Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tahun Baru 2023: Sibang Abu, Hujan, dan Terima Kasih

2 Januari 2023   13:50 Diperbarui: 2 Januari 2023   14:00 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kembang api tahun baru (Kohji Asakawa/Pixabay via Kompas.com)

Tidak ada rintik hujan yang turun. Itu yang terlihat, ketika gorden jendela tersibak pada pagi pengujung tahun, 31 Desember 2022 lalu. 

Meskipun cahaya matahari sangat redup, dan saya yakin situasi tanpa hujan ini hanya akan bertahan beberapa jam saja, tetapi setidaknya ada sedikit kehangatan setelah beberapa hari hujan terus-menerus mengguyur kota kami, sehingga udara terasa cukup dingin. 

Sudah diniatkan sejak beberapa hari lalu untuk menyiapkan beberapa makanan guna persiapan tutup tahun dan menyambut tahun yang baru. 

Menjelang pukul sembilan pagi, saya dan suami meluncur ke sebuah yang lokasinya hanya dua kilometer dari rumah. 

Keputusan untuk berbelanja di supermarket ini dibanding di pasar tradisional, mengingat supermarket ini cukup lengkap menyediakan bahan pangan segar, juga harganya cukup ramah di dompet. Malah terkadang harga-harga bahan pangan di sini lebih murah daripada di pasar tradisional. 

Kondisi di dalam supermarket yang cukup ramai dengan pengunjung, membuat saya buru-buru berjalan ke arah tempat penjualan daging, takut kehabisan. Daging ayam sasaran saya. 

Taklama, dua buah dada ayam ukuran besar, dengan total berat lebih dari 1 kg, serta beberapa potong paha ayam masuk ke dalam keranjang belanja. 

Usai berbelanja, hujan menyambut di pintu keluar supermarket. Ternyata hujan belum selesai dengan pekerjaanya. Hujan pun sepertinya tak ingin ketinggalan meramaikan kegiatan tutup tahun 2022.

Tiba di rumah, saya dan ibu yang sedang tinggal bersama saya, langsung berjibaku di dapur.  Kali ini saya akan memasak menu utama orange chicken atau ayam saus jeruk. Saya sudah pernah mempraktikkannya beberapa kali, dan suami serta anak saya suka banget.

Ayam saus jeruk ini, rasanya mirip dengan ayam saus asam manis, hanya sedikit berbeda bahan dan bumbu-bumbunya. Untuk ayam asam manis biasanya menambahkan sayuran untuk disiram bersama saus, sedangkan ayam saus jeruk yang saya buat tanpa menggunakan sayuran sama sekali.

Selain itu, ayam saus jeruk menggunakan air jeruk yang cukup banyak untuk membuat sausnya. Juga menambahkan beberapa sendok madu dan cabai giling ke dalam saus.

Pukul satu siang, saus jeruknya sudah jadi. saya juga sudah menggoreng beberapa potong ayam hanya untuk makan siang. Sisa adonan ayam goreng masih cukup banyak, cukup untuk makan malam hingga santapan di tahun baru keesokan harinya.

Sementara, untuk hidangan penutup, saya juga sudah membuat puding cokelat dengan vla beraroma rum yang sangat meggoda.

Saking lelahnya setelah sibang abu (bahasa Bangka: sibuk, ke sana ke mari, tunggang langgang) dari pagi. pukul tiga sore saya ketiduran. Badan lelah, mata berat, serta cuaca hujan dan dingin pun mendukung untuk berlayar ke pulau kapuk.

Namun, tidur takdapat nyenyak, teringat harus pergi ibadah tutup tahun di gereja. Ibadah dimulai pukul enam sore, sehingga paling tidak pukul tujuh belas harus sudah berangkat dari rumah.

Pukul empat sore terpaksa bangun, mandi dan bersiap. Anak saya, si ganteng, sudah lebih dulu mandi saat saya masih tidur.

Tiba di gereja, sudah cukup banyak jemaat yang hadir. Kondisi hujan dan cuaca yang kurang baik, tidak menyurutkan antusias umat untuk beribadah di gereja.

Kesadaran akan perlunya mencari Tuhan, terlebih di pengujung tahun dan saat hendak memasuki tahun yang baru, sepertinya menjadi motivasi utama umat datang ke Rumah Tuhan di malam tahun baru tersebut.

Dalam kotbahnya, pendeta yang memimpin ibadah, menekankan jemaat untuk takhenti-hentinya mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan.

Tahun 2022 bukanlah tahun yang mudah. Di awal tahun, Covid-19 varian Omicron cukup menebar ketakutan. Banyak yang terinfeksi. Banyak masyarakat yang terguncang kesehatannya.

Tidak hanya itu, pandemi masih membawa guncangan juga pada kondisi finansial banyak rumah tangga. Dipecat dari pekerjaan, usaha yang sulit bangkit, penghasilan menurun atau dipangkas pihak perusahaan, serta sulitnya mencari pekerjaan baru, imbas dari pandemi, membuat kondisi keuangan banyak rumah tangga morat-marit. 

Oleh karena itu, lanjut pak pendeta, kalau sampai umat mampu berada di pengujung tahun 2022, semua karena kemurahan dan kebaikan Tuhan. Tanpa Tuhan, tidak mungkin umat mampu memasuki tahun yang baru 2023.

Selesai ibadah, hujan tetap mengguyur dalam skala kecil, tetapi cukup basah. Sepanjang jalan menuju rumah, masih banyak terlihat pedagang dadakan yang menjual petasan, jagung juga arang. 

Mereka menggelar dagangannya di pinggir jalan, dan masih banyak juga pembelinya. Semula, saya berniat juga untuk bikin acara bakar-bakaran.

Namun, hujan yang terus mengguyur selama beberapa hari hingga malam tahun baru, dan udara yang cukup dingin membuat semangat surut. Malas rasanya berlama-lama di luar rumah dalam cuaca hujan dan dingin seperti itu.

Kami sempat mampir sebentar membeli petasan. Anak saya sudah berkali-kali merayu meminta. Akhirnya, saya belikan yang biasa saja, petasan banting, petasan asap, dan petasan keretek.

Beberapa menit menjelang pergantian tahun, anak-anak di kompleks rumah kami sudah mulai menyalakan petasan. Takketinggalan anak saya. Saya jadi penonton saja. Seru juga melihat kembang api bersahut-sahutan naik ke atas, lalu meledak dan berpendar warna-warni menggoda langit malam.

Puas menikmati kembang api, dan di sela-selanya ikut counting down (hitung mundur) dalam ibadah live streaming Gereja Tiberias Indonesia, tempat kami berjemaat, kami sekeluarga pun saling bersalaman dan berpelukan, mengucap syukur mampu melewati tahun 2022, dan masuk tahun baru 2023. Kegiatan keluarga kami mengawali tahun yang baru, ditutup dengan berdoa bersama dipimpin ibunda tercinta.

Keesokan harinya, kembali kami pergi beribadah di gereja. Ibadah tahun baru diadakan tiga kai, pukul 08.00, 10.30 dan 13.00. Kami sendiri mengikuti ibadah sesi kedua pukul 10.30.

Hujan masih menemani perjalanan kami menuju gereja dan selama ibadah, bahkan hingga kembali ke rumah.

Dalam kotbahnya, pak pendeta yang memimpin umat dalam ibadah, masih menekankan ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas kemurahan-Nya bagi umat yang mampu memasuki tahun yang baru.

Pak pendeta yang berkotbah pada ibadah tahun baru ini, kebetulan memiliki latar belakang pendidikan kesehatan dan farmasi. Itu sebabnya, penekanan ucapan syukur lebih banyak ditekankan kepada kesehatan yang masih Tuhan berikan, dan mampu melewati pandemi covid-19.

Beliau jelaskan, bahwa pada dasarnya kita tidak akan pernah mampu menghitung kebaikan Tuhan atas hidup kita, saking banyaknya.

Contoh kecil saja, sejak keluar dari perut ibu hingga dewasa, berapa liter oksigen yang sudah kita hirup? Kalau dihitung dengan nilai uang, berapa rupiah yang sudah kita habiskan? Sanggupkah bila kita harus membayarnya sendiri? Pasti tidak akan sanggup!

Dengan demikian, sudah sepatut dan seharusnya kita mengucap syukur atas kebaikan Tuhan yang sangat luar biasa atas hidup kita, serta membalas kebaikan-Nya dengan memberikan hidup kita untuk memuliakan Tuhan.

Memuliakan Tuhan tidak cukup sekadar melakukan ibadah, tetapi juga melalui sikap dan perilaku kita. Antara lain dengan menaati Firman Tuhan, dan melakukan perintah-perintah-Nya.

Melakukan perintah Tuhan memang bukan hal yang mudah. Tawaran kesenangan duniawi di sekitar kita begitu menggoda dan sangat menggiurkan. Akan tetapi, selama kita sungguh-sungguh berniat melakukannya, maka Tuhan dengan segala kuasa-Nya akan memampukan kita untuk hidup dalam aturan dan jalan-jalan Tuhan.

Demikian sedikit kisah menyambut tahun baru 2023.

Selamat tahun baru untuk kita semua. Sehat, bahagia, dan sulses selalu. (MW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun