Mohon tunggu...
Billy Fernando
Billy Fernando Mohon Tunggu... Akuntan - Accountant

Boleh lah aku menulis di sini biar tidak blank-blank kali nama aku kalau kalian cari di google. :)

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Selamat Tinggal Pembelian Impulsif, Ini Tip Belanja Lebih Terencana

1 Agustus 2024   17:28 Diperbarui: 3 Agustus 2024   16:13 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Sejumlah warga tengah memilih dan mencoba pakaian di salah satu gerai Mal. (Foto: KOMPAS/YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA)

Oksitosin : Oksitosin dikenal sebagai hormon cinta atau hormon ikatan, karena berperan dalam ikatan sosial dan hubungan interpersonal. Peningkatan oksitosin dapat meningkatkan perasaan kepercayaan dan ikatan dengan orang lain, termasuk penjual atau merek tertentu, yang bisa mempengaruhi perilaku pembelian impulsif.

Adrenalin : Adrenalin adalah hormon yang dilepaskan dalam situasi stres atau eksitasi. Tingkat adrenalin yang tinggi dapat meningkatkan energi dan kewaspadaan, yang kadang-kadang dapat menyebabkan keputusan impulsif, termasuk pembelian impulsif, karena dorongan mendadak untuk mengambil tindakan.

Endorfin : Endorfin adalah neurotransmitter yang berperan dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan perasaan euforia. Aktivitas yang menyenangkan, seperti berbelanja, dapat memicu pelepasan endorfin, yang dapat mendorong perilaku impulsif sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak perasaan positif.

Testosteron : Testosteron adalah hormon yang terkait dengan agresi, kompetisi, dan pengambilan risiko. Tingkat testosteron yang tinggi dapat meningkatkan kecenderungan untuk mengambil risiko, yang bisa termasuk pembelian impulsif atau keputusan finansial yang tidak terencana.

Dampak Negatif dari Pembelian Impulsif

www.finansialku.com
www.finansialku.com

Meskipun bisa memberikan kepuasan sesaat, pembelian impulsif sering kali membawa dampak negatif jangka panjang, seperti:

Masalah Keuangan : Pembelian impulsif bisa menyebabkan pengeluaran yang berlebihan dan akhirnya menimbulkan masalah keuangan. Menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak diperlukan berarti mengurangi anggaran untuk kebutuhan yang lebih penting.

Penyesalan dan Ketidakpuasan : Setelah efek kesenangan awal hilang, banyak orang merasa menyesal telah membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Ini bisa menyebabkan perasaan bersalah dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri.

Penumpukan Barang : Pembelian impulsif sering kali berakhir dengan barang-barang yang jarang atau bahkan tidak pernah digunakan. Hal ini ini menyebabkan penumpukan barang di rumah yang tidak hanya membuat ruang berantakan tetapi juga menambah beban mental.

Cara Menghindari Pembelian Impulsif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun