Mohon tunggu...
Bernadetha Christy Herdantia
Bernadetha Christy Herdantia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate of Social and Political Sciences, Atma Jaya Yogyakarta University

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang senang berimajinasi, menulis, dan berceritera.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Letak Estetika Film Kala Ganti Aditokoh

12 November 2022   23:00 Diperbarui: 12 November 2022   23:31 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Freepik

Estetika Film dalam Aditokoh

Estetika film menurut Ariansah (2008:46) mengacu pada sebuah studi yang memandang film adalah seni beserta pesan -- pesan artistik tentang keindahan dan kenikmatan rasa dalam perspektif film.

Seni dalam sebuah film dapat muncul karena sifatnya yang belum tentu sepenuhnya menjadi realita objektif.

Namun, di beberapa film memiliki pencapaian secara teknis apabila mampu merekam dan menampilkan realitas masyarakat secara persis. Harapannya, penonton merasa bahwa film tersebut adalah potongan peristiwa yang dialami.

Oleh karena itu, unsur naratif atau sinematik dalam membangun atmosfer film perlu ditentukan dan difokuskan melalui pemilihan karakteristik lelakon.

Nurgiyantoro (2015 dalam Sari, 2020:90) mengatakan bahwa lelakon adalah pendukung munculnya atmosfer cerita sebuah film yang dikehendaki produser film.

Lelakon atau aditokoh sebagai pemeran utama digambarkan Minderop (1996 dalam Nurgiyanto, 2020:90) sebagai tokoh yang memiliki dimensi akan imajinasi secara luas dan kaya.

Hal tersebut yang kemudian menjadi bekal dan keberhasilan seorang aditokoh dikenal sebagai aktor atau aktris berdasar karakter yang dimainkan.

Untuk itu, estetika film dalam aditokoh menjadi penentu nilai yang ditanamkan oleh kemahiran aktor/aktris dalam membedakan perilaku dan karakter.

Aditokoh Terganti

Alih alih karakter dalam film yang melekat dalam diri seorang aktor/aktris, justru menjadi pembentuk identitas baru.

Alhasil aktor/aktris yang dikenal sebagai seorang ibu di film lama ketika mendapat peran anak di film baru, tidak menutup kemungkinan dihujani kritikan.

Saunder melalui (Sari, 2019:10) telah menjelaskan bahwa sifat yang nyata diperankan dan digambarkan oleh aditokoh dapat ditunjukkan melalui pola tingkah laku.

Pola tingkah laku memerlukan perjalanan emosi yang panjang bagi aktor/aktris untuk menciptakan dimensi sebuah film.

Tak heran jika akhirnya sebuah film dikenal baik bersama salah satu aktor/aktris yang memerankan, hingga tidak mungkin terganti.

Fenomena tersebut marak terjadi di Indonesia dalam beberapa film, seperti Dilan 1991(2019) oleh Iqbaal Ramadhan, My Stupid Boss 1 & 2 oleh Reza Rahardian, Imperfect (2019) oleh Jessica Mila, Dua Garis Biru (2019) oleh Adhisty Zara, dan Milea: Suara dari Dilan (2020) oleh Vanesha Prescilla.

Sebab itu, jiwa pemeran utama yang sudah melekat dengan karakter film apabila diganti di series atau lanjutan film yang akan datang.

Maka, dapat menimbulkan perdebatan antara penonton dengan pembuat film. Lebih dari itu, penonton akan terbagi menjadi dua kubu, pro atau kontra terhadap pergantian pemeran pada bagian film selanjutnya.

Film "#TemanTapiMenikah2"

Film yang diangkat dari kisah Ditto dan Ayudia Bing Slamet berhasil meraih banyak nominasi dalam ajang Festival Film Indonesia pada 2018, Piala Maya, dan Indonesia Movies Actors Awars pada 2019.

Sehingga, Film "#TemanTapiMenikah 2" muncul sebagai sekuel lanjutan dari film dengan judul "#TemanTapiMenikah".

Adipati Dolken dan Vanesha Prescilla sebagai Ditto dan Ayu, pemeran utama dalam film "#TemanTapiMenikah" rupanya juga berhasil membawa film tersebut hingga menembus 1.655.829 penonton. (Cicilia, 2020)

Sayangnya, tokoh Ayu oleh Vanesha Prescilla di film "#TemanTapiMenikah" harus tergantikan dalam film "#TemanTapiMenikah2" oleh Mawar De Jongh.

Rako Prijanto sebagai sutradara film "#TemanTapiMenikah2" dalam lansiran IDN TIMES (Nanda, 2020) menjelaskan bahwa alasan dibalik pergantian pemeran Ayu menjadi keputusan oleh Falcon Pictures.

Adanya perbedaan dua cerita dengan konsep yang diangkat pun berbeda, menjadi faktor lain pergantian pemeran Ayu film "#TemanTapiMenikah" dan "#TemanTapiMenikah2".

Rako juga mengungkapkan di lansiran IDN TIMES (Nanda, 2020) bahwa pergantian pemeran Ayu tersebut untuk memberikan warna baru film "#TemanTapiMenikah2" dan alternatif agar penonton tidak bosan.

Sumber: Pinterest/Freepik
Sumber: Pinterest/Freepik

Akan tetapi, pergantian pemain dalam film "#TemanTapiMenikah" dan "#TemanTapiMenikah2" memicu reaksi penonton yang berbeda-beda.

1. Beda Pemeran, Beda Penyampaian

COS, laki-laki usia 21 tahun sebagai AVSEC Citilink Bandar Udara Halim Perdankusuma telah menonton film "#TemanTapiMenikah" dan "#TemanTapiMenikah2" mengaku merasa kecewa lantaran pemeran Ayu digantikan.

"Ketika tahu kalau yang main bukan Vanesha, ya kecewa. Sempat tidak ingin menonton, namun masih penasaran dengan alur selanjutnya itu sampai menguras emosi lagi atau tidak," ucap COS dalam wawancara bersama penulis.

COS juga menambahkan bahwa pemeran Ayu yang diganti mengubah karakter Ayu di sekuel sebelumnya, bahkan melupakan karakter seorang Ayu di "#TemanTapiMenikah".

"Di TTM2 gaya Ayu jauh berbeda, mungkin karena diceritakan sebagai seorang Istri dan Ibu Tapi di film TTM2 malah membuat saya lupa dengan Ayu di TTM1," tambah COS.

Beda pemeran, maka beda pula cara penyampaian. Hal tersebut jelas dan wajar terjadi di benak penonton.

Meski begitu, faktor penonton didorong dari minat keingintahuan akan lanjutan cerita sebelumnya yang menguras emosi.

2. Ganti Aktris, Ganti Suasana

RDV, perempuan usia 20 tahun sebagai Mahasiswa Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta telah menonton film "#TemanTapiMenikah" dan "#TemanTapiMenikah2" merasakan suasana yang beda.

"Tetep excited nonton, cuma feelnya beda. Apapun film atau drama yang punya season lanjutan dengan pemain yang beda pasti suasananya juga beda," ungkap RDV ketika diwawancarai penulis.

Selain perbedaan suasana, RDV mengatakan apabila diukur keberhasilan film "#TemanTapiMenikah" tidak sebanding dengan "#TemanTapiMenikah2".

Alasan yang diutarakan RDV tersebut juga dikarenakan ketika ia menonton film "TemanTapiMenikah" sempat meneteskan air mata.

"Kalau dibandingkan, aku bisa ngomong berhasil di film yang pertama dibanding yang kedua. Karena waktu di #TemanTapiMenikah aku sempet nangis sedikit," tambah RDV.

Walaupun ganti aktris, ganti suasana. Namun, ketertarikan penonton dalam film "#TemanTapiMenikah2" seiring harapan dengan perasaan yang lebih dalam dibanding sekuel sebelumnya.

3. Karakter Baru, Pemeran Baru

RVA, perempuan usia 19 tahun sebagai Mahasiswa Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah menonton film "TemanTapiMenikah" dan "TemanTapiMenikah2" menyukai adanya pergantian pemeran.

Menurut RVA, pergantian pemeran tokoh Ayu di "TemanTapiMenikah2" benar adanya. Lantaran kemiripan Mawar De Jongh dengan tokoh Ayu lebih tinggi dibanding Vanesha Prescilla.

"Aku lebih suka karakter Ayu di TTM 2, karena lebih ekspresif dan hampir mirip dengan aslinya dibanding karakter Ayu di TTM 1," jelas RVA dalam wawancara bersama penulis.

RVA mengatakan pula bahwa di film "TemanTapiMenikah2" memiliki chemistry yang lebih dalam ketimbang di film "#TemanTapiMenikah".

"Ditto sama Ayu di TTM 2 lebih bisa menjiwai, bahkan chemistry yang dimainkan kayak suami istri beneran," kata RVA.

Untuk itu, dorongan penonton di film "#TemanTapiMenikah2" ialah dari perasaan yang saling terhubung antar tokoh, yang kemudian dibagikan kepada penonton melalui sebuah film.

Insan yang Berbeda, Persepsi yang Berbeda

Dengan demikian, reaksi penonton terhadap pergantian pemeran film bergantung dari pengalaman, perasaan, dan perspektif yang didapat. Baik diwaktu yang sama, maupun berbeda.

Insan yang berbeda, persepsi yang berbeda pula. Sehingga, letak estetika ketika adanya pergantian pemeran adalah di dalam diri masing-masing individu.

Tolak ukur letak estetika setiap manusia berbeda. Ada yang meletakkannya di karakter antar tokoh atau latar cerita, bahkan di aktris/aktor yang digemari.

Maka, persoalan letak estetika tidak ada salah atau benar, buruk atau baik. Namun, tentang makna dari film itu sendiri.

Daftar Pustaka

Ariansah, M. (2008). Film dan Estetika. Jurnal Imaji, 4, 42-48.

Cicilia, M. (2020, Maret 30). 10 Film Besar Indonesia yang Tak Tembus 1 Juta Penonton. ANTARA. DIakses dari https://www.antaranews.com/berita/1389670/10-film-besar-indonesia-yang-tak-tembus-1-juta-penonton#:~:text=Sedangkan%20%22Teman%20Tapi%20Menikah%201,mampu%20meraih%201.655.829%20penonton.

Nanda, E. (2020, Januari 21). Mawar Eva Gantika Vanesha Prescilla, Ternyata Ini Cerita Sebenarnya. IDN TIMES. Diakses dari https://www.idntimes.com/hype/entertainment/erfah-nanda-2/mawar-eva-gantikan-vanesha-prescilla-ternyata-ini-cerita-sebenarnya?page=all

Sari, E. P. (2019). Pembangunan Karakter Tokoh Utama Pada Film Susah Sinyal Melalui Pola Struktur Naratif. (Skripsi, Institut Seni Indonesia, 2019). Diakses dari http://repository.isi-ska.ac.id/4537/1/Pembangunan%20Karakter%20Tokoh%20Utama%20Pada%20Film%20Susah%20Sinyal_EKA%20PUSPITA.pdf

Sari, R. J. (2020). Analisis Peran Perubahan Karakter Tokoh Utama Untuk Membangun Tahapan Tangga Dramatik Dalam Film "Split". Jurnal Fotografi, 16(2), 87-102.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun