Musim kemarau yang berkepanjangan tahun ini yang berdampak pada krisis air bersih di sejumlah daerah mengingatkan saya pada pengalaman orang tua saya dahulu dalam mengatasi krisis air bersih di musim kemarau.
1. Menanam Pohon
Ayah (alm.) saya adalah seorang pastor/pendeta. Meskipun demikian, saya lebih mengenalnya sebagai petani dan nelayan. Mengapa? Karena aktivitas kesehariannya lebih banyak dihabiskan di hutan dan di laut.
Ketika sedang musim gelombang, dia akan memilih ke hutan. Kami sering diajaknya ke hutan untuk berkebun. Mulai dari menanam sayur-sayuran, kacang-kacangan, hingga menanam pohon.
Pohon yang ditanam seperti pohon cengkeh, pala, durian, mangga, rambutan, dan pete. Sekarang, pohon-pohon ditanam itu sudah besar dan mengeluarkan buahnya.
Beberapa sumber yang saya baca mengungkapkan bahwa cara paling efektif untuk mengatasi krisis air bersih adalah dengan menanam pohon. Pohon membantu tanah untuk melakukan penyerapan air, sehingga dapat menyimpan persediaan air bersih dalam jumlah yang banyak.
Ayah saya telah memberikan teladan kepada kami untuk menanam pohon, karena ternyata pohon bisa menyimpan air bersih untuk keberlangsungan hidup.
Saya paling jengkel melihat orang-orang yang menyakiti pohon dengan memaku bener pada batang pohon. Paku akan meninggalkan bekas luka pada batang pohon, sehingga bisa mengakibatkan kematian pohon perlahan-lahan.
Plis, jangan paku benar lagi pada batang pohonnya ya, cukup diikat pake tali saja. Kalau gak kuat ya, dipaku di tembok rumamu saja. Lagi pula, tembok yang bolong bisa disemen ulang.
2. Menampung Air Hujan
Ketika musim hujan tiba, ayah dan ibu saya akan sibuk menampung air hujan di wadah-wadah yang telah dipersiapkan sebelumnya. seperti ciregen dan tong air.
Selama musim hujan, kami memastikan seluruh wadah telah terisi penuh. Ketika memasuki musim kemarau, air hujan yang sudah berhasil ditampung digunakan untuk keperluan menyiram tanaman di kebun.
Kadang-kadang, orang tua kami menggunakan air hujan untuk keperluan minum. Tentunya, dengan dimasak terlebih dahulu.