Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MISTERI] Mencintai Saudara Kembar

25 Februari 2012   07:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:41 3540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Lalu apa masalahnya? tanya Winda penasaran.

" Nanti akan kuberitahu, sabarlah" jawab Wahyu.

Entahlah hampa rasanya menceritakan rencana pernikahanya dengan Winda. Tidak ada yang lebih menarik di pikiran Wahyu selain membicarakan tentang Titis. Tetapi ia sadar cintanya pada Titis adalah cinta yang terlarang.

Di rumah pak Sastro pada saat yang sama.
Titis mendapat teguran keras dari kedua orangtua angkatnya itu. Ia merasa sangat bersalah. Ia tahu bahwa Wahyu dan dia adalah satu saudara kandung yang tidak boleh saling mencintai. Aku harus mengatakan pada Wahyu, ia tidak boleh meninggalkan Winda. Hanya Winda yang pantas mendampingi hidupnya. Titis minta maaf pada kedua orangtua angkatnya itu dan berjanji akan mendukung hubungan  Wahyu dan Winda. Apapun akan ia lakukan asal saudara kembarnya itu bahagia.

Esok harinya.
Titis berangkat lebih awal ke kebun, ia akan memanen beberapa pisang yang sudah masak. Ia akan membuat keripik pisang. Mendekati perkebunan ia menyeberang sebuah jembatan  gantung. Tiba - tiba dilihatnya Wahyu berada di ujung jembatan. Ia melambaikan tangan pada Titis. Wajah Wahyu tampak sangat tampan dengan kemeja putih.

" Wahyu, untuk apa pagi- pagi ke mari?"  Titis membatin dalam hati. Antara ia dan tidak ia bergolak melawan suara hatinya. Menghampiri Wahyu atau pura - pura tidak melihatnya. Titis bimbang.

Wahyu tidak bergerak sama sekali, ia hanya tersenyum pada Titis sambil melambaikan tangannya. Meminta Titis segera mendekat. Titis sadar ia Wahyu seolah sebuah magnet baginya. Dengan tergesa gesa ia menuju ke seberang. Tiba- tiba kakinya menginjak kayu jembatan yang sudah lapuk. Keseimbangannya hilang.

Byuuuuuuuuuur!!!!!....Titis tercebur ke sungai yang deras itu. Ia tak sempat berteriak minta tolong. Tak satupun yang melihat peristiwa itu. Bayangan manusia berwajah Wahyu itu tiba - tiba memudar dan lenyap. Tubuh Titis timbul tenggelam di seret arus sungai yang deras itu.

Sementara pagi ini, di rumah Wahyu.
Bu Kasmi dan Winda mengenakan kerudung hitam. Tetangga sudah berkumpul hendak memakamkan jenasah. Tubuh Wahyu terbujur  kaku  tertutup jarik batik di atas bale - bale kayu, beralas tikar pandan anyaman almarhum ayahnya itu. Ia ditemukan  tewas terseret arus sungai  saat hujan deras tadi malam.

Sekian

Salam Fiksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun