Pameran yang sudah dipersiapkan selama lebih dari satu tahun ini akan selalu relevan dengan situasi politik Indonesia, apalagi situasi politik terkini.Â
Menariknya, pameran lukisan yang telah dipersiapkan sejak Desember 2022 ini diluncurkan bertepatan dengan musim debat capres yang membahas kompleksitas konflik agraria, termasuk masyarakat-masyarakat yang menjadi korban konflik tersebut.
Melalui satu buah pameran ini, audiens dibawa untuk dapat menjangkau cakrawala humanisme yang lebih luas. Tidak heran katalog dari pameran Ratu Adil ini 127 halaman.
Hal ini penting karena pameran ini menampilkan wajah seni rupa bernuansa politik akar rumput - mungkin bisa saja dikategorikan artivisme - yang tidak melulu lekat dengan visualisasi anarkis, destruktif, penderitaan berdarah-darah, ataupun secara langsung mendiskreditkan tokoh-tokoh elit politik tertentu. Jika merefleksikan materi pameran ini, audiens bisa saja membayangkan bahwa rakyat Indonesia masih mengalami penindasan, hanya saja penjajah era kolonial Belanda saat ini telah menjelma menjadi penguasa berpanji kapitalisme.
Karya-karya pameran Ratu Adil ini tidak seperti karya-karya di beberapa pameran lain yang menggiring audiens untuk melihat pemandangan getir berdarah-darah atau secara langsung menyalahkan pemerintah karena sifat seperti itu malah menjauhkan fokus kita pada potret masyarakat yang nelangsa, yang kelelahan, namun tetap mau memiliki perlawanan dengan cara bertahan (seperti judul salah satu lukisan: Melawan dengan Bertahan), dan tetap mau memiliki harapan untuk situasi yang lebih baik.
Eksekusi teknis Budi Ubrux yang rapi dan epik menambah kecintaan saya pada pameran ini. Namun yang utama adalah pameran ini memperkaya pengalaman audiens dalam menikmati pameran seni yang esensial, humanis, dan berkualitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI