Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
Selama 10 tahun terakhir, imbal hasil yang di bawah BEI adalah 129% yang dicatatkan oleh bursa Philipina, 127% oleh Thailand, 62% oleh Indeks CSI 300 bursa Tiongkok, 59% dan 58% masing-masing oleh Indeks Dow Jones dan S&P 500 Amerika Serikat, serta 50% oleh Bursa Malaysia. Hal yang sangat menarik dari investasi di pasar modal di Indonesia dibandingkan dengan investasi negara-negara lain khususnya di negara di kawasan Asia Tenggara adalah tidak adanya pajak dari selisih keuntungan transaksi saham (capital gain).
Pasar efek dan pasar ekuitas hingga kini kurang dikembangkan dan kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI lebih rendah dibandingkan perusahaan terdaftar di negara-negara lain di Asia Tenggara. Sisi positif dari situasi ini adalah bahwa Indonesia masih memiliki ruang yang cukup luas untuk tumbuh.Â
Untuk memperdalam pasar modal Indonesia, juga penting bahwa sektor perbankan nasional berkembang lebih cepat. Saat ini, melek finansial penduduk Indonesia dan penetrasi perbankan (konvensional maupun syariah) tetap pada tingkat yang relatif rendah. Berdasarkan data dari Bank Dunia, kurang dari 40% dari populasi orang dewasa di Indonesia memiliki rekening bank. Seksi ini terfokus pada pasar-pasar keuangan dan modal Indonesia dan bertujuan memberikan wawasan dalam struktur pasar-pasar ini.
Kepala Komunikasi Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono mengatakan, pasar modal memiliki peran besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Pasar modal memiliki peran sebagai sumber pendanaan perusahaan maupun kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur Indonesia.Â
Sejak kembali berdiri, kapitalisasi pasar mencatatkan kinerja yang fantastis. Kapitalisasi pasar tercatat tumbuh 2,34 juta kali atau sebanyak 234,43 juta persen. Jika pada tahun 1977 nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia baru mencapai Rp 2,73 miliar maka per 31 Juli 2017 nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sudah mencapai Rp 6.400,11 triliun.
Sejalan dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah tumbuh tinggi padahal, pada tahun 1977 level IHSG hanya 98. Apabila di tahun 1977 nilai IHSG baru mencapai 98 poin, maka per akhir Juli tahun ini nilai IHSG telah mencapai 5.849,93 poin atau telah bertumbuh 5.860,14%.
Di bawah koordinasi Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia bersama Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) optimistis membuat pasar modal Indonesia berkembang dari sisi infrastruktur penunjang perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.Â
Ke depannya, pasar modal Indonesia juga akan semakin matang untuk bersaing, baik dalam segi literasi pasar modal, produk, maupun dalam menjalin kerja sama antar-pemangku kepentingan (stakeholders). Pasar modal Indonesia juga akan semakin siap untuk bersaing secara global.