Aku mohon maaf kalau saja tidak memberitahukanmu selama ini, karena aku tidak ingin mengganggu hidupmu dengan penyakitku, biarlah aku nikmati dan jalani sendiri hari-hariku yang tidak akan lama lagi.
Aku ada menyiapkan 2 lembar sertifikat deposito untuk kalian bertiga, disamping sertifikat rumah dan tanah milik kita lainya. Deposito yang di bank M aku siapkan untuk biaya hidup kalian dan biaya Mama sehari-sehari, sedang deposito yg di bank CA, tolong pergunakan untuk biaya sekolah kedua anak kita. Aku percaya Mama adalah ibu yang sangat menyayangi mereka.
Saya tau bahwa selama ini Mama tidak pernah mau tau tentang segala urusan, karena itu sekiranya Mama punya kesulitan dalam hal mengurus segala sesuatu terutama yang berhubungan dengan hukum, hubungi saja bang B .... pengacara yang sudah beberapa kali kita pernah bertemu. Saya yakin dia akan membantumu dengan senang hati, aku sangat mengenalnya dengan baik". (demikian dia bercerita, sambil manegaskan bahwa semuanya memang sudah dia urus sendiri dan sesungguhnya akulah pengacara yang dimaksud dalam surat suaminya tersebut).
Terus terang aku memang bukan istri yang baik baginya ... (demikian dia mengaku) sambil bercerita selanjutnya ...
Entah bagaimana Tuhan harus mempertemukan kami berdua. Kala itu aku sedang berkunjung ke rumah keluargaku di kota ini, dan secara kebetulan aku duduk bersebelahan dengannya dipesawat yang kami tumpangi saat itu. Kami ngobrol sambil mengisi waktu dalam perjalanan. Dia bercerita bahwa dia bekerja pada salah satu perusahaan otomotif ternama dan sering ditugaskan kecabang-cabang perusahaannya diluar kota. Perjalanan kali itu menurutnya adalah perjalanan kali pertama baginya ke kota kelahiranku. Sebelum berpisah dibandara, dia memberiku kartu namanya dan tidak lupa dia meminta dan menyimpan nomor teleponku ditelepon genggamnya.
Dia orang yg sangat ramah dan sangat baik dalam bertutur kata. Tidak terlalu lama setelah pertemuan mula-mula itu, hampir setiap hari dia meneleponku meskipun aku sudah kembali ke kotaku. Suatu waktu dia menyampaikan denganku bahwa dia selalu teringat denganku dan dia menyampaikan keseriusannya untuk lebih dekat denganku. Saat itu aku tidak terlalu menanggapinya karena bagiku hal itu tidaklah mungkin, disamping baru pertama sekali bertemu, kamipun tinggal dikota yg sangat berjauhan.
Tetapi ternyata pemikiranku salah, dia telah menunjukkan keseriusannya dengan hampir sekali dalam 2 minggu datang ke kotaku untuk mengunjungiku, dan anehnya sejak bertemu pertama sekali orangtuaku sangat menyukainya.
Setelah selama 8 bulan mengenalnya, diapun menyampaikan niatnya untuk memperistrikanku, alasannya bahwa dia tidak mau pacaran berlama-lama dan dia sangat mencintaiku, apalagi usianya saat itu sudah 33 tahun sementara aku masih berumur 24 tahun dan baru saja tamat sarjana. Aku memang tidak berpikir panjang kala itu, karena melihat ketulusannya aku langsung mengiyakannya. Lalu kemudian pertemuan keluarganya dan keluargakupun terjadi untuk membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan rencana pesta pernikahan kami.
Sejak semula memang dia adalah laki-laki yang bertanggungjawab, dia tidak mau menyusahkan kedua orangtuaku dan kedua orangtuanya, semua biaya pernikahan kami, ditanggung olehnya sendiri meskipun acara resepsinya diadakan digedung termegah dikotaku saat itu.
Setelah hari pernikahan itu, aku ikut dengannya dan pindah ke kota ini, dengan harus meninggalkan keluargaku meskipun saat itu aku sebenarnya belum siap. Kami memulai semuanya dari nol hingga kami memiliki segalanya dan sangking sayangnya denganku, hampir seluruh harta yg berharga diatasnamakan atas namaku.
Saat-saat begini, aku suka termenung sejak kepergiannya, ada rasa penyesalan dan rasa bersalah yang sangat dalam karena meskipun kami sudah menikah selama 13 tahun dan kami telah memiliki 1 orang putra dan 1 orang putri, tetapi selama itu aku tidak sepenuhnya memberi hatiku dengannya. Aku pernah berniat untuk meninggalkannya dan bahkan pernah menjalin hubungan yang sangat dekat dengan beberapa laki-laki yg aku kenal melalui medya sosial, tetapi karena ada anak-anak aku berusaha bertahan untuk tetap menjadi istrinya. Aku tau dia menyadari betul tentang hal itu, tetapi meskipun dia kecewa dengan perbuatanku, tetap saja dia memperlakukanku dengan baik dan sering kali berusaha membuat susuatu hal yang baru untuk menyenangkanku.