Oleh karena itu, lanjut pak pendeta, kalau sampai umat mampu berada di pengujung tahun 2022, semua karena kemurahan dan kebaikan Tuhan. Tanpa Tuhan, tidak mungkin umat mampu memasuki tahun yang baru 2023.
Selesai ibadah, hujan tetap mengguyur dalam skala kecil, tetapi cukup basah. Sepanjang jalan menuju rumah, masih banyak terlihat pedagang dadakan yang menjual petasan, jagung juga arang.Â
Mereka menggelar dagangannya di pinggir jalan, dan masih banyak juga pembelinya. Semula, saya berniat juga untuk bikin acara bakar-bakaran.
Namun, hujan yang terus mengguyur selama beberapa hari hingga malam tahun baru, dan udara yang cukup dingin membuat semangat surut. Malas rasanya berlama-lama di luar rumah dalam cuaca hujan dan dingin seperti itu.
Kami sempat mampir sebentar membeli petasan. Anak saya sudah berkali-kali merayu meminta. Akhirnya, saya belikan yang biasa saja, petasan banting, petasan asap, dan petasan keretek.
Beberapa menit menjelang pergantian tahun, anak-anak di kompleks rumah kami sudah mulai menyalakan petasan. Takketinggalan anak saya. Saya jadi penonton saja. Seru juga melihat kembang api bersahut-sahutan naik ke atas, lalu meledak dan berpendar warna-warni menggoda langit malam.
Puas menikmati kembang api, dan di sela-selanya ikut counting down (hitung mundur) dalam ibadah live streaming Gereja Tiberias Indonesia, tempat kami berjemaat, kami sekeluarga pun saling bersalaman dan berpelukan, mengucap syukur mampu melewati tahun 2022, dan masuk tahun baru 2023. Kegiatan keluarga kami mengawali tahun yang baru, ditutup dengan berdoa bersama dipimpin ibunda tercinta.
Keesokan harinya, kembali kami pergi beribadah di gereja. Ibadah tahun baru diadakan tiga kai, pukul 08.00, 10.30 dan 13.00. Kami sendiri mengikuti ibadah sesi kedua pukul 10.30.
Hujan masih menemani perjalanan kami menuju gereja dan selama ibadah, bahkan hingga kembali ke rumah.
Dalam kotbahnya, pak pendeta yang memimpin umat dalam ibadah, masih menekankan ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas kemurahan-Nya bagi umat yang mampu memasuki tahun yang baru.
Pak pendeta yang berkotbah pada ibadah tahun baru ini, kebetulan memiliki latar belakang pendidikan kesehatan dan farmasi. Itu sebabnya, penekanan ucapan syukur lebih banyak ditekankan kepada kesehatan yang masih Tuhan berikan, dan mampu melewati pandemi covid-19.