Mohon tunggu...
Berlian Wira Saputra
Berlian Wira Saputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Artificial Intillegence (AI) pada Pembuatan Karya Ilmiah

1 Juli 2024   12:00 Diperbarui: 1 Juli 2024   13:03 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ricky Estefen Chen, Alnando Lumban Gaol, Richad Handrean, Berlian Wira Saputra, Anastasia Dian Ayu Setiawan

Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam proses pembelajaran, terutama pada proses pembuatan karya ilmiah oleh mahasiswa telah menjadi sorotan utama dalam ranah pendidikan. Akibat dari penggunaan AI ini, hasil karya ilmiah mahasiswa sering menjadi perbincangan tentang keaslian dan kualitasnya. 

Dalam esai ini, akan membahas bagaimana AI telah mengubah kualitas pendidikan ataupun paradigma pada pembuatan karya ilmiah mahasiswa, serta pemahaman mengenai relevansi penggunaan AI pada pembelajaran dan pembuatan karya ilmiah oleh mahasiswa.

Teknologi telah berkembang pesat, segala jenis kegiatan manusia dapat dipermudah dengan penggunaan teknologi. Salah satu teknologi yang sangat memengaruhi kehidupan manusia pada akhir abad 20 dan awal abad 21 adalah search engine, seperti google dan firefox yang dapat memberikan berbagai informasi pada seluruh belahan dunia secara aktual. 

Dewasa ini sedang marak penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Kecerdasan Buatan yang memiliki kemampuan lebih dari pada search engine yang telah ada.

Kecerdasan Buatan ini adalah sebuah sistem yang yang memiliki kecerdasan yang sama atau lebih dari manusia. Kemampuan yang diprogramkan pada AI seperti kemampuan pengambilan keputusan, kemampoan kognitif, dan kemampuan belajar untuk menghasilkan adaptasi pada pengambilan keputusan selanjutnya (Manongga, 2022). AI saat ini banyak digunakan karena kepraktisannya dalam memberikan informasi kepada pengguna dari berbagai aspek kehidupan, seperti bisnis, makanan, ekonomi, dan bahkan pendidikan.

Lembaga pendidikan seperti universitas merupakan sebuah institusi yang di dalamnya terdapat proses belajar-mengajar. Dalam universitas, mahasiswa ditutut untuk mampu mempelajari dan mengerjakan persoalan-persoalan berbasis kurikulum yang telah diberikan. 

Kemajuan teknologi terutama dalam bidang AI telah mengubah banyak komponen-komponen kehidupan dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Dalam konteks ini hubungan antara penggunaan AI dan pendidikan mahasiswa semakin penting dan menarik untuk lebih diulik (Muarif et al., 2019).

Dalam konteks AI, dikenal adanya beberapa konsep seperti machine learning atau pembelajaran oleh mesin adalah memungkinkan AI dapat meniru cara belajar manusia untuk meningkatkan kemampuan dan adaptasinya. Kemampuan lain yang dimiliki AI adalah deep learning. 

Deep learning adalah cabang dari machine learning yang lebih kompleks, karena terinspirasi oleh struktur otak manusia. Menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh AI, memungkinkan manuasia membuat dan menciptakan banyak hal dengan lebih mudah dan cepat (Eriana & Zein, 2019).

Dalam dunia pendidikan AI mampu menulis esai ilmiah dengan topik pembahasan yang jelas dan terarah. Lebih hebatnya lagi, pada saat ini AI bukan hanya mampu memberikan pelayanan informasi berbasis teks saja, seperti menjawab pertanyaan, membantu memberikan referensi laporan, dan lainnya. AI saat ini bahkan mampu memberikan hasil layanannya berbasis foto dan video. Salah satu AI yang sering digunakan oleh mahasiswa adalah ChatGPT. ChatGPT sering dimanfaatkan oleh mahasiswa karena kesimpelan dalam penggunaannya.

Hanya dengan mengetik beberapa kata kunci yang relevan, AI seperti ChatGPT dapat menampilkan secara langsung dan cepat apa yang kita inginkan. Tak hanya sebagai reverensi, karena keakuratan dan keefektivan hasil yang diberikan ChatGPT, tak heran banyak mahasiswa memanfaatkannya untuk menunjang pambelajarannya (Maulana et al., 2023).

Integrasi AI dalam dunia pendidikan mampu meningkatkan pengembangan keterampilan digital mahasiswa, utamanya pada masa industri 4.0 hingga 5.0.  

Dibarengi dengan tanggung jawab yang baik, AI sebenarnya menawarkan potensi besar untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa untuk pemanfaatan karirnya di masa depan, dan membantu mahasiswa untuk terus terinformasi luas secara aktual. AI dapat dimanfaatkan sebagai alat yang kuat untuk merevolusi pendidikan untuk berkembang dalam masa digital ini (Muhammad Yahya et al., 2023).

AI didesain memang untuk menunjang berbagai penerimaan informasi manusia pada berbagai aspek. Pada bidang pendidikan, AI sering dimanfaatkan secara negatif oleh para mahasiswa. Efek saat ini munculnya tantangan mengenai etika pendidikan yang menurun pada mahasiswa, mahasiswa saat ini dengan AI ini mahasiswa sudah sering tidak menjunjung tinggi etika dan adap pada dunia pendidikan ini. Etika pendidikan seperti kejujuran, mematuhi kaidah keilmuan, dan menghindari tindakan menyontek dan plagiarisme. Penggunaan AI seperti ChatGPT dapat menghemat waktu pengerjaan tugas seperti pembuatan karya ilmiah oleh mahasiswa. 

Namun, penggunaan AI ini sangat rentan untuk dijadikan sarana palgiarisme mahasiswa yang membuat mahasiswa tidak kreatif dan malas berpikir. Esai ini bermaksud untuk mengidentifikasi efek positif maupun negatif hubungan mahasiswa dengan AI utamanya pada proses pembuatan karya ilmiah oleh mahasiswa, serta kemungkinan yang dapat terjadi kedepannya pada mahasiswa dan dunia pendidikan (Maulana et al., 2023).

Zaman yang semakin maju dengan perkembangan teknologi ini membuat proses pencarian data serta pengerjaan pada sebuah data sangat mudah untuk mendapatkan informasinya salah satu hal yang membuat proses tersebut semakin mudah yaitu AI. Salah satu yang paling terkenal yaitu Chat GPT penggunaan AI ini sangat membantu banyak orang terutama mahasiswa dalam pengerjaan tugas atau pencarian data. Namun, penggunaan AI tersebut memiliki kekurangan yang cukup berdampak bagi mahasiswa yaitu plagiarisme.

Plagiarisme semakin meningkat dan menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan pada zaman sekarang karena semakin banyak mahasiswa yang menggunakan AI untuk mencari tugas dan pencarian data dengan penggunaan AI. AI memberikan banyak informasi yang dapat diakses dengan mudah dan dapat di salin, tetapi dalam penggunaan AI memberikan informasi yang sama pada satu pencarian sehingga plagiarisme meningkat dan menimbulkan konsekuensi serius bagi mahasiswa seperti kegagalan nilai sampai pengulangan mata kuliah (King, 2023).

Salah satu direktur dari badan jurnalis survei data dari Amerika bernama Taylor Orth menyampaikan dalam salah satu artikelnya dengan judul "What Americans think about ChatGPT and AI-generate text". Didapatkan bahwa beberapa anak yang ditanya menjawab, bahwa tak sedikit dari mereka telah menggunakan platform ini untuk menyelesaikan berbagai kasus, termasuk untuk membantu tugas sekolah, mempersiapkan wawancara, dan membantu penerjemahan bahasa (Taylor Orth, 2023).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lukman, Riska Agustina dan Rihadatul Aisy mengenai dampak penggunaan AI yang berjudul "Problematika Penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk Pembelajaraan di Kalangan Mahasiswa STIT PEMALANG" mengatakan bahwa maraknya penggunan AI di kalangan mahasiswa sebagai pemicu dari masalah plagiarisme disebabkan karena mahasiswa dapat mengakses dan menyalin dengan mudah serta mahasiswa juga bergegantungan pada AI (Lukman et al., 2024).

Selanjutnya, pada Alya Nur Fadilla, Putri Munadiyah Ramadhan dan Handriyotopo pada artikel yang berjudul "Problematika Penggunaan AI (Artificial intelligence) di Bidang Ilustrasi: AI VS Artist" mengatakan bahwa penggunaan AI menghasilkan karya plagiasi terhadap karya orang lain dan nantinya teknologi AI dapat mengambil alih pekerjaan seorang illustrator (Fadilla et al., 2023).

