Mohon tunggu...
Betrika Oktaresa
Betrika Oktaresa Mohon Tunggu... Administrasi - Full time husband & father. Part time auditor & editor. Half time gamer & football player

Full time husband & father. Part time auditor & editor. Half time gamer & football player

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Saya, Sunday League Football, dan Sulitnya Bermain Sepak Bola di Eropa

5 Oktober 2019   14:28 Diperbarui: 5 Oktober 2019   16:03 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dreamteamfc.com

Setengah jam sebelum waktunya, saya berangkat menuju Forest Recration Ground 4G pitch. Sebagai informasi, 4G pitch merupakan kepanjangan dari 4 grass pitches yaitu lapangan dengan rumput sintetis tapi tanpa perlu diberikan tambahan bahan pendukung lainnya seperti karet.

Rumput sintetis yang masih memerlukan bantuan potongan-potongan karet untuk mendukung performanya disebut dengan 3G pitches. 4G pitches merupakan pengembangan teknologi baru dan belum mulai diadaptasi sebagai rumput resmi cabang olahraga tertentu, yang saat ini masih menggunakan 3G pitch, seperti rugby atau sepak bola.

Sebagai informasi tambahan, lapangan ini ternyata dibangun oleh The FA, PSSI-nya Inggris, dan pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah setempat. Kira-kira, sudah ada program seperti ini belum ya yang dilakukan oleh PSSI? Saya tak tahu.

Singkat cerita, para pemain NCC telah berkumpul. Setelah berkenalan, ternyata mereka berasal dari negara yang berbeda. Ada yang berasal dari Jerman, Polandia, dan Denmark. Selebihnya merupakan anak kampung sini, dari Nottingham.

Berbicara postur, sudah pasti berbeda dibandingkan saya, bukan soal saya sudah agak buncit perutnya, tapi tinggi badannya. Mereka jauh menjulang dibandingkan saya. Dari sini saja mental sudah mulai diuji.

Setelah briefing disampaikan oleh sang manajer, latihan dimulai dengan berlari memutari lapangan beberapa kali, lalu melakukan passing. And guess what, hampir semua passing dan shot saya melenceng. Saya bukan pemain bola yang hebat-hebat amat, tapi saya juga yakin tidak seburuk itu. Artinya ada yang salah dengan ini.

Setelah saya telusuri, hal pertama adalah mental. Beban untuk menunjukkan bahwa saya mampu, dan beban melihat betapa kerennya pemain-pemain lain, ternyata berkombinasi menjadi beban yang sangat berat.

Kedua, kondisi lingkungan. Karena latihan dilakukan pukul 8 malam, kadar oksigen yang ada lebih sedikit jika dibandingkan dengan saat siang hari tentu menjadi masalah. Ketika itu bulan November, suhu udara tidak pernah lebih dari 5 derajat, dan saat itu jika saya tidak salah, 3 derajat celcius.

Bagaimana rasanya bagi manusia tropis seperti kita? Ternyata badan terasa sangat kaku. Boro-boro bisa bermanuver, untuk menjaga agar lari tetap lurus pun sangat sulit.

Lalu, hal menarik lain yang saya temui ketika itu adalah saat simulasi permainan dimulai. Manajer yang sudah tahu preferensi posisi saya sebagai striker justru menempatkan saya sebagai bek, berduet dengan si Jerman menjaga pertahanan bersama si Denmark.

Kecanggungan posisi ini ternyata bergabung bersama dua beban yang sudah saya ceritakan sebelumnya yang memberikan dampak luar biasa dalam permainan saya. Satu kata, amburadul. Gagal mengumpan dengan benar, terpeleset, gagal beradu sprint dengan penyerang lawan, dan beberapa hal bodoh lain yang saya lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun