Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Amalkan Kode Kehormatan Pramuka dari Cerita Rakyat

10 Januari 2021   18:23 Diperbarui: 10 Januari 2021   18:31 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prangko seri Cerita Rakyat terbitan 1998 yang salah satu desainnya menceritakan kisah Malin Kundang/sipakguru.com

Berbagai cerita rakyat yang ada di Indonesia sesungguhnya bukan sekadar dongeng atau cerita yang dibaca dan didengarkan sebagai hiburan bagi anak-anak di kala senggang saja. Cerita-cerita rakyat yang ada mengandung pesan moral yang berguna. Tak heran bila di lingkungan Gerakan Pramuka, khususnya dalam pembinaan peserta didik Pramuka Siaga (7-10 tahun), cerita rakyat dimanfaatdkan para Pembina Pramuka Siaga untuk memasukkan pesan moral kepada para peserta didik mereka.

Seperti diketahui, Gerakan Pramuka yang merupakan Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana  merupakan organisasi pendidikan nonformal yang menitikberatkan pada pendidikan karakter bagi para anggotanya. Cerita-cerita rakyat yang mengandung pesan moral tentu sangat baik digunakan dalam pendidikan kepramukaan. Melalui cerita rakyat, para peserta didik Pramuka khususnya Pramuka Siaga, diajar untuk memahami dan mengamalkan kode kehormatan Pramuka mereka.

Untuk Pramuka Siaga, kode kehormatan yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari adalah Dwi Satya dan Dwi Darma Pramuka. Dwi Satya lengkapnya berbunyi:

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:

- Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menurut aturan keluarga;

- Setiap hari berbuat kebaikan.

Sedangkan Dwi Darma Pramuka lengkapnya berbunyi:

- Siaga berbakti pada ayah dan ibundanya;

- Siaga berani dan tidak putus asa.

Mendidik dan mengajarkan kode kehormatan itu akan lebih mudah bila dilakukan dengan contoh dari cerita rakyat. Pembina Pramuka Siaga bercerita atau beberapa Pramuka Siaga bermain peran sesuai cerita rakyat yang ada, dan tanpa sadar pesan moral yang ada telah masuk ke dlaam jiwa para Pramuka Siaga itu.

Meniru yang Baik

Sebagian Pramuka Siaga putri akan mulai berkegiatan. (Foto: timesindonesia.co.id)
Sebagian Pramuka Siaga putri akan mulai berkegiatan. (Foto: timesindonesia.co.id)

Begitulah yang terjadi dalam suatu latihan Perindukan Pramuka Siaga di suatu Gugusdepan Pramuka. Yahnda (Ayahanda -- sebutan bagi Pembina Putra Pramuka Siaga) Widi dan Bunda (Ibunda -- sebutan bagi Pembina Putri Pramuka Siaga) Fitri baru saja selesai memimpin para Pramuka Siaga dalam upacara pembukaan latihan mingguan.

Kini, dibantu Pak Cik (Bapak Kecil -- sebutan bagi Pembantu/Asisten Pembina Putra Pramuka Siaga) Wijan, para Pramuka Siaga dikumpulkan di tengah lapangan. Mereka duduk dalam bentuk lingkaran di lapangan basket milik sekolah yang menjadi pangkalan Gugusdepan mereka.

"Sekarang Bunda Fitri akan menceritakan suatu cerita rakyat, kalian dengarkan baik-baik ya," ujar Yahnda Widi.

Para Pramuka Siaga bertepuk tangan. Bunda Fitri memulai kisah dari cerita rakyat Sumatera Barat. "Ayo, siapa yang tahu apa nama ibukota Provinsi Sumatera Barat?" tanya Bunda Fitri.

"Saya, Bunda".

Guritna, Pemimpin Barung Merah, berkata sambil mengangkat tangannya. Bunda Fitri mempersilakan Guritna menjawab. "Ibukota Sumatera Barat adalah Padang," jawab Guritna.

"Betul!".

Semua bertepuk tangan. Kemudian Bunda Fitri melanjutkan ceritanya. "Di suatu tempat yang dinamakan Pantai Air Manis di Sumatera Barat pada zaman dulu, hiduplah seorang perempuan yang sudah menjanda. Dia adalah Ibu yang bernama Mande Rubayah. Ibu itu sangat menyayangi anak satu-satunya yang bernama Malin Kundang. Si anak dirawat dengan penuh kasih sayang oleh sang ibu. Bahkan ketika Malin Kundang jatuh sakit, ibunya berusaha keras mencari bantuan agar Malin Kundang dapat segera sembuh. Meski pun sang ibu hanya berjualan kue dan penghasilannya tak seberapa, dia berusaha membesarkan Malin Kundang sebaik mungkin".

"Nah, sebelum Bunda Fitri melanjutkan cerita, Yahnda mau tanya, bagaimana menurut kalian sikap Ibu Mande Rubayah kepada Malin Kundang anaknya?" Yahnda Widi bertanya.

"Baik sekali".

"Sangat sayang".

"Penuh kasih".

Para Pramuka Siaga menjawab bergantian. Setelah itu, Bunda Fitri melanjutkan ceritanya.

"Setelah cukup dewasa, Malin Kundang meminta izin pada ibunya untuk merantau. Dia ingin mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Apalagi dilihatnya ada kapal besar yang sedang sandar di Pantai Air Manis. Meski berat hati, namun melihat kuatnya tekad Malin Kundang untuk merantau, sang ibu akhirnya mengizinkan. Dia juga membekali sang anak," cerita Bunda Fitri.

"Yang lebih mengharukan adalah sang ibu, Mande Rubayah setiap hari selalu mendoakan Malin Kundang. Sang ibu berdoa agar perjalanan Malin Kundang selamat dan dia sukses saat merantau," tambah Pak Cik Wijan.

"Singkat cerita, berkat doa ibunya, Malin Kundang menjadi sukses. Malin Kundang juga diberitakan telah menikah dengan putri bangsawan yang kaya raya. Kemudian datanglah suatu kapal bagus ke Pantai Air Manis. Dari kapal turunlah Malin Kundang dan istrinya putri bangsawan kaya raya. Sang ibu melihat anaknya datang segera berlari menghampiri. Dia mau memeluk anak yang sangat dirindukannya. Malin, Malin, ini ibumu," ujar Bunda Fitri menirukan teriakan rindu Mande Rubayah.

Kemudian Bunda Fitri melanjutkan, "Melihat ibunya berpakaian sederhana dan istri Malin Kundang yang memandang merendahkan, membuat Malin Kundang pura-pura tak mengenal ibunya. Malin Kundang bahkan mendorong kasar ibunya dan menyuruh ibunya pergi. Tapi hukuman bagi Malin Kundang segera datang. Ketika dia kembali ke kapal dan kapalnya berlayar lagi, datang angin topan menghancurkan kapalnya. Saat angin topan reda, di pantai terlihat ada batu besar berbentuk tubuh manusia. Itulah Malin Kundang yang kena hukuman berubah mejadi batu".

Dari sini para Pramuka Siaga belajar. Sejak kecil sampai dewasa, kita harus selalu menghormati orangtua. Jangan kita menjadi sombong. Ingatlah selalu kode kehormatan Pramuka Siaga, yang dalam Dwi Darma Pramuka-nya antara lain disebutkan "Siaga berbakti kepada ayah dan ibunya".

Begitulah, berbagai cerita rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia, dapat menjadi media pembelajaran bagi para Pramuka Siaga untuk "setiap hari berbuat kebaikan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun