Lagipula, pendidikan karakter anak bukanlah tanggungjawab utama guru. Orangtualah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pembentukan karakter anak. Itu sebabnya, dalam usia sekolah hingga SMA sebaiknya anak tetap hidup bersama orangtua.Â
2. Orangtua menjadi teladan, anak belajar hidup berkeluarga
Melalui keluarga, anak akan belajar bagaimana hidup berkeluarga yang sesungguhnya. Bukan sekadar teori, tetapi langsung melihat sendiri.Â
Anak laki-laki, misalnya, akan belajar bagaimana menjadi kepala keluarga melalui teladan ayahnya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula, anak perempuan, menyerap teladan dari ibunya dan belajar tentang peran penting istri sebagai sosok penolong suami sekaligus "tiang doa" bagi keluarga.Â
Melalui keluarga pula, anak akan belajar cara mendidik anak melalui sikap ayah dan ibunya dalam mendidik anak-anaknya.Â
Pelajaran berkeluarga tersebut tentu sulit diperolehnya dalam asrama. Sekalipun saat dewasa nanti, anak menginginkan hidup selibat sebagai konsekuensi dari sebuah pengabdian, mereka juga sebaiknya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hidup berkeluarga.
Dengan begitu, mereka memiliki modal untuk mampu mengajarkan hal tersebut ketika sekali waktu diperlukan saat mereka menjalankan tugas pengabdiannya.Â
Untuk itulah, keberadaan anak selama minimal 17 tahun (hingga tamat SMA) tinggal bersama ayah dan ibunya, merupakan suatu kesempatan bagi orangtua untuk memberikan teladan terbaik yang bisa dicontoh anak-anak mereka.Â
Setidaknya, orangtua juga termotivasi untuk hidup benar guna memberi teladan terbaik bagi anak.Â
Wahai orangtua, teladan kita akan berbicara lebih keras daripada seribu kalimat nasihat yang kita ucapkan!
3. Usia anak belum mampu berpikir rasional