Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

MENJADI BANGSA PEMBERI MAKAN, BUKAN PEMINTA MAKAN

25 Februari 2014   20:30 Diperbarui: 6 Januari 2016   22:36 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibatnya harga jual ekspor sangat tidak rasional untuk dapat bersaing dengan produk pangan negara lain di kancah internasional. Sehingga hasil pendapatan yang mengisi lini ekspor bukanlah hasil yang dapat membangun bangsa untuk dapat memenangkan persaingan, tetapi hanya sebagai pemandu sorak neraca perdagangan nasional demi menggugurkan kewajiban untuk ekspor bahan pokok.

Jika ini terus berlangsung dan tidak ada usaha untuk menumbuhkan pengusahaan lahan di negeri sendiri untuk pertanian, maka masyarakat petani kita hanyalah menjadi masyarakat petani buruh, bukan majikan pertanian.

Yang namanya buruh, motifasi hidupnya hanya bekerja dan bekerja tanpa ada kepedulian akan ancaman pada bangsanya. Yang namanya buruh, maka ia tidak memiliki hak untuk mengelola sesuai keinginannya. Tetapi ia hanya bisa dipecut, dipancung, dan dianiaya oleh para majikan, tanpa dapat mewarisi kekayaan yang dikelolanya kepada generasi berikutnya.

Cita-cita soekarno akan terkendala untuk menjadikan bangsa ini menjadi mercusuar dunia, menjadi Pemimpin dunia. Begitupula bung Hatta, Muh Yamin, dan para pendiri bangsa yang ingin melihat bangsa ini menjadi bangsa bermartabat.

Karena ciri menjadi pemimpin dunia tatkala bangsa ini bisa menjadi majikan, bukan buruh. Bangsa ini harus menjadi pemilik bukan pengontrak. Menjadi Sate jauh dari panggangan api ketika slogan dan wacana memukau untuk memimpin dunia terus digaungkan, semangat restorasi dimeriahkan, tetapi tidak tercebur langsung dalam usaha pertanian yang menggairahkan petani lokal untuk menjadi juragan di negeri sendiri.

Jika anda masih perduli akan kebangkitan bangsa ini, jika anda masih gelisah melihat bangsa yang terjajah ini, jika anda masih tergerak menjadi bangsa Hakim Dunia, mari bergabung bersama untuk kembali mengusahakan pengelolaan lahan pertanian bersandarkan pada lahan milik bangsa sendiri, bukan bangsa lain. Mari kita jadikan pertanian sebagai sektor raja di bumi Nusantara nan kaya ini. Mari kita menanam dimulai dari pekarangan rumah kita sendiri. Surgaku adalah rumahku, kita buktikan itu dengan penanaman tanaman yang mudah dipanen, sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan dapur dari rumah sendiri.

Semangat ini akan membangun wawasan kita untuk dapat menanam tanam-tanaman produktif di lahan lebih luas lagi di bumi Nusantara ini. Kita akan bisa menjadi penggarap sekaligus penuai hasilnya, tanpa didikte oleh pihak asing dalam manajemen dan penguasaannya

“Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka “malapetaka”; oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner (Ir. Soekarno)”.

"Kita harus bisa menjadi bangsa yang memiliki ketahanan logistik. Namun lebih penting lagi menjadi bangsa yang mandiri dalam memberi makan anak pertiwi dari bumi sendiri, tanpa bantuan manapun." (Berny Satria)

Depok, 25 Februari 2014

Penulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun