Pergi berlibur bersama anak-anak membutuhkan persiapan yang lebih matang dan jangan sampai dilupakan. Tujuannya agar aktivitas berlibur berjalan lancar dan menyenangkan, tanpa kendala berarti.Â
Akhir tahun telah tiba. Liburan Natal dan Tahun Baru sudah di depan mata. Waktunya bagi banyak keluarga pergi berlibur.
Bisa berlibur ke luar kota, ke luar negeri, maupun berlibur ke kampung halaman untuk merayakan Natal bersama keluarga, khususnya bagi umat Kristiani.
Banyak persiapan yang harus dilakukan jauh-jauh hari. Terlebih bila menbawa anak-anak, baik anak balita, usia SD maupun usia remaja.Â
Pengalaman sebagai ibu yang beberapa kali melakukan perjalanan liburan bersama keluarga, membawa anak kami mulai dari usianya satu tahun hingga kini telah berusia remaja, beberapa hal penting saya persiapkan.
Persiapan yang saya maksudkan di sini adalah persiapan di luar akomodasi dan tetek bengek seputarnya.Â
Persiapan yang saya maksudkan di sini lebih kepada mempersiapkan kondisi fisik dan mental anak, juga orangtua, agar siap melakukan perjalanan liburan.Â
Buat saya, beberapa hal ini wajib dipersiapkan dan jangan sampai dilupakan.Â
1. Membuat daftar barang yang akan dibawa
Sebelum berangkat berlibur, saya memiliki kebiasaan membuat daftar barang yang akan saya bawa. Saya catat dalam buku kecil.
Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak gadis dulu setiap hendak bepergian ke luar kota, dan terbawa hingga menikah dan punya anak.Â
Lebih lagi, keperluan untuk anak kecil banyak sekali jenisnya. Saya tidak mau ada yang terlupa.Â
Bila sampai terlupa, akan repot ketika anak membutuhkannya dalam perjalanan berlibur.Â
Catatan daftar barang bawaan ini akan saya bawa selama perjalanan. Ketika masa liburan usai dan harus packing untuk pulang, catatan ini dibuka kembali untuk pengecekan barang-barang, agar tak ada yang tertinggal di lokasi berlibur.Â
2. Mempersiapkan kesehatan anak
Berlibur membutuhkan kesiapan fisik yang baik, terlebih buat anak-anak yang memang kondisi fisiknya belum setangguh orang dewasa. Orang tua tentu berharap anak tidak jatuh sakit selama liburan.Â
Oleh karena itu, saya sendiri biasanya mulai menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan anak saya paling tidak satu bulan sebelum keberangkatan, bila harus menempuh perjalanan jauh ke luar kota.Â
Saya mulai rutin memberi anak saya vitamin, memberikan makanan dengan asupan gizi berimbang, mengajaknya rutin berolahraga, dan mengatur pola tidurnya dengan waktu serta kualitas yang cukup.Â
Mungkin banyak orang tua bertanya, bagaimana untuk anak balita, misalnya, berolahraga? Pengalaman saya, tidak perlu repot.
Berikan saja waktu cukup bagi anak bermain di halaman atau di luar rumah, baik bermain sendiri atau bersama teman-temannya.
Bisa bermain bola, petak umpet, kucing-kucingan, atau kegiatan fisik apa saja yang merangsang tubuh anak bergerak dan mengeluarkan keringat. Tanpa disadari, anak telah berolahraga sambil bermain.Â
Beberapa poin tersebut sangat penting untuk menjadikan fisik anak tetap fit, sehat dan tidak mudah sakit selama perjalanan liburan.Â
Takkalah pentingnya, mempersiapkan asuransi kesehatan untuk liburan, sekadar berjaga-jaga. Misalnya, bila menggunakan pelayanan BPJS, maka jangan sampai ada tunggakan pembayaran, agar sewaktu-waktu, pelayanan kesehatan tersebut tetap bisa digunakan.Â
Jangan lupa pula untuk memastikan kartu asuransi tersebut telah tersimpan rapi dalam dokumen pribadi yang akan dibawa serta.Â
3. Mempersiapkan kesehatan orang tua
Sama halnya dengan anak, orang tua pun harus sehat selama pergi berlibur.Â
Lebih lagi, karena orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab menjaga dan melindungi anak-anak selama masa berlibur.Â
Apalagi bila masih memiliki anak usia balita. Anak usia balita belum memiliki kemampuan untuk mandiri. Segala sesuatu masih harus dibantu dan dalam pengawasan orang tua.Â
Karena itu, orang tua pun sebaiknya menjaga atau meningkatkan kesehatannya sebelum liburan, dengan cara-cara yang kurang lebih sama dengan menjaga kesehatan anak.Â
4. Membuat kesepakatan
Perjalanan liburan merupakan masa-masa yang sangat menyenangkan, teristimewa untuk anak-anak.
Anak-anak umumnya akan merasa amazing dengan perubahan situasi, berbagai pemandangan selama perjalanan, keunikan dan kecanggihan jenis transportasi yang digunakan, lokasi berlibur, termasuk aneka makanan dan jajanan yang berbeda dari yang biasa dia makan di rumah.Â
Untuk itulah, orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak sebelum memulai perjalanan. Khususnya bagi anak-anak pada usia yang sudah dapat diajak berkomunikasi.Â
Kesepakatan ini bertujuan agar anak mengetahui batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama waktu berlibur.Â
Kesepakatan sebelum memulai lerjalanan liburan juga bermanfaat untuk mencegah anak rewel meminta atau menuntut ini dan itu sepanjang liburan tanpa mempedulikan kondisi dan situasi di tempat liburan.Â
Saya sendiri selalu membuat beberapa kesepakatan dengan anak saya, salah satunya berkaitan dengan jajan selama perjalanan.Â
Misal, bila akan melakukan perjalanan naik pesawat, saya sudah mewanti-wanti dari rumah bahwa tidak ada pembelian barang atau makanan dan minuman apapun di atas pesawat.Â
Karena untuk maskapai-maskapai tertentu, di dalam pesawat dijual beraneka mainan, makanan juga minuman.Â
Bukan rahasia lagi, harga barang yang dijual di atas pesawat melambung ke langit. Sayang membelinya bila tidak sangt butuh.Â
Namun, kesepakatan orang tua dengan anak-anak tidak harus mutlak. Sesekali boleh dilanggar oleh karena kondisi-kondisi tertentu.Â
Seperti, satu kali dalam perjalanan menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Surabaya, anak saya sangat menginginkan makan mi instan di atas pesawat.Â
Anak saya tergoda dengan mangkuk mi instan yang dipajang di atas rak makanan yang didorong pramugari sepanjang lorong kabin.Â
Semula saya mengingatkan akan kesepakatan kami, tetapi akhirnya saya tidak sampai hati melihat raut wajahnya yang terlihat begitu menginginkan mi instan tersebut. Apalagi memang saat itu sudah waktunya makan malam, kami masuk pesawat pukul 18.00.
Lalu, saya menimbang-nimbang dalam hati, tidak apalah membeli sesekali di dalam pesawat, toh tidak setiap saat, dan mungkin saja anak saya memang sudah lapar.Â
Akhirnya, kami memanggil mbak pramugari, dan cangkir mi instan dengan uap dan harum yang mengepul dari kuahnya itupun berpindah ke tangan anak saya. Saya pun harus merelakan Rp25.000,- untuk semangkuk mie instan tersebut.
Contoh kesepakatan lainnya, saya selalu mengajak anak saya bersepakat bahwa rencana atau rundown kegiatan berlibur bisa berubah sewaktu-waktu, bergantung pada situasi dan kondisi.
Misalnya, semula sudah direncanakan untuk berkunjung ke pantai saat berlibur di luar kota. Namun, karena cuaca yang tidak memungkinkan, rencana tersebut terpaksa dibatalkan. Nah, pada situasi begini, anak saya harus mengerti sesuai dengan kesepakatan yang telah kami buat sebelumnya.Â
5. Rela mengorbankan waktu pribadi
Hal ini berlaku buat orang tua, menpersiapkan diri sebelum berangkat dalam liburan keluarga. Bahwa berlibur bukan hanya untuk mencari kesenangan sendiri, tetapi terutama untuk kesenangan anak-anak.Â
Artinya, anak-anak tetap harus dalam pengawasan orang tua, dan mungkin saja harus lebih ekstra pengawasan.Â
Misalnya, ketika berlibur di water boom, pantai, atau kolam renang, orang tua benar-benar harus mencurahkan waktunya untuk mendampingi anak bermain.
Untuk itu, akan ada waktu pribadi yang dikorbankan. Orang tua harus rela mengorbankan me time-nya demi mengawasi anak-anak mereka.Â
Meskipun ada asisten rumah tangga atau pengasuh anak, sebaiknya orang tua tidak mempercayakan anak-anak sepenuhnya kepada mereka. Karena bagaimanapun, keselamatan anak tetaplah tanggung jawab orang tua.Â
Berlibur bersama keluarga tercinta serta membawa anak-anak bisa menjadi kegiatan yang penuh kenangan manis. Karenanya, jangan sampai persiapan-persiapan penting dilupakan. (MW)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H