Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

MENJADI BANGSA PEMBERI MAKAN, BUKAN PEMINTA MAKAN

25 Februari 2014   20:30 Diperbarui: 6 Januari 2016   22:36 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data BPS, ada pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri, disebabkan kebijakan pemerintah yang mendorong industrialisasi pada sektor riil. Ini dapat dilihat dari menurunnya Keluarga Keluarga (KK) yang berusaha pertanian di bangsa ini.

Tahun 2003 Indonesia memiliki KK pertanian sebanyak 31,17 Juta. Sedangkan tahun 2013 KK Pertanian tinggal 26,13. Artinya ada penurunan sebanyak 5,04 Juta KK Pertanian selama 10 Tahun. Hal ini semakin membuat miris bagi yang mengetahui bahwa lahan di indonesia juga telah dijual-digadaikan kepada bangsa lain.

China telah membeli (dengan dalih pengusahaan bersama) seluas 1 Juta Hektar di Subang, senilai US$ 2 miliar atau 20,3 Triliun rupiah untuk ditanami Padi dan Kedelai. Bukan hal yang tidak mungkin jika Arab saudi pun melirik Indonesia sebagai lahan yang menjanjikan untuk ditanamkan komoditas yang diinginkannya, termasuk penanaman karakter Arabisme.

Secara reportase, pemerintah memiliki alasan bahwa semakin maju sebuah negara, maka industri nya akan bergeser dari pengelolaan pertanian menjadi industri sektor riil dan jasa. Tidak salah juga, namun bukan berarti sektor pengolahan lahan pertanian ditinggalkan. Justru disini terjadi kesalahan fatal jika melemahkan usaha sektor pertanian. Sebab pengelolaan lahan pertanian akan menentukan arus produksi bahan pangan lokal.

Jika suplai pangan lokal tidak dipacu, maka negara ini hanya akan menjadi negara pengimport pangan pokok. Akibatnya neraca perdagangan untuk sektor pertanian secara nasional akan terus merosot. Ketahanan pangan tercukupi, namun tidak memiliki kemandirian. Wajar saja jika besarnya import beras, gandum, kedelai, singkong, bahkan garam tidak menjadi bahasan serius untuk ditanggulangi, karena kecukupan penyediaan pangan menjadi motif utama tanpa terbebani persoalan dari mana bahan pangan pokok itu berasal.

Ada hal yang sedikit menggelitik jika melihat kemandirian pangan negeri nan subur ini, yaitu tatkala melihat neraca perdagangan sektor pertanian nasional yang membandingkan trasnsaksi import dengan ekspor. Bahwa Indonesia selain pengimport Beras, Gandum, Singkong, dan Kedelai, tetapi juga sebagai pengekspor bahan yang sama pada waktu yang bersamaan pula.

Menurut data Kementrian Pertanian RI tahun 2012 Indonesia:

import BERAS.       1.223.895.701 Kg

Tetapi Ekspor beras juga 949.310 Kg

Import GANDUM. 6.426.345.601 Kg

Ekspor gandum juga. 52.942.078 Kg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun