Teman laki-laki ini dari kelas lain, dan kebetulan saya sendiri belum mengenalnya. Dan pada saat itu, karena Imlek belum menjadi hari libur nasional, pihak sekolah berinisiatif memberi ijin kepada siswa yang merayakan untuk tidak masuk sekolah setidaknya selama dua hari perayaan.
Semula saya ragu mau ikut atau tidak, karena memang belum kenal dengan anaknya. Namun, karena terus ditarik-tarik untuk ikut, ya sudah akhirnya ikut juga. Lumayan bisa jalan-jalan bareng teman-teman.
Rumah yang akan kami kunjungi ini lumayan jauh jaraknya dari sekolah, berada di pinggiran kota Sungailiat, arahnya menuju kota Pangkalpinang, ibukota Provinsi Bangka Belitung. Jaraknya kurang lebih 10 km dari sekolah kami.
Ketika itu, kami menggunakan kendaraan umum yang merupakan transportasi antarkota Sungailiat dan Pangkalpinang. Pownis, begitu warga menyebut kendaraan umum tersebut.Â
Pownis sendiri adalah uto/oto (mobil) serupa bus yang begitu melegenda di Pulau Bangka. Pownis ini sangat istimewa karena mayoritas bodinya terbuat dari kayu, termasuk pintu, jendela, tempat duduk penumpang hingga tempat duduk supir.Â
Berhubung rumah saya juga termasuk wilayah pinggir kota dan berada di sisi jalan lintas antarkedua kota tersebut, pownis ini juga yang paling sering saya tumpangi untuk pergi dan pulang sekolah.Â
Pownis yang begitu legend ini kini sudah sulit ditemui. Pownis sendiri merupakan singkatan dari Peusahaan Oto Warga Negara Indonesia Sungailiat.
Suasana riuh langsung memenuhi pownis begitu kami berada di dalamnya. Namanya juga rebege, remaja baru gede, senang banget bisa jalan bersama begitu. Perjalanan yang membutuhkan waktu cukup lama itu pun terasa singkat.Â
Turun dari pownis, untuk mencapai rumah yang dituju, kami masih harus berjalan kaki sedikit melewati gang yang cukup lebar. Ibu teman kami menyambut kami di teras rumah.
Kami langsung dipersilakan masuk ke rumahnya. Karena saya belum kenal dan hanya ikut-ikutan, saya lebih banyak diam, teman-temanlah yang berdialog dengan ibu tuan rumah.