Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Begini Cara Orang Tua Saya Dahulu Mengatasi Krisis Air Bersih di Musim Kemarau

3 November 2023   13:53 Diperbarui: 3 November 2023   15:00 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Begini cara orang tua saya dahulu mengatasi krisis air bersih di musim kemarau. (sumber: freepik.com/vectorjuice)

Menampung air hujan adalah cara efektif lainnya untuk mengatasi krisis air bersih. Apakah anda sudah coba melakukannya?

3. Menggali Parigi

Nah, yang terakhir ini pekerjaan yang cukup berat. Menggali sumur (dalam dialek Ambon parigi) tidak bisa dilakukan sendirian, harus melibatkan sujumlah orang.

Kami punya parigi kecil dengan kedalaman sekitar 10-15 meter di halaman rumah. Airnya sangat jernih. Kadang-kadang, tetangga kami datang untuk menimba air di parigi yang kami gali.

Hampir tiap rumah di desa Saparua, Maluku Tengah mempunyai parigi masing-masing. Hal itu menolong masyarakat desa terhindar dari krisis air bersih pada musim kemarau panjang.

Kalau di kota-kota besar, penggalian sumur tradisional mungkin kurang efektif ya, karena memerlukan lahan. Lebih efektif kalau membuat sumur bor menggunakan pipa, tentu saja dengan memperhatikan ketentuan atau aturan dari Pemerintah setempat.

Sebagai penutup, saya menghimbau kepada masyarakat Indonesia, terutama yang berada di daerah-daerah yang mengalami kekeringan untuk melakukan penanaman pohon, menampung air hujan pada saat musim hujan, dan membuat sumur bor (kalau diperlukan).

Dengan melakukannya, bisa mencegah terjadinya krisis air bersih pada musim kemarau di masa depan. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun