Di lain waktu, televisi menjadi suatu hal yang mewah sehingga warga rela terhibur dengan konten-konten yang ada didalamnya selama berjam-jam, baik itu hanya demi menonton Yuk Keep Smile! (YKS) atau sekadar menonton acara sinetron Putri Yang Tertukar.Â
Adapun mereka yang suka menghabiskan malam minggunya dengan menonton DVD lima ribuannya yang mereka beli di toko-toko kaset.
Lalu, bagaimana dengan sekarang? Apakah mereka masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sama hingga kini? Mungkin saja ada, namun tentu saja menjadi hal yang langka untuk dijumpai dalam kesehariannya.Â
Di samping itu, fenomena tersebut pun tidak terlepas dari bagaimana proses produksi, distribusi, dan konsumsi pada media.
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu media baru dan seperti apa wujudnya. Perubahan penampilan dalam media pun sesungguhnya bukan hanya sekedar mengenai media lama atau media baru.Â
Di dalamnya, masih banyak hal-hal kompleks yang perlu dikaji dan ditelaah.Â
Media sebagai suatu institusi sosial yang menyeluruh pun menunjukkan bahwa adanya perkembangan yang sangat cepat, baik dalam bidang teknologi maupun media. Serta adanya gesekkan antara potensi dari teknologi-teknologi baru dengan media-media raksasa.
Lister, Dovey, Golding, Grant, dan Kelly, dalam bukunya yang berjudul New Media: A Critical Introduction Second Edition, menawarkan enam konsep mengenai karakteristik dari media baru.
Digital
Munculnya media baru dapat ditandai dengan adanya media digital. Namun, media pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua.Â