AI memberikan dampak yang sangat besar pada dunia pendidikan secara universal. Dalam jurnal berjudul "Implementasi Penggunaan Artificial Intelligence Dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Kelas A", penulis beserta teman-teman nya telah melakukan penelitian untuk menguji dampak penggunaan platform AI pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi secara kualitatif. 

Berdasarkan jurnal tersebut, penulis menjabarkan dampak AI yang dapat memaksimalkan hasil pengerjaan mahasiswa dan memperluas akses informasi bagi mahasiswa. Namun, penggunaan AI juga dapat menjadi pedang bermata dua bagi mahsiswa, karena mahasiswa menjadi ketergantungan dan menyebabkan kurangnya pemikiran kritis dan rasional dari mahasiswa (Arly et al., 2023).

Pada jurnal yang berjudul "Dampak Penggunaan Chat GPT pada Kompetensi Mahasiswa Akuntansi : Literature Review", penulis menjabarkan hasil penelitiannya dengan mengunakan metode literature review terhadap 480 artikel dari 500 artikel terkait. Dalam jurnal tersebut didapatkan hasil bahwa penggunaan Chat GPT oleh mahasiswa meningkatkan keinginan dan ketergantungan pada pembelajaran dan informasi yang serba mudah. 

Penggunaan Chat GPT memiliki peluang dalam pembelajaran ataupun evaluasi pada pembelajaran mahasiswa dengan cakupan yang luas dan keakuratan jawaban yang diberikan. Namun, hal tersebut dapat memberikan ancaman terkait dengan integritas mahasiswa, karena penggunaan Chat GPT meningkatkan potensi mahasiswa untuk menyontek dan mengirimkan tugas yang tidak dibuat olehnya secara mandiri (Hidayanti & Azmiyanti, 2023).

Artificial Intelligence berasal dari dua kata, yaitu Intelligence yang merupakan kata sifat yang berarti cerdas, sedangkan Artificial artinya adalah buatan. Sehingga, kecerdasan buatan merujuk pada mesin yang mampu berpikir, menimbang tindakan yang akan diambil, dan mampu mengambil Keputusan seperti yang dilakukan oleh manusia (Cahyaningrum,2023). Dalam kecerdasan buatan terdiri atas beberapa bidang, yaitu antara lain sistem pakar, pengolahan bahasa alami, pengenalan ucapan, robotika, dan jaringan saraf tiruan (Cahyaningrum, 2023). 

Dalam kecerdasan buatan terdiri atas beberapa bidang, yaitu antara lain sistem pakar, pengolahan bahasa alami, pengenalan ucapan, robotika, dan jaringan saraf tiruan. AI mempunyai dampak yang cukup signifikan untuk pendidikan, pekerjaan maupun kehidupan sosial. Dampak negatif yaitu membuat orang tidak dapat berpikir kritis, plagiarisme dan kurangnya pengembangan ketrampilan. keterampilan.

Teknologi yang masif dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan berbagai dampak bagi manusia. Salah satu contoh berkembang pesatnya teknologi yaitu dengan lahirnya teknologi kecerdasan buatan bernama ChatGpt. ChatGpt merupakan mesin dengan teknologi pemroses bahasa alami (natural language processing) yang dapat menjawab pertanyaan dalam bentuk teks yang diketikkan pada aplikasi tersebut. Selain itu, ChatGpt dikembangkan sebagai model generatif yang bisa digunakan untuk menghasilkan teks yang sesuai dengan konteks percakapan (Putra et al., 2023).

Karya tulis ilmiah merupakan hasil dari rangkaian gagasan yang merupakan hasil dari pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat dari sang penulis. Dalam menulis karya ilmiah, terdapat beberapa persyaratan baik formal maupun materil yang menyangkut isi dari karya ilmiah tersebut. Terdapat beberapa jenis karya ilmiah, seperti makalah, kertas meja, skripsi, tesis, disertasi, artikel, esai, dan opini (Silaswati, 2018).

Mahasiswa didorong untuk memiliki sikap dan sifat yang menggambarkan keutuhan dari pendidikan, baik secara ilmu dan etika. Dalam beretika terdapat beberapa indikator perilaku yang dapat menggambarkan nilai dari individu mahasiswa tersebut. Etika dalam pendidikan berhubungan erat dengan namanya integritas yang menekankan konsistensi  moral, keutuhan diri sebagai individu, dan kejujuran. 

Secara umum, integritas pada secara akademik pada pendidikan dapat dibagi dalam beberapa jenis pelanggaran, diantaranya seperti absen atau ketidakhadiran, plagiarisme, kecurangan, kolusi pada pengerjaan tugas, fabrikasi atau mengarang hasil laporan atau penelitian, falsifikasi atau manipulasi tugas atau data pada proses penelitian, ghosting atau penggunaan jasa pada pembuatan tugas, deseit pernyataan yang tidak jujur, dan gratifikasi atau tindak suap untuk kepentingan individu (Redjeki & Heridiansyah, 2013).

Hasil dan Pembahasan

Pesatnya perkembangan AI atau kecerdasan buatan pada penggunaan nya, sangat pesat penggunaan AI meliputi berbagai bidang dan kalangan berikut merupakan grafik yang menunjukan pesat nya penggunaan AI yang dimuat pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1. Waktu penggunaan ChatGpt untuk Mencapai 1 juta Pengguna

(Sumber: Exploding Topics)

Pada gambar tersebut menunjukan pesat nya penggunan AI dengan membandingkan aplikasi-aplikasi yang sering digunakan pada grafik menunjukan waktu yang diperlukan mencapai 1 juta pengguna pada aplikasi di man pada AI yang sering digunakan yaitu ChatGPT hanya membutukan sekitar 5 hari untuk mencapai 1 juta pengguna jika dibandingkan dengan aplikasi terkenal seperti instagram membutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan untuk mencapai 1 juta pengguna. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan AI khususnya ChatGPT sangat berkembang pesat  di berbagai kalangan terutama pelajar.  Data perkembangan AI direkapitulasi pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Uraian Gambar 1

(Sumber: Exploding Topics)

Layanan Daring

Tahun Peluncuran

Waktu yang Dibutuhkan untuk Menjangkau 1Juta Pengguna

benang

2023

1 jam

ObrolanGPT

2022

5 hari

Instagram***

2010

2,5 bulan

Spotify

2008

5 bulan

Dropbox

2008

7 bulan

Facebook

2004

10 bulan

Empat persegi***

2009

13 bulan

Twitter

2006

2 tahun

Airbnb**

2008

2,5 tahun

Pemula*

2009

2,5 tahun

Netflix

1999

3,5 tahun

Pada kesadaran penggunaan ChatGPT di dasari dari persentase mahasiswa dan dosen yang mengetahui mengenai ChatGPT di mana pada penelitian jurnal oleh Niyu et al., (2024) menjelaskan pada kesadarannya di kalangan mahasiswa yang mengetahui ChatGPT 89 % yang pernah menggunakan nya sebanyak 57.5 % kemudian pada kalangan dosen yang pernah mendengar sebanyak 97.9% yang pernah menggunakan sebanyak 84 %. 

Dilanjutkan dengan persentase yang belum dan tidak pernah menggunakan ChatGPT pada kalangan dosen sekitar 63.3% belum menggunakan dengan alasan tidak tertarik serta kurangnya pemahaman dengan penggunaan ChatGPT, pada mahasiswa terdapat 71.1% dengan alasan ketakutan pada data yang didapatkan tidak sesuai atau ketakutan pada privasi data yang disebar saat ditanyakan.

Berdasarkan survei yang telah diajukan kepada para mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia sebagai respondennya, survei menanyakan pembenaaran mengenai mahasiswa yang pernah menggunakan ChatGPT, apakah tahu bahwa dosen pada mata kuliah yang dia ikuti mengetahuinya menggunakan ChatGPT. Berikut merupakan uraian mengenai persepsi mahasiswa tentang awareness dosen yang dimuat pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Persepsi Mahasiswa Tentang Awareness Dosen

(Sumber: Olah Data Peneliti)

Data survei diketahui diisi oleh total 292 responden mahasiswa sebagai pengguna ChatGPT, terutama pada pembuatan tugas akademiknya. Hanya terdapat 33,9% saja mahasiswa dosennya mengetahui bahwa dia menggunakan ChatGPT pada tugas akademiknya. Sedangkan, terdapat 66,1% responden mahasiswa yang merasa bahwa dosennya tidak mengetahui adanya keterlibatan ChatGPT pada pembuatan tugas akademik kuliahnya. 

Mahasiswa cenderung berusaha menutup-nutupi bukti penggunaan ChatGPT pada pembuatan tugas kuliahnya karena adanya pernyataan penggunaan ChatGPT pada pengerjaan tugas dan karya ilmiah yang dinilai sebuah pelanggaran. Visualisasi hasil survei data persepsi mahasiswa dapat dilihat seperti pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Persepsi Mahasiswa Mengenai Penggunaan ChatGPT dianggap Melanggar Aturan Akademis(Sumber: Olah Data Peneliti)
Gambar 2. Persepsi Mahasiswa Mengenai Penggunaan ChatGPT dianggap Melanggar Aturan Akademis(Sumber: Olah Data Peneliti)

Survei untuk memperkuat data sebelumnya dilakukan terhadap responden yang sama yaitu mahasiswa untuk memenuhi data berdasarkan pandangan mahasiswa. Pada hasil data survei didapatkan nilai persentase yang cukup rata pada jawaban  jarang, kadang-kadang, dan sering. 

Namun, pada setiap bagian ujung, yaitu tidak  pernah dan selalu menjadi variabel dengan nilai terbanyak. Respon pada mahasiswa masih cukup bervariasi dengan persepsi mahasiswa terbanyak yang beranggapan penggunaan ChatGPT yang tidak melanggar aturan-aturan akademik.

Guna menguatkan persepsi akan pernyataan mengenai pengunaan ChatGPT yang melanggar kode etik akademis pada pengerjaan tugas dan karya ilmiah mahasiswa, diperlukan pandangan melalui dua arah. Selain persepsi dari mahasiswa, survei juga diberikan  pada responden  dosen  dengan pernyataan yang sama  mengenai penggunaan ChatGPT yang melanggar aturan akademis pada Perguruan Tinggi. Grafik mengenai persepsi dosen mengenai penggunaan ChatGPT yang dianggap melanggar aturan akademis dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Persepsi Dosen Mengenai Penggunaan ChatGPT dianggap Melanggar Aturan Akademis(Sumber: Olah Data Peneliti)
Gambar 3. Persepsi Dosen Mengenai Penggunaan ChatGPT dianggap Melanggar Aturan Akademis(Sumber: Olah Data Peneliti)

Survei data diambil pada pernyataan yang hampir sama dengan respondennya adalah para dosen bidang akademisi dengan pernyataan tingkat setuju dosen akan pembatasan penggunaan ChatGPT pada pengerjaan tugas kuliah. Pada hasil survei grafik semakin meningkat pada kesetujuan yang menggambarkan sebagian besar dosen memiliki persepsi untuk setuju dengan adanya pembatasan penggunaan ChatGPT pada pengerjaan tugas dan karya ilmiah.

Suatu survei untuk menguji dengan pertanyaan mengenai pedoman etika penggunaan ChatGPT dalam bidang akademik khususnya perkuliahan. Data survei didapatkan dengan 292 responden mahasiswa aktif yang pernah menggunakan ChatGPT pada pembuatan tugas atau karya ilmiah perkuliahan. Pada survei didapatkan sebanyak 29,35% responden menyatakan bahwa mereka tidak atau belum pernah mendapatkan pedoman mengenai etika penggunaan ChatGPT dalam pendidikan.

Berdasarkan hasil data survei, sebanyak 29.3% dari jumlah responden menyatakan bahwa mereka sudah pernah mendapatkan panduan mengenai etika dalam penggunaan Chat GPT dalam bidang akademik. Sedangkan, sebanyak 70,7% responden tidak atau belum pernah. Grafik adanya kejelesan pedoman penggunaan ChatGPT di bidang akademik dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut.

Gambar 4. Grafik Adanya Pedoman Penggunaan ChatGPT di Bidang Akademik

(Sumber: Olah Data Peneliti)

Berikutnya, pertanyaan mengenai perlu atau tidaknya panduan / pedoman  mengenai etika penggunaan ChatGPT dalam bidang akademik dengan para dosen sebagai respondennya. Pada hasil data didapatkan total 97,5% responden dosen setuju dan perlu adanya panduan / pedoman penggunaan ChatGPT pada bidang pendidikan terutaman kuliah. 

Sedangkan, sebanyak 2,5% responden dosen menyatakan tidak perlu adanya panduan / pedoman penggunaan ChatGPT dalam beretika pendidikan. Pada Gambar 5 berikut ini menggambarkan persentase grafik pernyataan setuju adanya pedoman penggunaan ChatGPT dalam dunia pendidikan.

Gambar 5. Grafik Pernyataan Setuju Adanya Pedoman Penggunaan ChatGPT dalam Dunia Pendidikan

(Sumber: Olah Data Peneliti)

Dalam mengetahui keetisan penggunaan ChatGPT pada pengerjaan karya ilmiah mahasiswa, hasil data penelitian harus diambil secara dua persepsi, persepsi mahasiswa dan persepsi dosen. Pada persepsi mahasiswa, disebabkan karena mahasiswa menganggap dosen tidak mengetahui adanya keterlibatan ChatGPT pada pembuatan karya ilmiahnya, mahasiswa belum dapat mengantisipasi kehadiran ChatGPT dalam dunia pendidikan. Berbeda dengan mahasiswa, dosen memiliki pandangan untuk penanganan lebih lanjut pada pembatasan penggunaan ChatGPT dalam pembuatan tugas dan karya ilmiah mahasiswa pada ranah pendidikan.

Simpulan 

Berdasarkan data pengguna AI pada khalayak umum, didapatkan bahwa sebagian besar orang telah mengetahui dan menggunakan AI dalam kehidupannya. AI telah mempengaruhi sebagian besar aktivitas manusia terkhusus pada dunia pendidikan. Salah satu penyedia layanan AI yang paling berpengaruh pada saat ini adalah ChatGPT dengan peningkatan jumlah pengguna yang sangat signifikan, yaitu 1 juta pengguna hanya dalam 5 hari.

ChatGPT memberikan dampak besar dalam dunia pendidikan pada masa kini bagi kalangan mahasiswa dan kalangan dosen di Perguruan Tinggi di Indonesia. Berdasarkan servei yang telah dilakukan pada terhadap responden mahasiswa dan dosen dari berbagai Perguruan Tinggi Indonesia, didapatkan bahwa terdapat panduan pada penggunaan AI terutama ChatGPT di bidang akademik, namun belum bersifat umum pada institusi dan Perguruan Tinggi. Dalam waktu yang singkat ChatGPT dapat memberikan awareness atau kesadaran dalam waktu singat terhadap kalangan akademisi pada Perguruan Tinggi di Indonesia.

Berdasarkan persepsi dosen dari hasil survei mengenai penggunaan AI dan ChatGPT yang dianggap melanggar aturan akademis didapatkan bahwa sebagian besar dosen menganggap bahwa penggunaan AI pada pengerjaan karya ilmiah mahasiswa tergolong suatu pelanggaran akademik yang berpotensi besar menghasilkan plagiarisme. 

Sedangkan berdasarkan surevi pada responden mahasiawa, pernyataan bahwa penggunaan ChatGPT pada dunia pendidikan dianggap melanggar aturan akademik memiliki hasil survei yang cukup merata. Hal ini menggambarkan bahwa pada kedua belah pihak, yaitu pihak mahasiswa dan dosen terdapat dominasi persepsi bahwa penggunaan AI dan ChatGPT pada pengerjaan tugas dan karya ilmiah mahasiswa dianggap menyalahi aturan dan kode etik akademik pada Perguruan Tinggi di Indonesia.

Penggunaan AI dan ChatGPT memberikan berbagai efek baik maupun efek buruk dalam dunia pendidikan. Namun, hal tersebut bergantung pada bagaimana  seorang mahasiswa menyikapi dan mengaplikasikan AI dan ChatGPT ini pada penulisan berbagai tugas dan karya ilmiah mahasiswa pada Perguruan Tinggi. 

Terdapat berbagai celah kecurangan dan  plagiarisme dalam penggunaan AI dan ChatGPT pada pembuatan karya ilmiah yang menyebabkan bebagai persepsi dosen dan pengampu pembelajaran berusaha supaya pada beberapa tugas dan pengerjaan karya ilmiah yang diampunya tidak dikerjakan dengan bantuan AI dan Chat GPT untuk menjauhi tindak plagiarisme mahasiswa dan meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam pembautan karya ilmiah mahasiswa.

Rujukan

Arly, A., Dwi, N., & Andini, R. (2023). Implementasi Penggunaan Artificial Intelligence Dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Kelas A. Prosiding Seminar Nasional, 362--374.

Cahyaningrum, Y. C. (2023). Penerapan Artificial Intelligence Menggunakan Fuzzy Logic dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Amplifier: Jurnal Ilmiah Bidang Teknik Elektro Dan Komputer, 13(2), 62--68. https://doi.org/10.33369/jamplifier.v13i2.30757

Eriana, E. S., & Zein, D. A. (2019). Artificial Intelligence. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951--952.

Fadilla, A. N., Ramadhani, P. M., & Handriyotopo, H. (2023). Problematika Penggunaan AI (Artificial Intellegence) di Bidang Ilustrasi: AI VS Artist. CITRAWIRA: Journal of Advertising and Visual Communication, 4(1), 129--136. https://doi.org/10.33153/citrawira.v4i1.4741

Hidayanti, W., & Azmiyanti, R. (2023). Dampak Penggunaan Chat GPT pada Kompetensi Mahasiswa Akuntansi: Literature Review. Seminar Nasional Akuntansi Dan Call for Paper, 3(1), 83--91. https://senapan.upnjatim.ac.id/index.php/senapan/article/view/288

King, M. R. (2023). A Conversation on Artificial Intelligence, Chatbots, and Plagiarism in Higher Education. Cellular and Molecular Bioengineering, 16(1), 1--2. https://doi.org/10.1007/s12195-022-00754-8

Lukman, L., Riska Agustina, & Rihadatul Aisy. (2024). Problematika Penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk Pembelajaran di Kalangan Mahasiswa STIT Pemalang. Madaniyah, 13(2), 242--255. https://doi.org/10.58410/madaniyah.v13i2.826

Manongga, D. U. R. I. S. N. L. A. B. Y. (2022). RETRACTED (Di Tarik): Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Pendidikan. ADI BISNIS DIGITAL INTERDISIPLIN (ABDI JURNAL), 3(2), 110--124. https://doi.org/https://doi.org/10.34306/abdi.v3i2.792

Maulana, M. J., Darmawan, C., & Rahmat, R. (2023). Penggunaan Chatgpt Dalam Tinjauan Pendidikan Berdasarkan Perspektif Etika Akademik. Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan PKn, 10(1), 58--66. https://doi.org/10.36706/jbti.v10i1.21090

Muarif, J. A., Jihad, F. A., Alfadli, M. I., & Setiabudi, D. I. (2019). Hubungan Perkembangan Teknologi Ai Terhadap Pembelajaran Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPS, 4(2), 53--60. http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp/search/authors/view?givenName=Mery Noviyanti &familyName=&affiliation=Universitas Terbuka&country=ID&authorName=Mery Noviyanti

Muhammad Yahya, Wahyudi, & Akmal Hidayat. (2023). Implementasi Artificial Intelligence (AI) di Bidang Pendidikan Kejuruan Pada Era Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Dies Natalis 62, 1, 190--199. https://doi.org/10.59562/semnasdies.v1i1.794

Niyu, Desideria Dwihadiah, Azalia Gerungan, & Herman Purba. (2024). Penggunaan ChatGPT di Kalangan Mahasiswa dan Dosen Perguruan Tinggi Indonesia. CoverAge: Journal of Strategic Communication, 14(2), 130--145. https://doi.org/10.35814/coverage.v14i2.6058

Putra, R. K. T., Saputro, F. R., Hakim, L., Ramadhan, Y., & Fuadin, A. (2023). Fenomena ChatGPT Peningkatkan civic skill digital native generation. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(1), 140--147. https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/nautical/index

Redjeki, D. P. S., & Heridiansyah, J. (2013). Memahami sebuah konsep integritas. Jurnal STIE Semarang, 5(3), 1--14.

Silaswati, D. (2018). Pentingnya penentuan topik dalam penulisan karya ilmiah pada bidang ilmu akuntansi. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 9(1), 86.

Taylor Orth. (2023). What Americans think about ChatGPT and AI-generated text. YouGov. https://today.yougov.com/technology/articles/45128-what-americans-think-about-chatgpt-and-ai-text?redirect_from=%2Ftopics%2Ftechnology%2Farticles-reports%2F2023%2F02%2F01%2Fwhat-americans-think-about-chatgpt-and-ai-text

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun