" Mas Wahyu, kemana saja sih sejak tadi pagi. Kita kan masih harus menyelesaikan hal - hal penting untuk rencana pernikahan" kata Winda.
Sejenak Winda ke dapur, lalul mengulurkan segelas kopi hangat untuk tunangannya itu. Wahyu menerimanya dan meletakkan lagi di atas meja.Lalu keluar lewat pintu samping.
Ia memilih sendirian di beranda samping rumah, diam dan menghisap rokoknya dalam - dalam. Di situ ia membaringkan tubuhnya di bale - bale bambu anyaman almarhum ayahnya. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi pikirnya. Semua peristiwa tadi pagi cepat atau lambat pasti akan sampai ke telinga ibunya.
Winda menyusul Wahyu dan duduk di sisi bale- bale itu.
" Kamu sakit ya mas Wahyu? Kok diam saja?" tanya Winda. Ia sudah paham betul Wahyu sebenarnya tidak senang menyimpan rahasia padanya. Tetapi firasat Winda merasa ada sesuatu yang disembunyikan tunangannya itu.
" Winda, aku mau terus terang padamu, kamu jangan salah paham. Ada masalah antara aku dengan saudari kembarku"
" Sejak kapan kamu punya saudari kembar mas?" tanya Winda. Ia sangat terkejut.
Bu Kasmi yang diam - diam mendengar pembicaraan mereka menarik nafas panjang. Ia teringat pesan orangtuanya dulu, jika sudah hampir menikah Wahyu harus diberitahu bahwa ia mempunyai saudara kembar.
"Ya, benar aku punya saudari kembar, namanya Titis. Dia sangat cantik" kata Wahyu sambil menghela nafas panjang. Aku sangat bahagia bisa bertemu saudari kembarku itu"
" Apakah dia akan datang ke pernikahan kita nanti ?" tanya Winda.
" Ya dia akan datang" jawab Wahyu berbohong.