Mohon tunggu...
Betty Khairunnisa
Betty Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi STID Mohammad Natsir

tertarik menguasai banyak bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Kejatuhan Turki dengan Peran Islam Politik Indonesia

6 Agustus 2024   07:12 Diperbarui: 6 Agustus 2024   07:14 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media dan opini publik sering kali memberikan perhatian lebih pada aspek negatif dari politik Islam, seperti radikalisasi atau ekstremisme. Persepsi negatif ini dapat menghambat penerimaan politik Islam di kalangan masyarakat umum. Jika masyarakat merasa bahwa agenda politik Islam tidak sesuai dengan kebutuhan atau keinginan mereka, dukungan publik terhadap politik Islam dapat berkurang, yang pada gilirannya menghambat implementasi kebijakan berbasis Islam. Regulasi dan undang-undang yang ada mungkin tidak mendukung atau membatasi penerapan kebijakan politik berbasis Islam. Ini termasuk batasan-batasan dalam konstitusi atau hukum yang tidak memungkinkan penerapan hukum syariah secara menyeluruh. Mengatasi faktor-faktor penghambat ini memerlukan strategi yang bijaksana, dialog yang konstruktif dan pendekatan yang inklusif. Penerapan prinsip-prinsip Islam dalam politik harus mempertimbangkan keragaman sosial dan politik yang ada, serta mencari cara untuk menyelaraskan kepentingan umum dengan nilai-nilai Islam tanpa mengorbankan prinsip-prinsip demokrasi.

Untuk menganalisis peran dan posisi Islam politik di Indonesia, pendekatan politik tradisional, behavioral, dan post-behavioral dapat memberikan wawasan yang berbeda dan mendalam. Pendekatan politik tradisional berfokus pada struktur, institusi, dan ideologi yang ada dalam sistem politik. Dalam konteks Islam politik di Indonesia, pendekatan ini melihat peran dan posisi Islam politik melalui lensa sejarah, hukum dan struktur kekuasaan. Politik Islam di Indonesia memiliki akar sejarah yang dalam, mulai dari masa perjuangan kemerdekaan hingga periode pasca-kemerdekaan. Partai-partai politik berbasis Islam seperti Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara. Setelah kemerdekaan, berbagai peraturan dan konstitusi, seperti Piagam Jakarta dan Undang-Undang Dasar 1945 mencerminkan perdebatan tentang peran Islam dalam negara. Konstitusi Indonesia mengakui keberadaan agama, tetapi tetap mengedepankan prinsip negara sekuler. Penerapan hukum syariah terbatas pada aspek-aspek tertentu seperti hukum keluarga di beberapa daerah. Pendekatan tradisional menilai bagaimana struktur hukum dan konstitusi mempengaruhi posisi dan peran Islam politik dalam kerangka negara. Partai-partai politik berbasis Islam, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), beroperasi dalam kerangka politik yang ditentukan oleh undang-undang dan regulasi yang ada. Mereka berusaha mempengaruhi kebijakan publik dan legislatif sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam batas-batas yang ditetapkan oleh sistem politik sekuler Indonesia.

Pendekatan behavioral menekankan pada perilaku individu dan kelompok dalam konteks politik. Dalam analisis Islam politik di Indonesia, pendekatan ini memfokuskan pada bagaimana individu dan kelompok berperilaku dalam konteks politik Islam, serta bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem politik. Pemilih Muslim di Indonesia menunjukkan preferensi yang bervariasi terhadap partai-partai berbasis Islam. Perilaku pemilih dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti identitas agama, pandangan sosial-ekonomi dan sikap terhadap kebijakan publik. Perubahan dalam preferensi pemilih dapat mempengaruhi kekuatan politik partai-partai Islam. Gerakan politik berbasis Islam, seperti ormas Islam dan partai politik aktif dalam mobilisasi massa dan partisipasi politik. Mereka mengorganisir kampanye, demonstrasi dan acara sosial untuk mempengaruhi opini publik dan kebijakan pemerintah. Analisis perilaku ini membantu memahami bagaimana politik Islam berinteraksi dengan masyarakat dan sistem politik. Dalam partai-partai politik berbasis Islam, terdapat dinamika internal seperti konflik antara faksi moderat dan konservatif, serta pengaruh pemimpin dan aktivis. Perilaku internal ini mempengaruhi strategi politik dan kebijakan yang diusung oleh partai-partai tersebut.

Pendekatan post-behavioral menekankan pada perubahan dan reformasi dalam teori dan praktik politik. Pendekatan ini mempertimbangkan bagaimana pergeseran sosial dan politik mempengaruhi posisi dan peran politik Islam di Indonesia. Dalam era reformasi, politik Islam di Indonesia mengalami perubahan signifikan. Reformasi politik membuka ruang bagi partai-partai berbasis Islam untuk beroperasi secara lebih bebas, tetapi juga menuntut mereka untuk beradaptasi dengan perkembangan politik yang lebih demokratis dan pluralistik. Perubahan ini termasuk peningkatan keterlibatan dalam proses politik dan penyesuaian strategi politik untuk mengatasi tantangan modern. Globalisasi mempengaruhi cara politik Islam di Indonesia beroperasi. Terpengaruh oleh ide-ide internasional dan praktik politik global, partai-partai berbasis Islam harus beradaptasi dengan tren global seperti hak asasi manusia, demokrasi dan ekonomi pasar. Analisis Post-behavioral melihat bagaimana partai-partai ini menanggapi tantangan global dan apa dampaknya terhadap posisi mereka di dalam negeri. Partai-partai politik berbasis Islam semakin berinteraksi dengan masyarakat sipil dan sektor swasta dalam upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik dan mendapatkan dukungan. Pendekatan post-behavioral mengeksplorasi bagaimana politik Islam beradaptasi dengan perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi serta bagaimana hal ini mempengaruhi posisinya dalam politik nasional.

Trend kebangkitan Islam politik di Indonesia mencerminkan dinamika sosial, politik dan ekonomi yang berkembang sejak awal abad ke-21. Peningkatan partisipasi politik partai Islam merupakan satu hal yang bisa diusahakan oleh pihak terkait. Dalam beberapa dekade terakhir, partai-partai berbasis Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB) telah mengalami peningkatan dalam hal dukungan dan keterlibatan politik. PKS misalnya, menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam pemilihan umum dan mengembangkan pengaruh yang lebih besar dalam politik nasional. Partai-partai Islam sering membentuk koalisi dengan partai-partai non-Islam untuk memperoleh kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan. Kolaborasi ini memungkinkan mereka untuk memainkan peran yang lebih besar dalam pemerintahan dan pengambilan keputusan.

Hal lainnya yang bisa dilakukan adalah peningkatan pengaruh Ormas Islam. Organisasi Massa Islam (Ormas) seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memainkan peran penting dalam politik dan sosial di Indonesia. NU, dengan basis massa yang luas dan Muhammadiyah, dengan fokus pada pendidikan dan pembaharuan memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik dan kebijakan. Ormas-ormas ini sering terlibat dalam kegiatan sosial dan politik serta memberikan dukungan atau kritik terhadap kebijakan pemerintah. Mereka berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan pemerintah serta mempromosikan agenda-agenda Islam dalam konteks sosial dan politik.

Munculnya gerakan Islam populis dan konservatif juga menjadi hal yang mewarnai ranah Islam politik di Indonesia. Gerakan Islam populis yang menekankan pada aspek-aspek identitas Islam dalam politik sering menggunakan retorika agama untuk menarik dukungan massa dan mengkritik pemerintah yang dianggap tidak memenuhi tuntutan agama. Disamping itu, ada pula peningkatan dalam pengaruh kelompok-kelompok konservatif yang mendorong penerapan hukum syariah dan nilai-nilai Islam dalam kebijakan publik. Kelompok ini seringkali memiliki agenda untuk mengubah kebijakan pemerintah agar lebih sesuai dengan prinsip-prinsip Islam konservatif.

Media sosial juga memainkan peran penting dalam kebangkitan politik Islam di Indonesia. Platform-platform seperti Twitter, Facebook, Tik Tok dan Instagram digunakan untuk kampanye politik, penyebaran pesan dan mobilisasi massa. Aktivis dan politisi Islam memanfaatkan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mempengaruhi opini publik. Digitalisasi memungkinkan gerakan-gerakan Islam untuk beroperasi lebih efisien dan mengorganisir kegiatan dengan cepat. Ini juga mempermudah akses ke informasi dan mobilisasi dukungan untuk agenda-agenda politik berbasis Islam.

Kritik terhadap pemerintah dan respon terhadap globalisasi menjadi hal yang penting untuk dilakukan dengan cara yang tepat. Beberapa gerakan politik Islam mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kritik ini sering berfokus pada isu-isu seperti korupsi, ketidakadilan sosial dan penerapan hukum yang dianggap bertentangan dengan prinsip Islam. Globalisasi dan pengaruh internasional juga mempengaruhi kebangkitan Islam politik. Gerakan-gerakan Islam di Indonesia sering merespons tren global dengan mengadaptasi pesan dan strategi mereka untuk memenuhi tuntutan lokal dan internasional.

Dalam rangka mempertahankan eksistensi Islam, meski belum bisa maksimal dalam lingkup nasional, namun penerapan syariah di tingkat lokal tetap harus dipertahankan. Beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, telah menerapkan hukum syariah dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan syariah di tingkat lokal ini mencerminkan keinginan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam sistem hukum dan sosial. Penerapan syariah lokal juga mempengaruhi kebijakan dan praktik di daerah-daerah lain serta memberikan contoh bagi gerakan politik Islam untuk mendorong penerapan serupa di tingkat nasional.

Kesadaran sosial di kalangan komunitas Muslim meningkat dengan banyak kelompok yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Ini termasuk keterlibatan dalam isu-isu seperti keadilan sosial, hak asasi manusia dan pengentasan kemiskinan. Aktivisme Islam semakin menonjol dalam berbagai isu politik dan sosial. Aktivis Islam terlibat dalam kampanye, demonstrasi dan inisiatif sosial untuk mempengaruhi kebijakan dan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun