Puncaknya, anak terjebak dalam zona nyaman tersebut, dan mengalami kesulitan untuk keluar. Mau tidak mau, orangtua pun terjebak dalam zona (tidak) nyaman tersebut.Â
Tidak peduli pada orang lain
Melihat kasus Ibu Tina, kemungkinan si anak memiliki minim kepedulian pada orangtua. Si anak tidak merasa bahwa hidupnya membebani orangtua juga saudara-saudara kandungnya.
Orang-orang seperti ini biasanya memiliki prinsip hidup sangat egosentris dan suka mengada-ada. Bagi mereka, dirinya harus menjadi pusat perhatian dan harus diutamakan.Â
Orang-orang seperti ini sepertinya tidak peduli hidupnya menyusahkan orang lain atau tidak. Baginya, selama dirinya senang, dia tidak peduli orang lain senang atau tidak.
Kemungkinan orang-orang seperti ini pun memiliki prinsip-prinsip hidup yang menyimpang dari sebenarnya. Mungkin mereka menganggap orangtua wajib bertanggung jawab pada kehidupan anaknya sampai kapanpun.
Tidak peduli dengan masa depan
Sulit untuk merencanakan masa depan ketika kehidupan masih menadahkan tangan pada orang lain. Artinya, jika masih tetap bergantung pada orang lain, kemungkinan ada kecenderungan tidak peduli dengan masa depan.Â
Orang-orang seperti ini mungkin berprinsip hidup untuk hari ini saja, tanpa perencanaan sama sekali. Kehidupan besok bagaimana, akan dipikirkan besok saja.
Orangtua membiarkan
Yang saya lihat dari kasus Ibu Tina, Ibu Tina sendiri juga salah. Ibu Tina berperan besar membuat situasinya berlarut-larut.