Begitu memasuki halaman rumah, pemandangan yang tidak kami harapkan terpampang nyata di depan mata. Teras rumah berantakan. Kandang kucing yang kami taruh di teras rumah, sudah bergeser jauh. Kardus-kardus bekas yang kami taruh di atas kandang sebagai tempat lesehan kucing sudah berserakan di teras. Tempat makanan dan minumannya pun berserakan di antara pot-pot tanaman hias.Â
Bukan hanya itu. Hal yang paling mengagetkan adalah pintu rumah yang sudah terbuka sedikit, sekitar 10 cm. Yup, pintu rumah ternyata tidak terkunci bahkan tidak tertutup sempurna, astaga!Â
Jantung saya langsung berdegup kencang. Buru-buru saya masuk ke dalam rumah, dan mengecek segalanya. Syukur, semuanya aman.
Memang, lingkungan kediaman kami ini tergolong aman. Pintu rumah tidak terkunci bahkan terbuka pun, kondisi rumah baik-baik saja.Â
Hanya, amat sangat disayangkan terjadi kelalaian seperti ini. Bagaimana mungkin pintu bahkan tidak tertutup sempurna. Kerabat kami yang kami konfirmasi setelahnya, pun tidak mengerti bagaimana bisa pintu tidak terkunci.
Setelah kami tanya lebih lanjut, ternyata bukan dia yang menutup pintu. Anaknya yang berusia 12 tahunlah yang ditugaskan mengunci pintu. Yah, sudahlah. Kami juga tidak mau memperpanjang masalah.Â
Kekecewaan kami bukan hanya itu. Kondisi rumah sangat berantakan, dari muka hingga belakang. Tidak ketinggalan kamar tidur. Di kamar tidur, kondisi atas kasur berantakan. Sprei dan bantal acak-acakan. Padahal saya tinggalkan dalam keadaan rapi.Â
Selain itu, lantai rumah kotor sekali. Di meja makan dan dapur berserakan peralatan makan. Tempat sampah di dapur pun penuh dengan bungkus-bungkus makanan. Padahal apa salahnya dibuang ke tempat sampah di depan rumah.Â
Namun, kekecewaan kami belum ada apa-apanya. Kondisi paling mengenaskan adalah ketika kami melihat ke halaman belakang dimana terdapat ember besar tempat peliharaan ikan lele. Beberapa ekor ikan tampak sudah mati mengambang, dan banyak lainnya sudah megap-megap di permukaan air, berusaha mencari oksigen. Airnya sangat kotor penuh dengan sisa-sisa pakan. Sepertinya pemberian pakannya berlebihan. Pakan yang berlebihan dan tidak termakan pada akhirnya mengotori air dan meracuni ikan.Â
Suami pun buru-buru menguras ember tempat peliharaan lele ini. Maksud hati agar banyak lele yang bisa diselamatkan. Apa daya, dari sekitar 50 ekor, hanya tersisa 15 ekor lele.yang bertahan hidup! Sayang sekali, padahal sudah siap panen!Â
Mau bagaimana lagi. Sudah terjadi. Kami pun malas ribut. Kejadian matinya sebagian besar ikan lele peliharaan kami pun tidak kami ceritakan pada kerabat kami itu. Cukup kami yang tahu. Tidak usah diperpanjang. Tidak ada gunanya juga.Â