Sekalipun Selat Gaspar hanya sebuah selat kecil, pada era tahun delapan puluhan, penyeberangan antarkedua pulau ini, memerlukan waktu lebih dari 12 jam menggunakan feri.Â
Memang sudah ada transportasi pesawat kala itu, tetapi masih menggunakan pesawat kecil dengan dua atau tiga kali penerbangan saja dalam seminggu.Â
Sebelum disahkan menjadi provinsi sendiri pada tahun 2001, dahulunya Kepulauan Bangka Belitung masuk dalam wilayah administratif Provinsi Sumatra Selatan, dengan ibukotanya Palembang.Â
Meskipun kedua pulau ini bertetangga sangat dekat, Bangka dan Belitung memiliki banyak perbedaan dalam ragam hal. Perbedaan paling nyata tampak dalam hal bahasa.Â
Dialek dan logat yang berbeda
Bahasa yang umum digunakan di Pulau Belitung adalah bahasa Melayu Belitung (Base Belitong). Bahasa Melayu Belitong ini memiliki dialek mirip dengan bahasa Melayu yang umum digunakan di negara tetangga Malaysia, hanya saja logatnya berbeda.Â
Kosa kata dalam base Belitong banyak yang berakhiran "e". Seperti "ape", "mane", "ngape" (arti: mengapa) . Pengucapan "e" pada kata-kata tersebut sama seperti pengucapan "e" pada kata "kelapa".
Beda halnya dengan Bangka. Meski masih satu rumpun Bahasa Melayu, bahasa yang digunakan di Pulau Bangka umumnya adalah Melayu Bangka (Base Bangka) . Dialeknya mirip dengan dialek Bahasa Betawi (Jakarta), hanya logatnya berbeda.Â
Kata-kata dalam bahasa Melayu Bangka umumnya juga berakhiran "e", tetapi pengucapannya seperti pada kata "tekad". Misalnya "Ape", "Sape" (arti: siapa), "bebulek" (arti: berbohong).