Filateli. Kata ini mungkin tidak terlalu familiar di kalangan masyarakat umum, tetapi bila disebut hobi mengoleksi prangko, rasanya cukup banyak yang tahu.Â
Ya, filateli adalah hobi mengoleksi prangko dan benda-benda pos lainnya. Hobi ini termasuk salah satu hobi yang cukup tua usianya, karena diperkirakan telah dimulai beberapa tahun setelah prangko pertama terbit di dunia, yaitu pada 1840.
Pada perkembangannya, filateli sempat pula dijuluki the king of hobbies,and the hobby of kings, yang bila diterjemahkan kurang lebih berarti, "raja dari segala hobi, dan hobi dari para raja".Â
Julukan itu diberikan karena filateli pernah menjadi hobi yang paling banyak peminatnya di seluruh dunia. Ratusan juta orang diperkirakan pernah mengoleksi prangko, baik sekadar mengumpulkan secara iseng, atau secara serius menekuni hobi itu.
Di samping itu, banyak pula raja dan para kepala negara yang juga mengoleksi prangko. Di antara mereka yang paling terkenal dan masih hidup sampai saat ini adalah Ratu Elizabeth dari Inggris. Sang ratu bahkan mempunyai staf khusus yang mengurus koleksi prangko dan benda filateli lainnya milik Kerajaan Inggris.
Dapat dicatat juga nama Franklin Delano Roosevelt yang sering disingkat FDR. Hidup antara 1882 sampai 1945, FDR adalah Presiden ke-32 Amerika Serikat (AS), yang memimpin negara adidaya itu selama empat periode, dari 1933 sampai meninggalnya pada 1945.Â
Sang Presiden bukan sekadar sebagai filatelis yang senang mengoleksi prangko dan benda filateli lainnya, tetapi juga ikut aktif merencanakan penerbitan prangko di negaranya.
Catatan sejarah memperlihatkan, selama kurun 1930-an yang berarti FDR telah menjadi Presiden AS, dia dan Postmaster General (pimpinan Pos di AS), James A. Farley, sering mengadakan curah gagasan membahas desain prangko, warna, dan tema yang menarik untuk dijadikan prangko. FDR juga membuat beberapa sketsa desain prangko dalam pembahasan-pembahasan tersebut.
Sejarah juga mencatat, bahwa FDR sering memanfaatkan waktunya untuk bersantai di tengah kesibukannya yang begitu padat, dengan membuka-buka album prangkonya.Â
Melihat koleksi yang dimilikinya, mengamati berbagai prangko dan benda filateli di dalam album-albumnya, membuat FDR merasa rileks dan bisa melepaskan diri dari tekanan pekerjaan. "I owe my life to my hobbies -- especially stamp collecting", begitu kalimat terkenal dari FDR.Â
Artinya kurang lebih, betapa FDR merasa dengan hobinya, terutama hobi mengoleksi prangko, telah membantunya melewati masa-masa sulit dalam kehidupannya.
Nah, bicara tentang filateli, pada 4 sampai 9 Agustus 2022, akan digelar suatu pameran filateli tingkat dunia di Jakarta. Bertajuk "Indonesia 2022 World Stamp Championship", pameran tersebut akan diselenggarakan di Jakarta International Expo (JIEXPO), yang terletak di kawasan Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pameran filateli sedunia yang bersifat kompetisi ini, merupakan pameran tingkat dunia keempat yang pernah diselenggarakan di Indonesia. Pertama, "Indonesia '96" yang diadakan di Bandung pada 1996. Pameran ini hanya terbatas mempertandingkan koleksi-koleksi milik para filatelis di kelas youth, yaitu mereka yang berusia paling tinggi 21 tahun.
Barulah 16 tahun kemudian, tepatnya pada pameran filateli "Indonesia 2012" yang diadakan di Jakarta, terbuka untuk seluruh kelas kompetisi. Pameran tingkat dunia berikutnya diadakan 5 tahun sesudahnya, yaitu "Bandung 2017", yang sesuai namanya diadakan di Bandung.
Selain pameran tingkat dunia, Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah pameran filateli internasional lainnya, yaitu pameran tingkat Asia-Pasifik. Dimulai dengan "Surabaya '93" di Surabaya pada 1993, kemudian "Jakarta '95" di Jakarta pada 1995, dan setelah itu sejumlah pameran lainnya digelar pula di Indonesia.
Menariknya, dalam semua pameran tersebut koleksi filateli dengan tema Pramuka, selalu ditampilkan. Baik yang ditampilkan oleh filatelis Indonesia maupun oleh filatelis mancanegara.Â
Tema Pramuka memang merupakan salah satu tema yang disukai para filatelis, bahkan pada kurun 1990-an, pernah dicatat sebagai 10 tema yang paling disukai para filatelis di seluruh dunia.
Prangko Pramuka
Para filatelis yang memilih tema Pramuka akan berusaha untuk melengkapi koleksinya dengan prangko-prangko dan berbagai benda filateli lainnya yang sesuai dengan tema tersebut. Suatu hal yang sebenarnya tak terlalu sulit, karena setiap tahun selalu saja ada penerbitan prangko Pramuka di berbagai negara.
Sebagai informasi, prangko pertama yang dianggap merupakan prangko dengan tema Pramuka adalah prangko terbitan Mafeking, suatu wilayah yang kini bernama Mafikeng, di Afrika bagian selatan.Â
Prangko yang terbit pada April 1900 ini sebetulnya tidak diterbitkan untuk memperingati suatu kegiatan Pramuka, karena memang saat itu Pramuka yang dalam Bahasa Inggris disebut Scouting movement, belum ada.Â
Baru pada 1907, Scouting movement diperkenalkan oleh seorang yang bernama Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, atau lebih dikenal dengan nama Baden-Powell.
Prangko Mafeking itu adalah prangko darurat yang dicetak dan diterbitkan karena saat itu ada kesulitan dalam pengadaan prangko di wilayah tersebut. Kesulitan itu diakibatkan oleh perang berkepanjangan di Afrika bagian selatan yang dikenal dengan nama Perang Boer.Â
Selama 217 hari, mulai dari 13 Oktober 1899 sampai 17 Mei 1900, wilayah Mafeking yang dikuasai pihak Inggris itu digempur oleh pasukan lawan.Â
Selama 217 hari itu pula, pasukan Inggris terpaksa melawan dengan seluruh kemampuan mereka yang ada di tempat itu, karena tak bisa mendatangkan bantuan untuk membela mereka.
Pimpinan pasukan Inggris di tempat itu adalah Kolonel Baden-Powell. Dia dengan segala cara terus berusaha membangkitkan semangat pasukannya untuk tidak menyerah.Â
Dia sendiri juga ikut berjuang bahkan sampai malam hari. Sampai-sampai pasukan lawan menjulukinya sebagai Impeesa, yang kemudian diartikan sebagai "serigala yang tak pernah tidur".
Akibat kepungan musuh, maka kondisi di Mafeking menjadi serba terbatas. Perlengkapan juga terbatas, akibat tidak adanya suplai yang bisa dibawa masuk ke sana. Termasuk pula terjadinya kekurangan prangko sebagai tanda bukti pembayaran biaya kirim suratpos.
Untuk mengatasi kekurangan ini, maka dicetak prangko darurat dengan dua desain. Satu bergambar wajah Kolonel Baden-Powell, dan satu lagi bergambar Sersan Mayor Warner Goodyear yang sedang berdiri di samping sepedanya.
Goodyear adalah salah satu kurir yang antara lain bertugas mengantarkan suratpos. Dua prangko yang dicetak dan diterbitkan pada April 1900 itu kemudian dianggap sebagai prangko-prangko Pramuka pertama di dunia.
Setelah itu, prangko dengan tema Pramuka mulai bermunculan satu-persatu. Cekoslovakia menerbitkan prangko pada 1918, disusul Thailand yang saat itu masih bernama Siam, dengan memberi cetak tindih logo kepala harimau yang merupakan logo kepramukaan di negara itu pada sejumlah prangkonya pada kurun 1920-1923.
Selanjutnya, Hungaria menerbitkan prangko pada 1925 serta 1933 untuk menyambut perhelatan Jambore Kepanduan Sedunia pada 1933 yang diadakan di negara itu. Negara Eropa Timur lainnya, Rumania, juga menerbitkan satu seri terdiri dari lima prangko bertama Pramuka pada 1931.Â
Berikutnya, Belanda dan Hindia-Belanda (yang kini menjadi Indonesia) menerbitkan prangko menyambut Jambore Kepanduan Sedunia V pada 1937 yang diadakan di Vogelenzang, Negeri Belanda. Setelah itu, makin banyak negara lain yang juga menerbitkan prangko dengan tema Pramuka.
Perlu pula dicatat, prangko pertama Republik Indonesia dengan tema Pramuka adalah prangko seri Jambore Nasional 1955, yang terdiri dari 5 desain prangko.Â
Uniknya, desain dari prangko-prangko itu mengambil gambar dari kegiatan kepramukaan di AS. Sementara, prangko tema Pramuka terbaru di Indonesia adalah prangko seri Jambore Kepanduan Sedunia ke-24 di AS pada 2019.Â
Menurut rencana, untuk menyambut Jambore Nasional XI-2022 yang akan diadakan di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur, Jakarta Timur, pada 14 sampai 21 Agustus 2022, juga akan diterbitkan satu seri prangko dengan tema Pramuka.
Tanda Kecakapan Khusus
Prangko dan benda-benda filateli dengan tema Pramuka, tentunya dikoleksi pula oleh para Pramuka itu sendiri. Bahkan bisa dikatakan, mengoleksi prangko sebenarnya sudah sejak lama menjadi bagian dari kegiatan kepramukaan.Â
Baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya yang menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, telah dikenal Tanda Kecakapan Khusus (TKK) Pengumpul Prangko (Stamp Collecting).
Sebagai tambahan informasi, TKK adalah tanda yang diberikan kepada peserta didik sebagai bentuk apresiasi atas kemampuan seorang peserta didik dalam suatu bidang tertentu.Â
Di tiap golongan peserta didik, mulai dari Siaga (7-10 tahun), Penggalang (11-25 tahun), Penegak (16-20 tahun), sampai Pandega (21-25 tahun) ada TKK masing-masing, yang diberikan setelah seorang peserta didik menyelesaikan Syarat Kecakapan Khusus (SKK). Rician SKK itu sendiri berbeda-beda untuk tiap TKK.Â
Khusus untuk TKK Pengumpul Prangko adalah TKK yang disediakan untuk Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega. Sedangkan untuk Pramuka Siaga namanya TKK Pengumpul saja.
Kegiatan filateli memang cocok untuk para Pramuka. Melalui hobi filateli, seseorang juga dilatih kesabaran, ketelitian, dan kerapian dalam merawat koleksinya. Seorang filatelis juga mendapatkan banyak tambahan wawasan dan pengetahuan, dengan mempelajari prangko dan benda-benda pos yang dimilikinya.Â
Selain itu, melalui filateli juga dapat dikembangkan persaudaraan seluas dunia. Hal ini mengingat filateli adalah hobi yang mendunia, dan para filatelis sering melakukan kegiatan tukar-menukar prangko dan benda pos lainnya, serta mengadakan pertemuan (meet up), yang umumnya dilakukan di lokasi sekretariat perkumpulan filatelis masing-masing, atau pun saat berlangsungnya suatu pameran filateli.
Berbagai hal positif itu sejalan dengan pendidikan kepramukaan, yang juga mendidik para Pramuka untuk sabar, teliti, rapi, selalu berusaha menambah wawasan dan pengetahuan, serta menambah sahabat dan mempererat persaudaraan universal. Persaudaraan yang dilandasi sikap saling menghormati, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, dan perbedaan lainnya.
Pramuka Pencinta Filateli
Di Indonesia sendiri, kegiatan para Pramuka yang mengoleksi prangko dan benda pos lainnya, terus berkembang. Pada sekitar 1970-an sampai 1980-an, seorang Pembina Pramuka yang juga filatelis, Kak Kris Ambar, tercatat ikut mengembangkan kegiatan filateli di kalangan Pramuka. Kak Kris juga pernah tercatat sebagai salah satu Andalan Nasional Gerakan Pramula.
Pada awal 1990-an, kegiatan filateli bahkan berkembang dengan dibentuknya komunitas yang dinamakan Pramuka Pencinta Filateli (PPF). Keberadaan PPF itu tak lepas dari Ketua Kwarnas saat itu, Letjen TNI (Purn) Mashudi.Â
Kak Mashudi, begitu panggilan akrabnya, pada kurun yang sama juga tercatat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia (PP PFI). Dibantu Kak Berthold Sinaulan, seorang Pembina Pramuka yang juga seorang filatelis, komunitas PPF itu dibentuk.
Sebelumnya, telah diadakan pula penandatanganan piagam kerjasama antara Perum Pos dan Giro (sekarang namanya PT Pos Indonesia) dengan Kwarnas Gerakan Pramuka.Â
Maka, kegiatan filateli di kalangan kepramukaan makin berkembang. Sempat redup setelah Kak Mashudi tak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PP PFI, untunglah kegiatan filateli di kalangan Pramuka kini mulai dikembangkan lagi.
Selain hal-hal positif yang telah disebutkan, melalui prangko dan benda-benda pos dengan tema Pramuka, sebenarnya dapat pula sekaligus dijadikan sebagai sarana untuk mempromosikan pendidikan dan berbagai aktivitas kepramukaan.Â
Keberadaan seri prangko Perkemahan Wirakarya (PW) 1968 yang terdiri dari tiga prangko berbeda desain misalnya, menjadi bukti bahwa semangat untuk "mengabdi tanpa batas" yang menjadi slogan dan motto Gerakan Pramuka saat ini, telah dilakukan sejak lama.Â
Seperti diketahui, PW adalah suatu perkemahan bagi para Pramuka Penegak dan Pandega, yang kegiatan utamanya adalah mengadakan bakti masyarakat.Â
Selama berkemah, para peserta melaksanakan pengabdian masyarakat, baik melalui pembangunan fisik maupun nonfisik, khususnya untuk masyarakat di sekitar lokasi perkemahan itu.
Belakangan, terbit pula seri prangko The First World Community Development Camp (Comdeca) 1993. Seri prangko yang terdiri dari dua desain berbeda itu, menjadi catatan sejarah tersendiri.Â
Untuk pertama kalinya dalam sejarah kepramukaan sedunia, digelar PW yang diikuti perwakilan puluhan organisasi nasional kepanduan/kepramukaan di seluruh dunia. Para peserta belajar melaksanakan kegiatan bakti masyarakat di Lebakharjo, Jawa Timur, yang menjadi lokasi perkemahan tersebut.
Perkemahan itu mendapat apresiasi yang tinggi, bukan hanya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM), yang merupakan organisasi kepramukaan sedunia, tetapi juga Pemerintah dan masyarakat luas.Â
Banyak organisasi nasional kepanduan/kepramukaan di berbagai negara, yang kemudian mengadopsi bentuk PW tersebut dalam kegiatan kepramukaan di negara masing-masing.
Jadi, melalui hobi filateli -- khususnya dengan mengoleksi prangko dan benda pos dengan tema Pramuka -- selain membantu mempromosikan kegiatan kepramukaan, dapat pula digunakan untuk menumbuhkan semangat berbakti tanpa henti dan mengabdi tanpa batas para Pramuka di mana pun mereka berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H