Mohon tunggu...
Bert Toar Polii (Bertje)
Bert Toar Polii (Bertje) Mohon Tunggu... Editor - Atlet, Pelatih, Jurnalis Bridge

Lahir 30 Agustus 1953 di Tondano. Penerima Satya Lancana Dharma Olahraga dari Presiden Jokowi, Atlet legenda dari Menpora dan Tuama Leos, Keter wo Nga'asan dari Rukun Keluarga Besar Ratulangi saat memperingati 128 tahun Dr. GSSJ Ratulangi. Sampai sekarang masih aktif sebagai atlit, pelatih dan jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pengalaman Menggeluti Nomor Senior Selama 10 Tahun

1 September 2023   09:30 Diperbarui: 1 September 2023   09:44 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman Menggeluti Nomor Senior Selama 10 Tahun

Oleh : Bert Toar Polii

Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu sehingga sepertinya belum lama, tapi ternyata sudah 10 tahun tukang bridge menggeluti nomor senior dalam olahraga bridge.

Sebelum lanjut ada baiknya tukang bridge menguraikan sepintas tentang sejarah munculnya nomor senior dalam olahraga bridge.

Nomor senior dimulai oleh World Bridge Federation pada tahun 2001 bergabung dalam Kejuaraan Dunia Bermuda Bowl untuk Open Team dan Venice Cup untuk Woman Team. Kemudian pada tahun 2019 di Wuhan China bertambah satu nomor lagi, yaitu Mixed Team.

Nomor senior Bowl memperebutkan Senior Bowl dan pada kejuaraan perdana ini Indonesia belum ikut. Syarat usia ditetapkan 55 tahun keatas. Namun sejak tahun 2011 naik menjadi 60 tahun keatas dan kemudian tahun 2018 berubah lagi 61 tahun keatas dan akan naik setiap dua tahun sampai tahun 2026 jadi 65 tahun keatas.

Penulis punya pengalaman menarik dengan perubahan usia ini. Tahun 2011 ketika bridge pertama kali diikutsertakan di SEA Games 2011, PB Gabsi menetapkan aturan pemain yang boleh ikut hanya yang berusia dibawah 55 tahun. Akibatnya penulis yang saat itu berusia 58 tahun tidak bisa ikut. Tapi karena syarat usia senior juga berubah jadilah di kedua event ini tidak bisa berpartisipasi. Namun kemudian tukang bridge ditunjuk sebagai salah satu pelatih untuk kontingen bridge SEA Games 2011. Sebagai pelatih di usia 58 tahun sempat ikut pelatihan di Kopassus yang cukup berat tapi bisa dilalui dengan baik bahkan melampaui ekspektasi karena masuk 5 besar pelatih terbaik waktu itu.

Indonesia baru mulai ikut tahun 2003 di Paris setelah meloloskan diri dari seleksi Zone VI APBF yang waktu itu diadakan di Manila.

Tim senior diperkuat Henky Lasut/Eddy Manoppo, Harsudi Supandi/Wolter Dirk Karamoy dan Denny Sacul/Arwin Budiraharja berakhir peringkat 5.

Tahun 2005 di Estoril Portugal baru meraih medali perak dengan para pemain Amiruddin Jusuf/Arwin Budirahardja, Henky Lasut/Eddy Manoppo dan Munawar Sawiruddin/Denny Sacul.

Prestasi terus berlanjut di tahun 2007 di Sanghai China juga medali perak hanya saja ada dua tambahan pemain Ferdy Waluyan/Anindra Lubis menggantikan Amiruddin Jusuf/Arwin Budirahardja.

Tahun 2009 kemudian PB Gabsi menyerahkan sepenuhnya pembinaan timnas senior sekaligus membiayainya pada Michael Bambang Hartono.

Michael Bambang Hartono bersama Arianto Karna Djajanegara masuk tim menggantikan Ferdy Waluyan.Anindra Lubis.

Selanjutnya sejak tahun 2011 belum menghasilkan prestasi di tingkat dunia tapi praktis di Asia selalu mewakili zone VI untuk mengikuti Kejuaraan Dunia d'Orsi Trophy (nama ini ditetapkan tahun 2005) kecuali tahun 2017 yang gagal di Seoul Korea.

Penulis mulai bergabung dengan timnas senior Agustus tahun 2012 untuk berlatih sebab tahun 2013 sudah boleh ikut kategori senior karena sudah berusia 60 tahun.

Pertama kali berpasangan dengan partner lama Alm. Memed Hendrawan dimulai mengikuti APBF Championship di Hongkong. Sebelumnya di Kejurnas tahun 2012 menjadi juara nasional patkawan di Pontianak.

Kami waktu itu hanya bermain berempat dengan Henky Lasut/Eddy Manoppo dan keluar sebagai juara kedua. Lanjut ikut d'Orsi Cup di Bali dan ditambah pasangan Michael Bambang Hartono/Munawar Sawiruddin. Kami masuk 8 besar kalah dari Jerman yang kemudian juara tapi di disk karena ada satu pasangan bermain curang.

Selanjutnya tahun 2014 Memed Hendrawan mengundurkan diri dan saya berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto dan keluar sebagai juara The 2nd Asia Cup di Wu Yi China.

Ini menjadi momen spesial karena untuk pertama kali bisa menaikan bendera merah putih dan mengumandangkan lagu nasional Indonesia Raya saat pengalungan medali.

Selanjutnya meraih peringkat 5-8 di Kejuaraan Dunia 2014 Sanya, China.

Tahun 2015 kembali saya harus berganti pasangan, kali ini dengan Denny Sakul dan kami juara Asia Pacific 2015 di Bangkok sekaligus meraih medali perak nomor pasangan.

Sayang sekali kami kurang berhasil di Kejuaraan Dunia di India.

Tahun 2016 saya kembali berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto dan pada tahun ini kami tidak berprestasi di Beijing.

Tahun 2017 saya kembali berganti pasangan dengan M Bambang Hartono karena pasangan tetapnya Munawar Sawirudin sedang berhalangan.

Saya dengan M Bambang Hartono keluar sebagai juara II di Hongkong dan meraih medali emas Test Event Asian Games 2018 di nomor Super Mixed di The Margo Hotel, Depok.

Terakhir mendapat medali perunggu di nomor super mixed Asian Games 2018.

Tahun 2019 kembali berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto di APBF Singapura dan meraih medali perak.

Sayang sekali kami kurang berprestasi di World Team Championship di Wuhan.

Tahun 2021 tim nasional senior berganti wajah karena Henky Lasut telah meninggalkan kita. Kali ini tim diperkuat Bambang Hartono/M Apin Nurhalim, Giovani Watulingas/Rustam Effendy dan Tanudjan Sugiarto/Bert Toar Polii. Sebenarnya kami walaupun peringkat 4 dalam seleksi zone VI tapi diundang mengikuti d'Orsi Trophy di Salsomaggiore Italia awal tahun ini, Tapi karena pertimbangan situasi covid-19 belum jelas Indonesia memilih mengundurkan diri.

Selanjutnya karena covid-19 tidak ada kegiatan F2F lagi dan baru akan dimulai di The 4th Asia Cup yang akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 19-25 Oktober 2022. Disini saya berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto dan hanya berhasil sebagai semi finalis.

Terakhir kami ikut di Hongkong tahun 2023 tapi gagal ikut Kejuaraan Dunia di Maroko. Disini saya kembali berganti pasangan bermain dengan Sugeng Triworo.

Beruntung tukang bridge bergabung di Djarum Bridge Club yang menggunakan sistim yang sama sehingga bisa berganti pasangan dengan mudah.

Bersama Tanudjan Sugiarto selain prestasi diatas kami juga pernah merebut juara tim dan pasangan Selangor Congress di Kualalumpur serta juara ketiga pasangan ABCC juga di Kualalumpur dan juara nasional di Kejurnas Bridge Lubuk Linggau.

Tukang bridge juga sempat berpasangan dengan Sartje Pontoh dan keluar sebagai juara kelompok senior di Asean Bridge Club Championship di Manila setelah di final mengalahkan Philippina yang diperkuat pasangan Henky Lasut/Eddy Manoppo.

Berpasangan dengan M Apin Nurhalim pernah menjadi juara tim dan nomor 2 pasangan Bangkok Bridge Festival dan terakhir juara nasional tim senior di Kejurnas Palembang mewakili Aceh.

Bersama pasangan terakhir Sugeng Triworo keluar sebagai juara nasional pasangan di Kejurnas Palembang

Selama bergabung dengan timnas senior, kami telah kehilangan 4 pemain andalan, Donny Tuerah, Memed Hendrawan, Munawar Sawiruddin dan terakhir Henky Lasut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun