya adalah seorang guru Fisika pada salah satu sekolah negeri di Saparua, Maluku Tengah. Sementara, istri saya adalah seorang guru Bimbel di salah satu bimbel yang berlokasi di PIK 1, Jakarta Utara.

Belum lama ini, ibu saya mengeluh soal penambahan 1 mata pelajaran ekstra di sekolahnya. Kebetulan, dia mendapat tugas mengampu mata pelajaran tersebut. Dengan demikian, pekerjaannya semakin bertambah dan waktu istirahatnya terpotong.

Saya tahu ibu saya stres karena dia sering mengalami sakit akhir-akhir ini. Semangat ya, bu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun