Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Katalog Uang di Hari Buku Sedunia

23 April 2020   19:31 Diperbarui: 23 April 2020   19:31 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak heran bila sebagian numismatis menganggapnya harga-harga yang tercantum sudah ketinggalan dan untuk kondisi saat ini masih sangat murah. Penyusun buku ON sendiri pernah berujar bahwa yang ditulis memang hanya harga perkiraan pada tahun 2014, dan sekarang jangan lagi dipakai harga itu. Untuk mengetahui perkiraan harga koleksi uang kertas Indonesia, seorang numismatis atau yang ingin menjadi kolektor uang harus banyak belajar dan mengamati perkembangan harga jual beli uang kertas saat ini, baik yang dilelang maupun yang dijual secara langsung.

Sementara, dalam buku Orida seperti disampaikan penyusunnya, memang tidak bermaksud untuk menampilkan harga perkiraan. Yang ditampilkan adalah kelangkaan suatu uang kertas. Karena itu, ada yang diberi tanda "----" untuk uang yang masih umum, ada yang bertanda "R" yang oleh penyusunnya ditemukan kurang dari 20 lembar, "RR" ditemukan kurang dari 10 lembar, "RRR" ditemukan kurang dari 5 lembar, dan "RRRR" untuk yang hanya ada 1 atau 2 lembar pernah ditemukan.

Apa pun itu, dari membaca kedua buku itu, ada satu kesimpulan yang diambil penulis. Di luar kelangkaan dan harga uang kertas Indonesia -- khususnya Orida -- yang pernah disebutkan bagus untuk menjadi investasi karena akan atau telah banyak diburu para numismatis, sebenarnya yang terpenting adalah uang-uang kertas itu mempunyai nilai sejarah yang tinggi. 

Kita bisa belajar banyak bagaimana suatu negara -- dalam hal ini Republik Indonesia -- berusaha tetap menegakkan kedaulatannya dengan menerbitkan uang. 

Sesulit apa pun, uang adalah salah satu tanda negara berdaulat, karenanya sesulit apa pun -- seperti ketika masa awal Kemerdekaan RI di mana percetakan terbatas dan lembaran kertas untuk mencetak uang juga masih susah, belum lagi ditambah adanya blokade dari penjajah Belanda yang melarang didistribusikan dan penggunaan uang kertas RI -- tetapi Pemerintah Republik Indonesia tetap berusaha menerbitkan uang.

Jadi kalau mungkin sebagian numismatis lebih mengoleksinya sebagai koleksi yang bernilai investasi dan diharapkan dapat dijual menguntungkan di kemudian hari, penulis memilih mengoleksi Orida tersebut untuk melestarikan bukti sejarah kedaulatan Republik Indonesia tercinta ini. Inilah pelajaran berharga dari membaca katalog uang di Hari Buku Sedunia 23 April 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun