Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham - dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar sekunder (secondary market).
Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham preferen biasanya disebut sebagai saham campuran karena memiliki ciri-ciri hampir sama dengan saham biasa. Biasanya saham biasa hanya memiliki satu jenis tetapi dalam beberapa kasus terdapat lebih dari satu, tergantung dari kebutuhan perusahaan. Saham biasa memiliki beberapa jenis, seperti kelas A, kelas B, kelas C, dan lainnya. Masing-masing kelas dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri dan simbol huruf tidak memiliki arti apa-apa.
Adapula ciri-ciri dari saham. Berikut mengenai Saham Preferenmemiliki ciri-ciri ialah:
- Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan ciri-ciri yang berbeda
- Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen
- Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
- Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk
Adapula mengenai Saham Biasa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
- Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru. Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
 Lalu, bila ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dikelompokkan menjadi:
- Blue chips stock, saham biasa yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam industrinya, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen
- Income stocks, saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya
- Growth stocks, terdiri dari well-known dan lesser-known
- Speculative stocks, saham secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi pada masa mendatang, namun belum pasti
- Cyclical stocks, saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum
- Emerging Growth Stocks, saham yang dikeluarkan oleh emiten yang relatif kecil dan stabil meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung
- Defensive Stocks, saham yang tetap stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan resesi.
Di Indonesia juga memiliki mekanisme perdagangan saham. Pertama yang perlu dilakukan adalah investor harus menjadi nasabah pada perusahaan efek dahulu. Â Investor membuka rekening dengan membayarkan deposit sejumlah Rp 25 juta, sementara yang lain mewajibkan sebesar Rp 15 juta dan seterusnya. Jumlah yang disetorkan bervariasi.Â
Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah nominal membeli saham tidak ada tetapi di Bursa Efek Indonesia pembelian minimal 100 lembar atau 1 lot, misalnya harga saham perusahaan XYZ senilai Rp 100,00 maka dana minimal yang dibutuhkan untuk membeli satu lot sama dengan Rp 10.000,00 (100 lembar dikali Rp 100,00). Transaksi penjualan atau pembelian dapat dilakukan pada Hari Bursa.
Masyarakat dapat membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia, pembelian saham harus dilakukan atas kelipatan 100 lembar atau disebut juga dengan 1 lot. Saham pecahan (tidak bulat 100 lembar) bisa diperjualbelikan secara over the counter. Salah satu tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara:
- Meningkatnya nilai kapital (capital gain).
- Mendapatkan dividen.
Penawaran Saham Perusahaan kepada masyarakat pertama kali sebelum listing di bursa dinamakan Initial Public Offering (IPO), sedangkan jika sudah terdaftar (listing) dan perusahaan ingin menambah saham beredar dengan memberikan hak terlebih dahulu kepada pemegang saham lama untuk membeli-nya dinamakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau dikenal juga dengan sebutan Right Issue.
Mengenai perkembangan pasar modal di Indonesia, lembaran sejarah pasar modal Indonesia dimulai pada hampir seabad yang lalu dan merupakan salah satu institusi paling tua yang dimiliki oleh bangsa dan Negara Indonesia. Tepatnya pada tahun 1912, yaitu pada 95 tahun silam, didirikan bursa efek yang pertama kali di Batavia (Jakarta sekarang), sebagai cabang dari Bursa Efek Amsterdam di Belanda.Â
Namun sebagai akibat dari perang dunia ke II, serta adanya kebijakan politik Indonesia pasca 1950 hingga dengan pertengahan tahun 1960, pasar modal di Indonesia ditutup hingga 2 kali. Pada tanggal 10 Agustus 1977, kegiatan pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali. Semenjak diaktifkannya kembali di tahun 1977, pasar modal Indonesia terus melangkah seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman, serta pasang surutnya perekonomian nasional.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Desember 1912
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
1914 -- 1918
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 -- 1942
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
1942 -- 1952
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1956
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
1956 -- 1977
Perdagangan di Bursa Efek vakum
10 Agustus 1977
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama
1977 -- 1987
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
1987
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
1988 -- 1990
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
2 Juni 1988
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
16 Juni 1989
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
13 Juni 1992
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
22 Mei 1995
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
10 November 1955
Pemerintah mengeluarkan Undang --Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
1995
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
2000
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
2002
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
2007
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
2 Maret 2009
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
Mengenai kinerjanya, pasar modal Indonesia memberikan imbal hasil investasi yang tertinggi di antara bursa-bursa utama dunia dalam jangka panjang. Tentu diharapkan kondisi industri pasar modal di Indonesia bisa terus mengalami pertumbuhan yang lebih maksimal di masa mendatang. Selama 10 tahun terakhir jika imbal hasil investasi di bursa-bursa negara lain paling tinggi sebesar 129% maka imbal hasil investasi di BEI mencapai 193%.Â
Selama 10 tahun terakhir, imbal hasil yang di bawah BEI adalah 129% yang dicatatkan oleh bursa Philipina, 127% oleh Thailand, 62% oleh Indeks CSI 300 bursa Tiongkok, 59% dan 58% masing-masing oleh Indeks Dow Jones dan S&P 500 Amerika Serikat, serta 50% oleh Bursa Malaysia. Hal yang sangat menarik dari investasi di pasar modal di Indonesia dibandingkan dengan investasi negara-negara lain khususnya di negara di kawasan Asia Tenggara adalah tidak adanya pajak dari selisih keuntungan transaksi saham (capital gain).
Pasar efek dan pasar ekuitas hingga kini kurang dikembangkan dan kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI lebih rendah dibandingkan perusahaan terdaftar di negara-negara lain di Asia Tenggara. Sisi positif dari situasi ini adalah bahwa Indonesia masih memiliki ruang yang cukup luas untuk tumbuh.Â
Untuk memperdalam pasar modal Indonesia, juga penting bahwa sektor perbankan nasional berkembang lebih cepat. Saat ini, melek finansial penduduk Indonesia dan penetrasi perbankan (konvensional maupun syariah) tetap pada tingkat yang relatif rendah. Berdasarkan data dari Bank Dunia, kurang dari 40% dari populasi orang dewasa di Indonesia memiliki rekening bank. Seksi ini terfokus pada pasar-pasar keuangan dan modal Indonesia dan bertujuan memberikan wawasan dalam struktur pasar-pasar ini.
Kepala Komunikasi Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono mengatakan, pasar modal memiliki peran besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Pasar modal memiliki peran sebagai sumber pendanaan perusahaan maupun kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur Indonesia.Â
Sejak kembali berdiri, kapitalisasi pasar mencatatkan kinerja yang fantastis. Kapitalisasi pasar tercatat tumbuh 2,34 juta kali atau sebanyak 234,43 juta persen. Jika pada tahun 1977 nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia baru mencapai Rp 2,73 miliar maka per 31 Juli 2017 nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sudah mencapai Rp 6.400,11 triliun.
Sejalan dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah tumbuh tinggi padahal, pada tahun 1977 level IHSG hanya 98. Apabila di tahun 1977 nilai IHSG baru mencapai 98 poin, maka per akhir Juli tahun ini nilai IHSG telah mencapai 5.849,93 poin atau telah bertumbuh 5.860,14%.
Di bawah koordinasi Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia bersama Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) optimistis membuat pasar modal Indonesia berkembang dari sisi infrastruktur penunjang perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.Â
Ke depannya, pasar modal Indonesia juga akan semakin matang untuk bersaing, baik dalam segi literasi pasar modal, produk, maupun dalam menjalin kerja sama antar-pemangku kepentingan (stakeholders). Pasar modal Indonesia juga akan semakin siap untuk bersaing secara global.
Pada awal tahun 2017, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah. Pada pembukaan perdagangan saham, Selasa (3/1/2017), IHSG melemah 0,35% atau 179 poin ke level 5.278,8. Sebagian indeks saham acuan memerah. Ada sebanyak 43 saham menguat. Sedangkan 67 saham melemah sehingga mendoronga IHSG turun dan 95 saham lainnya diam di tempat.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utama mengatakan, sebenarnya kondisi pasar modal sedang tidak baik karena penutupan IHSG pada 2016 relatif rendah. Selain itu, pasar modal juga tengah mengahadapi tantangan pasalnya, rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikan suku bunga hingga tiga kali akan membuat Bank Indonesia menahan penurunan suku bunga.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio sebelumnya mengatakan, pasar modal Indonesia mampu bertahan kendati kondisi ekonomi global tidak menentu. Pencapaian pasar modal Indonesia termasuk gemilang lantaran masuk 5 besar di dunia yaitu tertinggi ke lima dan kedua di Asia Pasifik. Kondisi tersebut lebih baik dibanding dengan negara lain. Kinerja pasar modal merefleksikan kinerja pemerintah dan semua pencapaian merupakan refleksi terhadap potensi ekonomi Indonesia.
Faktor-faktor dominan yang menyebabkan perkembangan perdagangan saham di pasar modal Indonesia selama tahun berjalan ini yaitu yang pertama karena penurunan BI reverse repo rateyang cukup signifikan dari 5,5 persen di Mei 2016 menjadi 4,25 persen di September 2017. Dalam teori ekonomi, penurunan BI rate akan juga menurunkan tingkat suku bunga simpanan khususnya deposito walau terdapat time lag beberapa bulan.Â
Hal itulah yang menyebabkan Investor yang mengalami penurunan tingkat return di perbankan akan melakukan switching ke instrumen investasi lain khususnya saham dan sektor riil. Selain memacu investasi ke pasar modal, penurunan BI rate juga mendorong pertumbuhan sektor riil.Â
Menurunnnya, cost of capital meningkatkan demand terhadap bank loan yang lalu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. BI rate pada sisi lain terkait erat dengan tingkat inflasi. Pada prinsipnya, BI rate harus diatas tingkat inflasi sehingga menjadi inflasi menjadi batas bawah BI rate.
Faktor kedua disebakan karena adanya kemudahan melakukan IPO. Kini OJK akan membuat kebijakan yang mempermudah perusahaan untuk melakukan IPO.Â
Jika selama ini perusahaan skala kecil dan menengah harus memiliki aset minimal Rp 100 miliar sebelum masuk bursa dan maksimal pendanaan yang dapat diperolehnya hanya Rp 40 miliar. OJK akan membuka pintu bagi perusahaan atau startup dengan aset Rp di bawah 50 miliar untuk melakukan penawaran saham perdananya. Kemudahan melakukan IPO berpotensi tinggi untuk menaikkan kinerja pasar saham Indonesia.
Dan faktor lainnya juga bisa disebabkan karena banyaknya terobosan baru yang dilakukan OJK yaitu salah satunya dengan  membuka jaringan pasar saham di berbagai wilayah di Indonesia.Â
Hal ini menyebabkan semakin mudahnya akses bagi perusahaan yang ingin bergabung di BEI. Selain itu, BEI juga telah bekerja sama dengan 28 universitas di seluruh Indonesia untuk memberikan pengetahuan dan wawasan yang mendalam terkait industri pasar modal. Dengan begitu menyebabkan banyak anak muda yang mencoba belajar investasi dengan membeli saham yang di perdagangkan di pasar modal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H