Si Jerman dan Si Denmark berusaha tidak menampakkan kekesalan mereka, tapi saya tahu mereka bertanya-tanya, "Dari mana asal pemain ini?"
Secara singkat, saya tahu saya kalah kelas dari mereka semua. Ya ternyata memang tidak ada satu pun pemain asal Asia di situ. Bahkan beberapa dari mereka saya yakin memiliki kemampuan yang lebih baik daripada pemain asing yang bermain di Liga Indonesia saat ini.
Tidak mengherankan memang, Raheem Sterling (Manchester City), Marcus Rashford (Manchester United), dan pemain Inggris lainnya juga merupakan jebolan dari Sunday League Football di awal kariernya sebelum masuk ke tim junior klub dan dikontrak secara profesional.
Menariknya, setelah latihan usai, sang manajer mendatangi saya dan menyapa dengan hangat. Ia berharap bertemu saya lagi di pertandingan hari Sabtu dan di latihan-latihan selanjutnya. Tidak ada reviu permainan saya yang saya perkirakan akan keluar dari mulut sang manajer. Saya justru bingung.
Sepanjang jalan menuju rumah, saya mencoba mengingat lagi yang terjadi di lapangan tadi, bagaimana saya bermain.
Melompat ke hari Sabtu, the matchday, pertandingan akan dilaksanakan pukul 2 siang. Asisten manajer mengontak saya, mengingatkan saya untuk datang. Dan saya memutuskan tidak datang. Saya melupakan NCC, saya tidak bisa bersaing. "Buat apa lagi?" yakin saya ketika itu.
Setelah itu, saya masih sering dihubungi oleh NCC, menanyakan kapan saya bisa mulai bergabung lagi dengan tim.
Bahkan di bulan Mei 2017, beberapa bulan setelah saya menghilang, mereka masih menghubungi saya, mengajak bergabung dengan tim untuk bermain di sebuah cup yang mempertandingkan klub-klub lokal Nottingham, dan bermain di The City Ground, kandang klub terkemuka, Nottingham Forest.
"I am really sorry mate, I can't join the team," jawab saya.
Saya lebih memilih bermain fun football dengan teman-teman saya sesama anak kuliah yang berasal dari Indonesia, bermain sepak bola tanpa beban dan saya merasa kemampuan saya sesuai di level ini.
Dari cerita saya ini, apa benang merahnya dengan para pemain profesional kita yang juga gagal bermain di Eropa?