Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Amalkan Kode Kehormatan Pramuka dari Cerita Rakyat

10 Januari 2021   18:23 Diperbarui: 10 Januari 2021   18:31 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prangko seri Cerita Rakyat terbitan 1998 yang salah satu desainnya menceritakan kisah Malin Kundang/sipakguru.com

"Sangat sayang".

"Penuh kasih".

Para Pramuka Siaga menjawab bergantian. Setelah itu, Bunda Fitri melanjutkan ceritanya.

"Setelah cukup dewasa, Malin Kundang meminta izin pada ibunya untuk merantau. Dia ingin mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Apalagi dilihatnya ada kapal besar yang sedang sandar di Pantai Air Manis. Meski berat hati, namun melihat kuatnya tekad Malin Kundang untuk merantau, sang ibu akhirnya mengizinkan. Dia juga membekali sang anak," cerita Bunda Fitri.

"Yang lebih mengharukan adalah sang ibu, Mande Rubayah setiap hari selalu mendoakan Malin Kundang. Sang ibu berdoa agar perjalanan Malin Kundang selamat dan dia sukses saat merantau," tambah Pak Cik Wijan.

"Singkat cerita, berkat doa ibunya, Malin Kundang menjadi sukses. Malin Kundang juga diberitakan telah menikah dengan putri bangsawan yang kaya raya. Kemudian datanglah suatu kapal bagus ke Pantai Air Manis. Dari kapal turunlah Malin Kundang dan istrinya putri bangsawan kaya raya. Sang ibu melihat anaknya datang segera berlari menghampiri. Dia mau memeluk anak yang sangat dirindukannya. Malin, Malin, ini ibumu," ujar Bunda Fitri menirukan teriakan rindu Mande Rubayah.

Kemudian Bunda Fitri melanjutkan, "Melihat ibunya berpakaian sederhana dan istri Malin Kundang yang memandang merendahkan, membuat Malin Kundang pura-pura tak mengenal ibunya. Malin Kundang bahkan mendorong kasar ibunya dan menyuruh ibunya pergi. Tapi hukuman bagi Malin Kundang segera datang. Ketika dia kembali ke kapal dan kapalnya berlayar lagi, datang angin topan menghancurkan kapalnya. Saat angin topan reda, di pantai terlihat ada batu besar berbentuk tubuh manusia. Itulah Malin Kundang yang kena hukuman berubah mejadi batu".

Dari sini para Pramuka Siaga belajar. Sejak kecil sampai dewasa, kita harus selalu menghormati orangtua. Jangan kita menjadi sombong. Ingatlah selalu kode kehormatan Pramuka Siaga, yang dalam Dwi Darma Pramuka-nya antara lain disebutkan "Siaga berbakti kepada ayah dan ibunya".

Begitulah, berbagai cerita rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia, dapat menjadi media pembelajaran bagi para Pramuka Siaga untuk "setiap hari berbuat kebaikan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun