Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalau Bisa Gratis, Kenapa Harus Bayar?

6 Januari 2024   15:32 Diperbarui: 6 Januari 2024   16:02 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2 hari yang lalu ada sekelompok petugas PLN Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang mengecek ke daerah rumah saya. Setiap petugas mampir ke tiap rumah untuk mendata dan menganalisa pemakaian Listriknya. Karena hampir seluruh rumah di lingkungan saya tidak memasang meteran listrik, atau "nyantol" tanpa ada pembatasan atau perhitungan pemakaian.

Kegiatan nyantol ini sudah terjadi rata-rata hampir 6 tahun pada tiap rumah. Karena rumah-rumah yang ada (tidak semuanya) dibangun oleh  pemborong individu dan telah siap dihuni semenjak tahun 2017, bahkan ada yg Lebih lama lagi.

Saya pernah bertanya pada salah satu penghuni, mengapa tidak menuntut untuk dipasangi meteran listrik di rumahnya kepada si pemborong . Setahu saya jika kena denda akan sangat tinggi nantinya.

Namun rata-rata menjawab bahwa ini adalah tanggung jawab si pemborong, jadi mereka tidak punya kendali. Kalaupun ada razia nanti, mereka akan menyerahkan kasus ini kepada pemborong yang bertanggung jawab.

Rumah saya termasuk yang dibangun oleh si pemborong individu tadi, tapi semenjak bangunan berdiri tahun 2017, saya menuntut si pemborong agar segera memasang meteran listrik. Walaupun pemasangan instalasi dan meterannya saya harus perbaiki kembali karena tidak sesuai peruntukannya, tapi meteran itu akhirnya bertengger di rumah saya.

Waktu saya menuntut dan agak "ngotot" minta dipasang meteran listrik PLN, sang pemborong bilang bahwa justru enak bagi penghuni, memakai listrik tapi tidak bayar. Begitu pula kira-kira jawaban keluar dari penghuni lainnya yang tidak terpasang meteran listriknya.
Mereka aneh menanggapi saya yang bersikeras minta dipasangi meteran listrik.

Saya katakan pada mereka bahwa apa yang kita nikmati, harus kita bayar. Kita telah mendapatkan atas barang atau jasa dari obyek yang kita nikmati, maka kita harus bayar kompensasinya. Dan obyek yang kita nikmati itu ada karena diusahakan dengan material dan jasa yang harus dibayar. Jika kita tidak membayar, artinya kita mengambil hak pihak yang mengusahakan barang /jasa tadi. Atau dengan kata lain, kita mencuri.

Makan di warteg atau restoran fastfood, kita harus dibayar. Memiliki motor atau mobil, kita harus membelinya.
Memakai pulsa Handphone, kita juga harus membeli pulsanya.
Jika kita tidak membayar tetapi menikmatinya, itu namanya mencuri.
Sesederhana itu penjelasannya.

Pemahaman ini disumbang ketika saya berkunjung ke negeri Australia, dimana disana ada sebuah minimarket yang tidak ada kasirnya. Mini market itu menyediakan beberapa keranjang yang isinya uang kembalian dan uang besar. Dari AU$ 100, 50, 10, 5, 1, hingga cent. Setelah mengambil barang yang kita perlukan, kita meletakan uang sesuai harga barang yang kita beli begitu saja di keranjang. Dan kalau ada kembaliannya, kita bisa mengambil sesuai uang kembali yang seharusnya.

Ketika di depan loket pembayaran, saya bertanya pada teman yang asli penduduk sana, "Apakah saya bisa mengambil barang tapi pergi begitu saja tanpa membayar?"
Ia menjawab, "Bisa saja, tidak ada alarm kok. Tapi, kenapa kamu tidak membayar? Bukankah kamu sudah mendapatkan barang yang kamu inginkan? Mengapa kamu mau melakukan hal itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun