Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Katalog Uang di Hari Buku Sedunia

23 April 2020   19:31 Diperbarui: 23 April 2020   19:31 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku ini dilengkapi pula dengan rincian uang kertas dari masa Republik Indonesia Serikat, dam sejumlah uang kertas "pemberontakan". Di antaranya uang kertas dari Pemberontakan Negara Islam Indonesia (di Jawa Barat), Pemberontakan Republik Islam Indonesia (di Sulawesi Selatan), Gerakan PRRI-Permesta (khususnya di Sumatera Barat dan di Sulawesi bagian Utara), dan uang kertas cetakan khusus untuk Kepulauan Riau serta Irian Barat. Kemudian dilanjutkan dengan uang kertas Indonesia sampai sebelum buku itu terbit.

Buku ini patut menjadi bahan pustaka untuk para peneliti uang kertas Indonesia karena dilengkapi pula dengan berbagai lampiran. Mulai dari lampiran tentang cetakan uang percobaan, uang logam Indonesia 1945-2014, daftar pelukis uang dari Percetakan Uang RI (Peruri), daftar Presiden De Javaasche Bank yang berlanjut menjadi Gubernur Bank Indonesia, daftar Menteri Keuangan RI (1945-2014), dan bahkan daftar Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1610-1949) serta Presiden RI (1945-2014).

Sementara buku kedua yang kita singkat saja sebagai Orida, mengkhususkan diri membahas mengenai uang-uang kertas yang pernah dipakai di masa awal kemerdekaan RI dari 1947-1949. Orida adalah singkatan dari Oeang Repulbik Indonesia Daerah. 

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pada awal kemerdekaan terjadi kelangkaan uang kertas di sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu disebabkan adanya blokade dari penjajah Belanda yang mencoba menguasai kembali Indonesia setelah Jepang kalah.

Di  beberapa tempat Belanda bahkan menyebar uang kertas buatannya. Tentu saja hal ini menimbulkan kegemaran dalam jiwa patriotisme rakyat Indonesia. Maka karena uang kertas yang dicetak Pemerintah Pusat Republik Indonesia jumlahnya masih terbatas dengan mesin cetak seadanya dan sebagian diblokade dilarang dikirim ke daerah-daerah yang dikuasai kembali oleh Belanda, diputuskanlah bahwa tiap daerah dengan penanggungjawab pemerintah daerah setempat boleh mencetak dan menerbitkan uang kertas sendiri. Inilah yang disebut dengan Orida.

Buku Orida ini terbagi atas Orida Jawa (yaitu Orida yang diterbitkan di Pulau Jawa), URIPS (Uang Republik Indonesai Propinsi Sumatera), dan Orida Sumatera (Orida yang diterbitkan oleh berbagai pemerintah daerah di Pulau Sumatera). Bila URIPS sebenarnya adalah uang RI yang pencetakannya atas persetujuan Pemerintah Pusat RI hanya khusus digunakan di Pulau Sumatera, maka Orida Sumatera benar-benar diprakarsasi dan dicetak oleh masing-masing daerah.

Selembar uang yang tertulis Republik Indonesia Propinsi Sumatera dan telah diberi grading oleh lembaga penilai internasional. (Foto: koleksi BDHS)
Selembar uang yang tertulis Republik Indonesia Propinsi Sumatera dan telah diberi grading oleh lembaga penilai internasional. (Foto: koleksi BDHS)
Harga Uang Kertas

Walaupun isinya agak berbeda, namun kesamaan kedua buku ini adalah bagian yang sama-sama membahas Orida. Buku Orida jelas lebih lengkap karena baru saja diterbitkan, sedangkan data buku ON tentunya dari sebelum buku itu terbit (sebelum 2015). Tetapi keduanya dapat saling melengkapi.

Perbedaan yang cukup menyolok adalah dalam buku ON dicantumkan perkiraan harga uang kertas, sedangkan di buku Orida hanya berdasarkan kelangkaannya saja. Di buku ON, perkiraan harga umumnya dibagi tiga, untuk yang kondisinya VG (Very Good), VF (Very Fine), dan UNC (Uncirculated). 

Sebenarnya tingkat kondisi uang kertas cukup banyak, mulai dari yang paling mulus, hampir tidak pernah disentuh dan tidak pernah dipakai, jadi kertas uangnya masih kaku, tidak ada bekas terlipat apalagi goresan, lubang, dan sebagainya yang disebut UNC, sampai yang paling jelek kualitasnya, sudah berlubang, bekas dilipat berkali-kali, mungkin juga sudah sobek, yang disebut Poor.

Harga yang tercantum adalah perkiraan harga untuk uang kertas yang dikoleksi. Jadi paling tidak seorang kolektor uang atau disebut juga numismatis, punya perkiraan berapa harga uang kertas koleksi yang ingin dibeli atau dijualnya. Namun karena buku itu terbit pada 2015, berarti lima tahun lalu, tentu saja patokannya adalah harga jual beli uang kertas di kalangan kolektor saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun