Mengapa Pembelian Impulsif Terjadi?
Ada beberapa alasan mengapa orang cenderung melakukan pembelian impulsif:
Emosi dan Mood : Banyak orang berbelanja untuk mengatasi stres, kesedihan, atau kebosanan. Belanja bisa memberikan sensasi kesenangan dan kepuasan instan, meskipun hanya sementara.
Diskon dan Promosi : Penawaran terbatas waktu, diskon besar, atau promosi "beli satu gratis satu" sering kali memicu dorongan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pengaruh Sosial : Melihat teman atau influencer favorit kita memiliki atau merekomendasikan suatu produk dapat memicu keinginan untuk membeli barang tersebut agar tidak ketinggalan tren.
Aksesibilitas dan Kemudahan : Dengan kemudahan belanja online, barang bisa dibeli hanya dengan beberapa klik. Hal ini membuat pembelian impulsif lebih mudah dan sering terjadi.
Pengaruh Hormon Terhadap Pembelian Impulsif
Ada beberapa hormon dan neurotransmitter dalam tubuh manusia yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif:
Dopamin : Dopamin adalah neurotransmitter yang berperan penting dalam sistem reward atau penghargaan di otak. Ketika seseorang melakukan aktivitas yang menyenangkan atau memuaskan, seperti berbelanja, tingkat dopamin meningkat, yang dapat memberikan perasaan euforia dan kesenangan. Peningkatan dopamin ini dapat mendorong perilaku impulsif, termasuk pembelian impulsif.
Serotonin : Serotonin adalah neurotransmitter yang terkait dengan mood dan perasaan kesejahteraan. Tingkat serotonin yang rendah dapat menyebabkan perasaan depresi atau kecemasan, yang bisa memicu perilaku kompulsif, termasuk pembelian impulsif, sebagai cara untuk meningkatkan mood sementara.
Kortisol : Kortisol adalah hormon stres yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal. Tingkat kortisol yang tinggi bisa meningkatkan stres dan kecemasan, yang dapat mendorong perilaku impulsif sebagai mekanisme koping. Orang yang merasa stres atau cemas mungkin berbelanja secara impulsif untuk merasa lebih baik.